Efektifitas Penerapan Pidana Denda dalam Pelanggaran Lalu Lintas di

memberikan fotocopy tabel denda tilang tersebut kepada masyarakat apabila ada yang mengambil tilang verstek di kantor Kejaksaan Negeri Medan, 67 namun nyatanya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang tabel denda tilang tersebut. Ini menunjukkan kurangnya kesadaran, antusias dan niat dari pengguna jalan raya untuk tertib berlalu lintas. Hal ini sependapat dengan kaurbin polantas Medan yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran untuk tertib berlalu lintas masih sangat rendah di kota Medan. 68

C. Efektifitas Penerapan Pidana Denda dalam Pelanggaran Lalu Lintas di

Medan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata dasar efektif, berarti: ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku. 69 Efektifitas pemidanaan diartikan sebagai tingkat tercapainya tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemidanaan. Suatu pemidanaan dikatakan efektif apabila tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemidanaan itu tercapai. 70 Adapun tujuan pemidanaan adalah: 71 1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat 2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadikannya orang yang baik dan berguna 67 Wawancara dengan Amrizal Fahmy, jaksa tilang Kejaksaan Negeri Medan pada tanggal 7 November 2012. 68 Wawancara dengan M.H. Sitorus, Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polantas Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. 69 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, cetakan keempat, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Balai Pustaka, 2003, hal. 284. 70 Niniek Suparmi, Op.cit, hal.59. 71 Ibid. Universitas Sumatera Utara 3. Menyelesai konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbanagn, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. 4. Mebebaskan rasa bersalah pada terpidana. Selanjutnya diutarakan bahwa pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan martabat manusia. Perkembangan untuk memperluas penggunaan pidana denda dengan meningkatkan jumlah ancaman pidana denda saja ternyata belum mencukupi untuk meningkatkan efektifitas pidana denda, maka harus dibuang jauh-jauh suatu pemikiran bahwa kriteria efektif dan tidaknya pidana denda diukur dari besarnya uang denda yang dijatuhkan. Diperlukan suatu kebijakan yang menyeluruh baik dalam bidang legislatif, yudikatif, maupun eksekutif. Hal ini juga senada dengan pendapat Kaurbin Polantas Medan yang menyatakan bahwa efektifnya penerapan sanksi denda terhadap pelaku pelanggar lalu lintas bukan melihat besarnya denda yang dijatuhi kepada sipelanggar, akan tetapi perlu adanya suatu kebijakan yang tegas. Meskipun menurut beliau besarnya nilai denda yang terdapat pada tabel denda tilang yang berlaku di kota Medan masih terlalu rendah. 72 Pelaksanaan pidana denda perlu mempertimbangkan antara lain mengenai: 73 1. sistem penerapan jumlah atau besarnya pidana. 2. Batas waktu pelaksanaan pembayaran denda. 3. Tindakan-tindakan paksaan yang diharapkan dapat menjamin terlaksananya pembayaran denda dalam hal terpidana tidak dapat membayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan. 4. Pelaksanaan pidana dalam hal-hal khususmisalnya terhadap seorang anak yang belum dewasa atau belum bekerja dan masih dalam tanggungan orang tua. 5. Pedoman atau kriteria untuk menjatuhkan pidana denda. 72 Wawancara dengan M.H Sitorus, Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polantas Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. 