Keaslian Penulisan Metode Penelitian

1 Manfaat Teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan bacaan di dalam menguraikan bagaimana perspektif hukum pidana terhadap penerapan pidana denda pada pelanggaran lalu-lintas, mulai dari kerangka teoritik pidana denda dalam hukum pidana, pengaturan hukum menyangkut pidana denda, serta pidana denda itu sendiri dalam sistem pemidanaannya terhadap pelanggaran lalu lintas 2 Manfaat Praktis, diharapkan dengan dikemukakannya tentang bagaimana penerapan pidana denda dalam pandangan hukum pidana baik itu menyangkut efektifitasnya, eksistensinya, implementasinya, serta hambatannya hingga sampai pada upaya mengatasi hambatan tersebut dapat memberikan suatu pengetahuan serta pencerahan.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan Skripsi yang berjudul ” Penerapan Pidana Denda Dalam Hukum Pidana Studi Pelanggaran Lalu Lintas Di Medan ” adalah hasil pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini menurut sepegetahuan penulis belum pernah ada yang membuat. Kalaupun ada seperti beberapa judul skripsi yang diuraiakan dibawah ini, penulis yakin bahwa substansi pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penulis juga telah melewati pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum USU. Hal ini dapat mendukung tentang keaslian penulisan. Universitas Sumatera Utara Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah : 1. Nama : Erwin H. Simanjuntak Nim : 050200007 Judul : Penyelesaian hukum terhadap anak dalam perkara kecelakaan lalulintas studi polres labuhan batu 2. Nama : David Ondian Panggabean Nim : 050200187 Judul : Tindak pidana di bidang lalulintas dan angkutan jalan menurut UU No 22 Tahun 2009 dan upaya penanggulangannya Studi Satlantas Poltabes Medan 3. Nama : Hotman Silalahi Nim : 030221028 Judul : kecelakaan lalulintas di jalan raya suatu tinjauan teori kelaparan 4. Nama : Nova Ratna Miranda Nim : 050200309 Judul : Penegakan hukum pidana dalam kecelakaan lalulintas studi kasus PN Kabanjahe 5. Nama : Aser br. Ginting’ Nim : 070200363 Universitas Sumatera Utara Judul : Kajian yuridis pidana denda pada pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol tanpa izin studi putusan PN Balige No.01Pid.cTPR2010PN.Blg

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pidana

Stelsel pidana merupakan bagian dari hukum penitensier yang di dalamnya berisikan tentang jenis pidana, cara dan dimana menjalankannya, begitu juga mengenai pengurangan, penambahan, dan pengecualian penjatuhan pidana. Hukum penitensier juga di samping itu berisi tentang sistem tindakan maatregel stelsel. Dalam usaha negara mempertahankan dan menyelenggarakan ketertiban, melindunginya dari penyimpangan terhadap berbagai kepentingan hukum, secara represif disamping diberi hak dan kekuasaan untuk menjatuhkan pidana, negara juga diberi hak untuk menjatuhkan tindakan maatregelen. 7 Pidana berasal dari kata straf Belanda, yang adakalanya disebut dengan istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. 8 Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkandiberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum sanksi baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan 7 Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Jakarta: RajaGrafindo,2010 hal.23. 8 Ibid., hal.24. Universitas Sumatera Utara hukum pidana yang secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana strafbaar feit. 9 Pergaulan manusia dalam kehidupan masyarakat tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Manusia selalu diharapkan pada masalah-masalah atau pertentangan dan konflik kepentingan antar sesamanya. Keadaan yang demikian ini hukum diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan ketertiban dalam masyarakat. Istilah hukum pidana dalam bahasa Belanda disebut dengan Strafrecht sedangkan dalam bahasa Inggris istilah pidana disebut dengan Criminal Law. Pidana merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang khas. Beberapa pendapat dari para Sarjana tentang pidana yaitu sebagai berikut : Menurut Sudarto : Pidana adalah nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang- undang hukum pidana, sengaja agar dirasakan sebagai nestapa. 10 Pemberian nestapa atau penderitaan yang sengaja dikenakan kepada seorang pelanggar ketentuan Undang-undang tidak lain dimaksudkan agar orang itu menjadi jera. Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam mempetahankan norma-norma yang diakui dalam hukum. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana inilah yang membedakannya dengan bidang-bidang hukum yang lain. Inilah sebabnya mengapa hukum pidana harus dianggap sebagai sarana 9 Ibid., hal.24. 10 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana Bandung: Alumni, 1981 hal.109-110. Universitas Sumatera Utara terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya pada bidang hukum yang lain tidak memadai. Menurut Roeslan Saleh dalam buku Stelsel Pidana Indonesia mengatakan bahwa pidana adalah reaksi-reaksi atas delik, yang berwujud suatu nestafa yang sengaja ditampakan negara kepada pembuat delik. 11 Pengertian pidana menurut Roeslan Saleh ini pada dasarnya hampir sama dengan pengertian pidana dari Sudarto, yaitu bahwa pidana berwujud suatu nestapa, diberikan oleh negara, kepada pelanggar. Reaksi-reaksi atas delik yang dikemukakan oleh Roeslan Saleh ini menunjukkan bahwa suatu delik dapat memberikan reaksinya atau imbalannya apabila dilanggar, yaitu berupa ancaman hukuman atau pidana. Menurut Sudarto, perkataan pemidanaan adalah sinonim dari perkataan penghukuman. Tentang hal tersebut beliau berpendapat bahwa : 12 “Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum suatu peristiwa itu tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, akan tetapi juga hukum perdata, oleh karena tulisan ini berkisar pada hukum pidana, maka istilah tersebut harus disempitkan artinya, yakni penghukuman dalam arti pidana, yaitu kerap kali dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. Penghukuman dalam hal ini mempunyai makna yang sama dengan sentence atau veroordeling.” Pemidanaan atau pemberianpenjatuhan pidana oleh hakim, merupakan pengertian “penghukuman” dalam arti sempit yang mencakup bidang hukum pidana saja; dan maknanya sama dengan sentence atau veroordeling, misalnya 11 Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia Jakarta: Bina Aksara, 1987 hal.5. 12 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana Bandung: Alumni, 1981 hal.71. Universitas Sumatera Utara dalam pengertian sentence conditionally atau voorwaardelijk veeroordeeld yang sama artinya dengan “dihukum bersyarat” atau “dipidana bersyarat”. 13

