Manfaat Penulisan Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setamat SMEP, Abdurrahman Wahid melanjutkan belajarnya di pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Pesantren ini diajar oleh K.H. Chudhari, sosok kiai yang humanis dan dicintai santrinya. Di pesantren ini, Abdurrahman Wahid dikenalkan dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktik-praktik mistik. Setelah menghabiskan dua tahun di Pesantren Tegalrejo, Abdurrahman Wahid kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambakberas. Di Pesantren Tambakberas milik pamanya, K.H. Abdul Fatah ini, Abdurrahman Wahid menjadi seorang ustadz dan ketua keamanan. 17 Pada tahun 1963, Abdurrahman Wahid menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Abdurrahman Wahid diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Abdurrahman Wahid terpaksa mengambil kelas remedial. 18 Sewaktu studi di Mesir, Abdurrahman Wahid terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, 17 Ibid, hlm. 32-33 18 Ibid, hlm. 33-34 Abdurrahman Wahid kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas karena hanya menghafal dan masih menggunakan unsur-unsur klasik. 19 Di Mesir, Abdurrahman Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa Gerakan 30 September G30S terjadi. Mayor Jendral Suharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Abdurrahman Wahid, yang ditugaskan menulis laporan. 20 Dalam menulis laporan tersebut, Abdurrahman Wahid berhasil membersihkan sejumlah besar nama mahasiswa yang dicurigai dengan menyatakan minat mereka terhadap pemikiran Marxis adalah minat yang sepenuhnya bersifat akademik bukan ideologi. Namun pada pertengahan 1966, Abdurrahman Wahid gagal dalam menempuh studi karena sibuk dengan kegiatan di luar studi dan kurang fokus. 21 Ketika Abdurrahman Wahid ditawari kuliah di Mesir, ia diwanti- wanti oleh pamannya, K. H. Fatah, agar menikah terlebih dahulu. Abdurrahman Wahid pun menjadi gelagapan. Namun ia akhirnya 19 Ibid, hlm. 34 20 Ibid, hlm. 34-35 21 Greg Barton, op. cit, hlm. 93-94