73 http:abdul-rossi.blogspot.com201104pidana-denda.html . Diakses tanggal 6 November 2012. Universitas Sumatera Utara Menurut hasil riset yang telah dilakukan, efektifitas pidana denda masih jauh dari tujuan pemidanaan. Pidana denda juga bisa dipandang sebagai alternatif pidana pencabutan kemerdekaan. Sebagai sarana dalam politik kriminal, pidana ini tidak kalah efektifnya dari pidana pencabutan kemerdekaan. Berdasarkan pemikiran ini maka pada dasarnya sedapat mungkin denda itu harus dibayar oleh terpidana dan untuk pembayaran itu ditetapkan tenggang waktu. Kalau keadaan mengizinkan, denda yang tidak dibayar itu dapat dikembalikan dari kekayaan atau pendapatan terpidana sebagai gantinya. Pengganti itu tidak mungkin, maka pidana penjara pengganti dikerjakan kepadanya. Ketentuan agar terpidana sedapat mungkin membayar dendanya harus diartikan bahwa kepadanya diberi kesempatan oleh hakim untuk mengangsur dendanya. Tujuaan pemidaan dalam sistem peradilan pidana, sudah dianggap berhasil apabila dilihat dari berkurangnya jumlah pelangar. Besarnya denda yang dijatuhkan kepada pelanggar lalu lintas di kota Medan belum sepenuhnya menimbulkan efek jera kepada pelanggar lalu lintas ini dapat dilihat masih tingginya angka pelanggaran lalu lintas di kota Medan dan masih adanya pelanggaran yang berulang yaitu pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi dimana pada saat melanggar masih memegang formulir tilang menunggu proses pengadilan. 74 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kepolisian resort kota Medan, menyatakan bahwa tabel denda tilang yang telah dibuat tersebut masih belum memberikan efek jera bagi pelanggar lalu lintas karena rendahnya jumlah denda 74 Wawancara dengan Amrizal Fahmy, jaksa tilang Kejaksaan Negeri Medan pada tanggal 7 November 2012 Universitas Sumatera Utara tilang yang berlaku di kota Medan. Menurut beliau, jumlah denda menurut tabel denda tilang yang sudah ada tersebut sebenarnya bisa memberikan efek jera bagi pelanggar apabila denda dalam tabel tersebut diterapkan sebagai denda minimum yang artinya jumlah yang terdapat dalam tabel tersebut menjadi denda minimum yang harus dibayarkan, namun hakim disini cenderung menjatuhkan denda dibawah dari ketentuan yang ada pada tabel tersebut. Kurang efektifnya pelaksanaan pidana denda di kota Medan juga terlihat dari tabel denda tilang yang ada dikota medan, hal ini sejalan dengan pendapat Kepala Urusan Pembinaan Polantas Medan yang menyatakan: 75 “Pelanggaran lalu lintas di kota Medan masih sangat tinggi terutama yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dengan jumlah pelanggar yang ditilang sebanyak 62.000 pelanggar sesuai hasil evaluasi kepolisian dalam awal bulan Oktober. Tingginya pelanggaran lalu lintas juga disebabkan karena jumlah denda yang terdapat pada tabel denda tilang sesuai hasil koordinasi kapoltabes,kajari Medan, ketua PN Medan masih sangat rendah, hal ini mengakibatkan kurangnya efek jera terhadap pelaku sehingga perlu adanya penaikan jumlah denda tersebut”. Besarnya jumlah pelanggaran di kota Medan dapat dilihat dari tabel 4 dibawah ini: Tabel 4 76 Jumlah Pelanggar Lalu Lintas di Kota Medan dari Tahun 2009-2012 BULAN JUMLAH PELANGGAR LALU LINTAS DI KOTA MEDAN 2009 2010 2011 2012 JANUARI 7.303 1.703 7.262 FEBRUARI 3.853 3.598 8.538 MARET 11.099 5.738 5.668 5.241 75 Wawancara dengan M.H Sitorus, Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polantas Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. 76 Hasil penelitian di Kejaksaan Negeri Medan Universitas Sumatera Utara APRIL 6.966 5.229 1.837 6.082 MEI 2.715 5.642 8.225 8.675 JUNI 8.372 4.529 5.566 8.094 JULI 20.273 4.586 4.916 3.536 AGUSTUS 6.671 4.176 7.153 SEPTEMBER 16.410 2.431 8.482 OKTOBER 11.676 1.535 7.147 NOVEMBER 9.193 2.989 11.339 DESEMBER 2.965 1.988 37.352 Jumlah 96.340 49.999 102.986 47.428 TOTAL 296.753 Berdasarkan hasil wawancara ternyata penjatuhan pidana denda terhadap pelanggaran lalu lintas sejauh ini dirasakan belum memenuhi tujuan pemidanaan, disebabkan oleh faktor-faktor penghambat sebagai berikut: a. Denda dapat dibayarkan oleh bukan pelaku, menyebabkan rasa dipidananya pelaku menjadi hilang. Sehingga yang terbebani adalah pihak ketiga yang tidak bersalah. 77 b. Nilai ancaman pidana denda di rasakan terlampau terlalu rendah, sehingga tidak sesuai dengan keselarasan antara tujuan pemidanaan dengan rasa keadilan dalam masyarakat. 78 c. Meskipun terdapat ancaman pidana yang tinggi dalam aturan pidana diluar KUHP, akan tetapi lebih menguntungkan bagi mereka yang mampu dan bagi yang tidak mampu besarnya pidana denda tetap merupakan beban. 79 77 Wawancara dengan Baslin Sinaga, Hakim Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 24 Oktober 2012. 78 Niniek Suparni, opcit, hal.67. 79 Wawancara dengan Amrizal Fahmy, jaksa tilang Kejaksaan Negeri Medan pada tanggal 7 November 2012. Universitas Sumatera Utara d. Meskipun terdapat ancaman pidana yang tinggi dalam aturan pidana diluar KUHP, akan tetapi belum dapat mengikuti cepatnya perkembangan nilai mata uang dalam masyarakat. 80 e. Masih rendahnya tingkat kesadaran dan budaya hukum masyarakat sehingga masih banyak pelanggar belum memenuhi kewajibannya menyetorkan uang denda. 81 f. Banyaknya pelanggar yang tidak mau membayar denda tilang yang disebabkan masih mudahnya di kota Medan untuk membuat SIM dan STNK baru dengan dalih SIM dan STNK tersebut hilang padahal SIM dan SYNK tersebut masih ditahan di Kejaksaan sehingga tidak akan mungkin lagi diambil oleh pelanggar. 82 Namun terlepas dari hal diatas, jenis pidana denda ini memberikan banyak segi-segi keadilan, antara lain: a. Pembayaran denda mudah dilaksanakan dan dapat di revisi apabila ada kesalahan, dibanding dengan jenis hukuman lainnya. b. Pidana denda adalah hukuman yang menguntungkan pemerintah karena pemerintah tidak banyak mengeluarkan biaya, bila tanpa disertai kurungan subsider. c. Hukuman denda tidak membawa atau tidak mengakibatkan tercelanya nama baik atau kehormatan seperti yang dialami terpidana penjara. d. Hukuman denda akan menjadi penghasilan bagi daerah atau kota. 80 Ibid. 81 Ibid. 82 Ibid. Universitas Sumatera Utara e. Tidak merintangi pelanggar untuk memperbaiki hidupnya dan tidak menghalangi untuk melakukan pekerjaan mencari nafkah. Berdasarkan dengan jumlah pelanggaran lalu lintas di kota medan menunjukkan bahwa kurangnya efek jera dan kesadaran masyarakat akan ketertiban umum. Sementara itu, menurut Jonny Sitohang, hakim Pengadilan Negeri Medan pidana denda bukan hanya ditujukan kepada pelaku sebagai pembalasan atas perbuatan yang telah dilakukan, namun terlebih diutamakan agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya. 83 Rendahnya nilai denda yang dikenakan kepada pelanggar lalu lintas kota Medan mengakibatkan tidak adanya rasa bersalah atau rasa takut untuk tidak taat berlalu lintas. Menurut Kepala Urusan Pembinaan Polantas Medan , denda maksimal yang dikenakan terhadap para pelanggar lalu lintas harus mengacu sesuai dengan denda yang sudah ditentukan oleh UU lalu lintas angkutan jalan. Untuk menimbulkan efek jera terhadap para pelanggar lalu lintas, beliau berharap pihak Pengadilan Negeri PN Medan memberikan sanksi tegas berupa denda maksimal setelah melakukan koordinasi dengan pihak Pengadilan Negeri Medan. Seperti contoh yang sering terjadi diungkapkan oleh beliau adalah: 84 Kalau kita lihat denda yang ada di UU lalu lintas, itu sangat tinggi. Untuk helm sebesar Rp 100 ribu, tetapi selama ini yang diterapkan hakim dalam sidang tilang, mereka menggunakan tabel yang merupakan tabel kesepakatan bersama. Untuk 83 Wawancara dengan Jonny Sitohang, Hakim Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 24 Oktober 2012 84 Wawancara dengan M.H Sitorus Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polantas Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. Universitas Sumatera Utara helm hanya Rp 50 ribu sehingga dari hasil evaluasi yang kita laksanakan, kenapa penindakan sudah kita lakukan secara rutin tetapi jumlah pelanggaran masih cukup tinggi. Kita lihat dari hasil jumlah penindakan yang selalu meningkat tetapi kenapa kecelakaan lalu lintas termasuk pelanggaran juga masih ada terus. Tidak terlihat perubahan yang signifikan di masyarakat. Ini dimungkinkan karena denda yang sangat rendah sehingga tidak menimbulkan efek jera terhadap para pelanggar Namun demikian di sisi lainnya kebijakan-kebijakan meningkatkan jumlah pidana denda tersebut tidaklah dibarengi dengan kebijakan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pidana denda, di mana untuk pelaksanaannya adalah tetap terikat pada ketentuan umum dalam pasal 30 dan Pasal 31 KUHP. Menurut ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 30 KUHP, tidak ada ketentuan batas waktu yang pasti kapan denda itu harus dibayar. Disamping itu tidak ada pula ketentuan mengenai tindakan-tindakan lain yang dapat menjamin agar terpidana dapat dipaksa untuk membayar dendanya misalnya dengan jalan merampas atau menyita harta benda atau kekayaan terpidana. Menurut sistem KUHP, altenatif yang dimungkinkan dalam hal terpidana tidak mau membayar denda tersebut, hanyalah dengan menggunakan kurungan pengganti. Padahal kurungan pengganti yang dimaksud dalam Pasal 30 KUHP hanya berkisar antara 6 enam bulan atau dapat menjadi paling lama 8 delapan bulan. Berapapun tingginya pidana denda yang dijatuhkan Hakim, akan tetapi apabila terpidana tidak mau membayar, konsekuensinya hanyalah dikenakan pidana kurungan yang maksimumnya hanya enam atau delapan bulan seperti telah disebut di atas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA PENERAPAN PIDANA DENDA DALAM PELANGGARAN

LALU LINTAS DALAM PUTUSAN TILANG DI MEDAN 1. Putusan Register Nomor 63457 Pengadilan Negeri Medan A. Kronologi Kasus Seorang pengemudi truk yang bernomor polisi BK 9397 BL yang bernama Ratiman, berumur 29 tahun tinggal di jalan Perjuangan Dusun II Galang yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta sebagai supir truk ditilang petugas kepolisian bernama Armen Ginting dalam operasi razia yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 11.39 WIB di jalan Sisingamangaraja dekat Tamora wilayah hukum Polresta Medan karena tidak dapat menunjukkan SIM Surat Izin Mengemudi sesuai dengan ketentuan Pasal 288 2 UULAJ Yo.211, 212 PP 44 tahun 1993 dan berdasarkan Pasal 16 sub a dan e UU nomor 22002 dan Pasal 39 dan Pasal 40 UU nomor 81981 dan Pasal 260 UU nomor 222009 tentang LLAJ petugas kepolisian berhak menyita STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan truk tersebut. Selanjutnya penyidik atas kuasa penuntut umum demi hukum mewajibkan terdakwa menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Medan pada hari Jumat tanggal 3 Agustus 2012 dan setelah melalui proses persidangan maka Hakim Pengadilan Negeri Medan menyatakan terdakwa yang identitasnya tersebut dibalik tilang melakukan pelanggaran lalu lintas tertentu Pasal 288 2 UULAJ Yo.211, 212 PP 44 tahun 1993 dan dipidana dengan denda sebesar Rp.200.000,- dengan membayar biaya perkara Rp.500,- subsider 3 hari kurungan dan memerintahkan mengembalikan barang bukti kepada terdakwa. Universitas Sumatera Utara

B. Putusan