2. Pengertian Pidana Denda

Pidana denda adalah pemberian sejumlah uang tertentu sebagai ganti kerugian atas pelanggaran yang dilakukan. Pidana denda sebagai bagian dari pidana pokok, belum dikupas secara mendalam oleh para ahli hukum pidana apakah pidana denda dapat disejajarkan dengan pidana hilang kemerdekaan, atau jika tidak disejajarkan apakah pidana denda dapat dikatakan mempunyai efek jera bagi pelaku tindak pidana sebagaimana dikupas dalam tujuan pemidanaan. Pada saat pidana denda digunakan dan ditentukan sebagai pidana alternatif atau pidana yang diancamkan secara tunggal dalam beberapa pelanggaran yang ditentukan dalam buku III KUHP, maka orang beranggapan bahwa pidana denda sebagai bagian dari pidana pokok, akam mempunyai efek jera dan hal ini merupakan bagian dari penderitaan. 14 Pidana denda juga bisa dipandang sebagai alternatif pidana pencabutan kemerdekaan. Sarana dalam politik kriminal pidana tidak kalah efektifnya dari pidana pencabutan kemerdekaan. Pada dasarnya, sedapat mungkin denda itu harus dibayar oleh terpidana dan untuk pembayaran itu ditetapkan tenggang waktu. Denda yang dibayar itu dapat diambilkan dari kekayaan atau pendapatan terpidana sebagai gantinya. Pengertian “apabila keadaan mengizinkan” berarti terpidana mampu, akan tetapi tidak mau melunasi dendanya. Usaha pengganti itu tidak 13 Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981 hal.42. 14 Suhariyono AR, Pembaruan Pidana Denda IndonesiaJakarta:Papas Sinar Sinanti, 2012 hal.18. Universitas Sumatera Utara mungkin, maka pidana penjara pengganti dikenakan kepadanya. Ketentuan agar terpidana sedapat mungkin membayar dendanya harus diartikan bahwa kepadanya diberi kesempatan oleh Hakim untuk mengangsur dendanya. 15 Mengingat tujuan pemidanaan yang tidak berupa pembalasan, maka dalam penjatuhan pidana denda hakim harus memperhatikan kemampuan terpidana secara nyata.

