Bidang Sosial dan Budaya

Hanya dalam waktu relatif pendek, dalam masa kepresidenan Abdurrahman Wahid berhasil melatih bangsa Indonesia untuk selalu berubah dan berbenah. Bahkan setiap orang, kelompok, golongan, lembaga apapun, dibebaskan untuk eksis dan berkembang. Mereka dipersilahkan bicara dan membela aspirasi dan kepentingannya, bahkan untuk memilih yang terbaik bagi masa depan masing-masing dengan tanpa merugikan orang lain atau kepentingan negara. 82 Hal ini terlihat pada kebijakannya seperti pembubaran departemen penerangan dan departemen sosial; penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua; dan pemberian otonomi khusus untuk Aceh.

2. Abdurrahman Wahid dalam Misi Kemanusiaan Dunia

Selain perhatian dan keterlibatannya dalam persoalan kemanusiaan dan kemiskinan di dalam negeri, Abdurrahman Wahid juga memberikan perhatian terhadap masalah-masalah kemanusiaan dunia. Abdurrahman Wahid lebih mengandalkan ketokohannya dengan melalui pemikiran- pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan-tulisan maupun ceramah serta menjalin hubungan dan komunikasi bagi terciptanya ruang dialog yang seimbang. Hampir semua tulisan Abdurrahman Wahid mengandung muatan pembelaan terhadap hak asasi manusia dalam segala bidang ideologi, politik, dan sosial budaya, serta pembelaan pada minoritas. Dalam 82 Ibid, hlm. 252-253 ceramah-caramahnya, Abdurrahman Wahid menyampaikan isu kemanusiaan dan kerukunan antarumat beragama. 83 Abdurrahman Wahid selalu tampil terdepan dalam melakukan pembelaan terhadap minoritas. Pembelaan Abdurrahman Wahid terhadap sebuah peristiwa dibarengi dengan pengamatan yang cukup mendalam pada akar permasalahan dan tidak hanya sebatas tampil di depan bersikap sok pahlawan. 84 Hal ini nampak pada kebijakannya menjalin hubungan dengan Timor Leste, dengan mengunjungi dan bertemu Xanana Gusmao dan Jose Ramos-Horta. Abdurrahman Wahid berpidato tentang penyesalan dan kesedihannya mengenai kekerasan yang terjadi di Timtim. Abdurrahman Wahid pun atas nama seluruh bangsa Indonesia memohon maaf atas kesalahan yang telah terjadi.

3. Abdurrahman Wahid dan Pluralisme

Abdurrahman Wahid adalah seorang pemikir dan pemimpin besar umat Islam yang memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat keseluruhan ajaran Islam. Cara pandangnya yang berbeda inilah yang membuat Abdurrahman Wahid diterima masyarakat dunia yang beragam suku, agama, ras dan antargolongan. Beberapa pokok perbedaan cara pandang Abdurrahman Wahid diantaranya adalah ia lebih menekankan pada nilai ajaran daripada formalisasi ajaran. Titik tolak pemikiran Abdurrahman Wahid inilah yang membawa Abdurrahman Wahid pada pandangan bahwa 83 MN. Ibad Ahmad Fikri AF, op. cit, hlm. 10-11 84 Ibid, hlm. 11-34 Islam sebagai sebuah ajaran yang mengedepankan perdamaian, penghormatan pada manusia, universal, bukan bersifat skeptik, tertutup, dan tertentu untuk umat Islam saja. 85 Prinsip kewajiban menolong siapa saja yang membutuhkan pertolonganlah, yang membawa Abdurrahman Wahid berani tampil membela siapa saja yang tertindas dan terpinggirkan. Karena itu Abdurrahman Wahid melakukan pembelaan pada ketertindasan umat manusia, untuk melakukan kebebasan sehingga Abdurrahman Wahid kemudian memperhatikan kelompok minoritas atau yang terpinggirkan. Abdurrahman Wahid pada sikap totalitas dalam mem p erjuangkan perdamaian umat manusia, antarsuku, antarnegara, dan bangsa serta antaragama. 86 Hal ini nampak pada kebijakannya mengeluakan PP. no. 6 tahun 2000 tentang pemulihan hak warga keturunan Tionghoa dalam hal keyakinan, tradisi dan budaya. Dan pada tanggal 9 April 2001 mengeluarkan Keputusan Presiden Nomer 192001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur Fakultatif hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya. 85 Ibid, hlm. 93-94 86 Ibid, hlm. 97-98

D. Analisis Kebijakan-Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid

1. Kelebihan Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid

Dari kebijakan-kebijkan yang dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid terdapat kelebihan seperti menjunjung tinggi demokrasi dengan memperbolehkan Irian Jaya merubah nama menjadi Papua dan pemberian otonomi khusus untuk daerah Aceh. Abdurrahman Wahid mereformasi pemerintahan seperti pembubaran daepartemen penerangan dan departemen sosial serta penggantian para pejabat yang dianggap korup dan tak bekerja dengan baik. Abdurrahman Wahid juga menjalin hubungan baik dengan negara lain di negara-negara benua Asia, Afrika, Amerika dan Eropa untuk meunjukkan eksistensi negara Indonesia. Abdurrahman Wahid juga fokus terhadap perlindungan serta pengakuan terhadap kaum minoritas seperti mengeluarkan PP. no. 6 tahun 2000 mengenai pemulihan hak sipil penganut agama konghucu dan menetapkan tahun baru cina imlek sebagai libur fakultatif. Abdurrahman Wahid juga mengedepankan pruralisme dalam memerintah negara Indonesia.

2. Kelemahan Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid

Dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid terdapat kekurangan seperti, mencopot menteri dan pejabat sehingga menimbulkan perbedaan pendapat, memperbolehkan bendera bintang kejora berkibar di Papua, tersandung masalah Buloggate dan Bruneigate, serta mengeluarkan kebijakan yang kontroversial seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengumuman dekrit pada 23 Juli 2001, yang berisi 1 Membekukan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dewan Perwakilan Rakyat. 2 mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun. 3 menyelamatkan gerakan reformasi total dari unsur- unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golongan Karya sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung, untuk itu kami memerintahkan seluruh jajaran TNI dan Polri untuk mengamankan langkah penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti biasa.

3. Lengsernya Abdurrahman Wahid

Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Abdurrahman Wahid menyatakan kemungkinan Indonesia masuk ke dalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Abdurrahman Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Abdurrahman Wahid. Alasan dikeluarkan nota ini karena banyak elit politik dari anggota DPRMPR merasa kecewa dengan gaya kepemimpinan Abdurrahman Wahid dalam mengemukakan kebijakannya seperti pemcopota beberapa menteri, memperbolehkan pengibaran bendera bintang kejora dan kondisi ekonomi yang tak membaik. Nota tersebut berisi