3. Pengertian Lalu Lintas dan Pelanggaran Lalu Lintas

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. 16 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bahwa lalu lintas adalah perjalanan bolak-balik; perihal perjalanan dijalan dan sebagainya; perhubungan antara sebuah tempat. Subekti juga memberikan definisi tentang lalu lintas adalah sebagai berikut: “segala penggunaan jalan umum dengan suatu pengangkutannya”. 17 Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lalu lintas dalam arti luas adalah hubungan antar manusia dengan ataupun tanpa disertai alat penggerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya. Sebenarnya seorang pengemudi kendaraan bermotor tidak menginginkan terjadinya gangguan kendaraan selama perjalanan, baik itu gangguan ringan 15 Niniek Suparni, Lop.Cit, hal.36. 16 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 17 www.scribd.comdoc588697463pengertian-lalu-lintas-dan-pelanggaran-lalu-lintas diakses pada tanggal 26 September 2012. Universitas Sumatera Utara seperti mogok maupun gangguan yang terberat. Pengemudi yang mengalami keterlambatan sampai ke tujuan, gangguan tersebut dapat juga mengakibatkan timbulnya kemacetan, pelanggaran atau kemacetan lalu lintas. Pelanggaran lalu lintas atau yang sering disebut dengan tilang merupakan perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas. Pelanggaran yang dimaksud tersebut adalah sebagaimana yang diatur dalam pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi: setiap orang yang menggunakan jalan wajib: a. Berperilaku tertib;danatau b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dang angkutan jalan, atau dapat menimbulkan kerusakan jalan. Ketentuan tersebut apabila dilanggar, maka dikualifikasikannya sebagai salah satu pelanggaran yang terlibat dalam kecelakaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi dalam praktek sehari-hari dimana pemberian sanksi terhadap pelaku pelanggaran ternyata memang pada umumnya lebih ringan daripada sanksi pelaku kejahatan. KUHP tidak memberikan pengertian atau definisi tentang pelanggaran. Untuk menguraikan tentang pengertian pelanggaran, maka dikemukakan beberapa pendapar sarjana hukum, diantaranya adalah Wirjono Prodjodikoro yang mengatakan bahwa pelanggaran overtredingen berarti suatu perbuatan yang melanggar suatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain daripada perbuatan melanggar hukum. Universitas Sumatera Utara Menurut Bambang Poernomo bahwa pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah crimineel-on recht. Politis-on recht itu merupakan perbuatan yang tidak menaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa Negara. Crimineel-on recht itu merupakan perbuatan yang bertentangn dengan undang-undang. 18 Dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur pelanggaran adalah sebagai berikut: a. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang b. Menimbulkan akibat hukum. Jadi harus mempertanggungajawabkan atas perbuatan tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan atau peraturan perundang-undangan lainnya.

F. Metode Penelitian

Metode diartikan sebagai suatu jalan atau suatu cara untuk mencapai sesuatu. 1 Jenis Penelitian Menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum dibagi menjadi dua yaitu: 19 a. Penelitian Hukum Normatif, yaitu: metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder dengan 18 Bambang Poernomo, Azas-Azas Hukum Pidana Bandung : Citra Aditya, 2002 hal.48. 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta : UI Press, 1986 hal 250. Universitas Sumatera Utara pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan dalam kerangka hukum nasional Indonesia sendiri. b. Penelitian Hukum Sosiologis atau empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif . Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian hukum adalah yuridis normative. Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian juridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif mengenai pengaturan penerapan pidana denda dalam pelanggaran lalu lintas. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normative maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pidana denda dan mengenai hal pelanggaran lalu lintas. 2 Jenis Data dan Sumber Data Data dapat dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah mengunakan data primer dan data sekunder. a. Bahan Hukum Primer, yaitu : Berbagai dokumen peraturan perundang-undangan yang tertulis yang ada dalam dan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam kerangka hukum nasional Indonesia yakni Undang-undang Nomor Pasal-Pasal dalam KUHP, Universitas Sumatera Utara KUHAP, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai pidana denda dan pelanggaran lalu lintas, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, Koran, majalah, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas. a. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah : a Library Research, yaitu penelitian kepustakaan seperti melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan, dan dokumen serta literatur yang berkaitan dengan persoalan yang dikaji. b Field Research, yaitu penelitian lapangan, yang dilakukan melalui wawancara terhadap informan. Penulis melakukan wawancara di Pengadilan Negeri Medan dengan informan Baslin Sinaga S.H, M.H hakim Pengadilan Negeri Medan dan Jonny Sitohang S.H, M.H hakim Pengadilan Negeri Medan, Kejaksaan Negeri Medan dengan informan Amrizal Fahmy S.H jaksa tilang di Kejaksaan Negeri Medan dan Agustinus Perangin-angin S.H. jaksa di Kejaksaaan Negeri Medan dan Poltabes Medan dengan informan M.H Sitorus S.H. Kepala Urusan Universitas Sumatera Utara Pembinaan Operasional Polantas Medan dan Benny S.H. polisi lalu lintas di poltabes Medan. b. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu mengambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah- kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan