pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular. Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid juga mendirikan kelompok belajar di
Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.
Abdurrahman Wahid pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslim assalamualaikum menjadi salam
sekular selamat pagi karena di Indonesia masih banyak keberagaman salam sehingga dia menginginkan adanya sikap menghargai keberagaman
tersebut.
36
Abdurrahman Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang
terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990, Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai oleh
Baharuddin Jusuf Habibie dan di dalamnya terdapat intelektual Muslim seperti Amien Rais dan Nurcholish Madjid sebagai anggota. Pada tahun
1991, beberapa anggota ICMI meminta Abdurrahman Wahid bergabung. Abdurrahman Wahid menolak karena ia mengira ICMI mendukung
sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat. Pada tahun 1991, Abdurrahman Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum
36
Ibid, hlm. 46-47
Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh
pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilihan umum legislatif 1992.
37
Pada Maret 1992, Abdurrahman Wahid berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang
pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Abdurrahman Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU.
Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, dan memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta.
Setelah acara usai, Abdurrahman Wahid mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan
Islam yang terbuka, adil dan toleran.
38
Menjelang Musyawarah Nasional NU di Cipasung tahun 1994, Abdurrahman Wahid menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga.
Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Abdurrahman Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie
dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Abdurrahman Wahid. Ketika musyawarah nasional NU diadakan, tempat pemilihan dijaga
ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Abdurrahman Wahid tetap
37
Ibid, hlm. 47-48
38
Ibid, hlm. 48-49
terpilih sebagai ketua NU dalam Musyawarah Nasional NU tersebut, untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Abdurrahman Wahid memulai aliansi
politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia PDI. Megawati Soekarnoputri yang menggunakan nama ayahnya memiliki
popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto.
39
Pada November 1996, Abdurrahman Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Abdurrahman Wahid sebagai
ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi
pemilihan kembali Abdurrahman Wahid. Pada saat yang sama, Abdurrahman Wahid memilih untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan
pada Desember 1996 bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
40
Pada Juli 1997 merupakan awal dari krisis finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Abdurrahman Wahid diminta
untuk melakukan reformasi bersama Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais untuk menentang rezim Soeharto, namun ia terkena stroke pada Januari
1998. Dari rumah sakit, Abdurrahman Wahid melihat situasi terus memburuk dengan terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes
mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti. Pada tanggal 19 Mei
39
Ibid, hlm. 49
40
Ibid, hlm. 50
1998, Abdurrahman Wahid, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan
usulan konsep Komite Reformasi untuk memenuhi tuntutan reformasi yang telah digelorakan seluruh elemen rakyat Indonesia. Sembilan pemimpin
tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Abdurrahman Wahid meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah
Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai Amien Rais, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun,
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Kemudian Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan
Soeharto.
41
3. Abdurrahman Wahid dan PKB
Menjelang pertengahan Juni 1998, menjadi semakin jelas partai- partai politik baru sudah bermunculan. Banyak kelompok dalam NU
bersaing untuk menjadikan Abdurrahman Wahid penolong yang dapat membantu mereka. Mulanya, Abdurrahman Wahid merasa prihatin bahwa
kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik, karena hal ini akan berarti mengaitkan agama dan politik. Namun menjelang Juli 1998,
sikapnya mulai mengendur dan tampaknya hampir pasti akan ada semacam partai NU, dengan atau tanpa restunya. Abdurrahman Wahid mulai secara
terbuka menyetujui pembentukan suatu partai NU. Abdurrahman Wahid
41
Ibid, hlm. 50-51
harus memimpin partai yang memanfaatkan pengikut-pengikut NU. Ia dan sejawatnya dalam PB NU merencanakan berdirinya Partai Kebangkitan
Bangsa PKB. Abdurrahman Wahid sendiri secara Formal tidak menjadi pemimpin PKB. Yang menjadi ketua PKB adalah Matori Abdul Djalil,
seorang politikus veteran yang berkiprah bertahun-tahun di PPP.
42
4. Pemilihan Umum 1999
Sejak PKB didirikan pada bulan Juli 1998, banyak orang partai yang berharap Abdurrahman Wahid akan menjadi presiden. Paling tidak
mereka mempunyai hak untuk mencalonkan Abdurrahman Wahid menjadi presiden. Pada tanggal 7 Februari 1999, ketua PKB yaitu Matori Abdul
Djalil, mengumumkan bahwa PKB akan mencalonkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dan dengan optimis ia berkata bahwa PKB akan berhasil
mengumpulkan 30 persen suara. Namun banyak pengamat politik tidak berharap banyak bahwa Abdurrahman Wahid akan berhasil karena menurut
mereka PKB hanya akan berhasil mengumpulkan suara dari kalangan NU.
43
Walaupun Abdurrahman Wahid mempunyai kelemahan-kelemahan kecil yang bisa membuat orang jengkel, ia bisa menimbulkan kesetiaan dan
rasa sayang dalam diri mereka yang berada di sekelilingnya. Untuk kampanye tahun 1999 ia mendapat bantuan yang menentukan dari sejumlah
orang. Yang pertama adalah Alwi Shihab, salah seorang teman lama sejak
42
Greg Barton, Biografi Abdurrahman Wahid: The Authorized Boigraphi of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, Lkis, 2002, hlm. 310-312
43
Ibid, hlm. 324-325
masa mahasiswa di Kairo. Melalui Alwi Shihab, Abdurrahman Wahid bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan Amien Rais dan berhubungan
baik dengan kaum modernis terkemuka, termasuk anggota ICMI yang moderat. Orang yang berjasa bagi kampanye Abdurrahman Wahid adalah.
Ratih Hardjono. Dalam tugasnya sehari-hari, Ratih bekerja sama erat dengan puteri Abdurrahman Wahid kedua, Yenny Wahid. Maka kedua
wanita ini mengatur kehidupan Abdurrahman Wahid. Kelompok kecil yang berkumpul dalam kebanyakan kampanye Abdurrahman Wahid sangat
kurang perlengkapan dan juga kurang berpengalaman, dan tidak mempunyai dana yang cukup walaupun mengenai soal dana mereka bisa meminta
bantuan dari pesantren setempat atau dari teman-teman. Namun demikian, anggota tim kampanye ini bersemangat dan selalu bergurau gembira.
44
Ketika Abdurrahman Wahid berkampanye, Alwi Shihab bekerja keras untuk memperbaiki hubungan antara kaum modernis dan tradisionalis.
Menjelang pertengahan Mei 1999, sudah dapat dikatakan bahwa banyak kaum modernis dan kaum tradisionalis yang dapat bekerja sama. Bahkan
kelihatannya hubungan pribadi antara Amien Rais dan Abdurrahman Wahid makin menjadi hangat dan erat. Namun hubungan antara Abdurrahman
Wahid dan Megawati Soekarnoputri memburuk. Selama masa kampanye
44
Ibid, hlm. 328-330
selanjutnya keduanya sangat jarang bertemu untuk membicarakan suatu yang serius.
45
Abdurrahman Wahid terlibat dalam kampanye politik yang serius untuk mencari dukungan bagi PKB dan juga bagi aliansinya dengan
Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais. Abdurrahman Wahid terus- menerus berkeliling Jawa karena di sinilah PKB mempunyai kesempatan
banyak meraih suara. Namun, ia juga berkampanye di beberapa tempat yang tampaknya tak akan memberikan apa-apa padanya. Abdurrahman Wahid
menyelesaikan kampanyenya dengan semangat tinggi. Kepada wartawan, Abdurrahman Wahid mekatakan bahwa menurutnya PKB akan mendapat
mendapat lebih dari 30 persen suara secara nasional atau bahkan 40 persen.
46
Hari pengumpulan suara tanggal 7 Juni terang penuh cahaya surya di Jakarta, kota yang biasanya diliputi mendung kelabu. Abdurrahman
Wahid bangun pagi-pagi dan memberikan suaranya di tempat pemberian suara setempat di Ciganjur sebelum berangkat ke kantor PB NU di Jakarta
Pusat. Ia penuh otimisme bukan saja mengenai PKB tetap juga mengenai Pemilu ini secara keseluruhan. Walau ada rasa khawatir mengenai
keberhasilan untuk mengalahkan Golkar. Pada akhir perhitungan suara, PKB memperoleh 12,4 persen suara, suatu hasil yang mengecewakan. Dan
yang lebih kecewa lagi adalah PAN, yang hanya berhasil mengumpulkan
45
Ibid, hlm. 332-334
46
Ibid, hlm. 334-336
sedikit lebih besar dari 7 persen. Golkar masih mampu mengumpulkan 22 persen, suatu hasil yang memang pantas mengingat sistem pemilihan ini
lebih condong pada pemberian kursi di luar Jawa. Banyak yang terkejut dengan hasil yang dicapai PPP. Partai ini mengumpulkan 10 persen suara
karena kinerjannya tetap baik di luar pulau Jawa dan selain itu PPP mempunyai banyak pendukung yang setia. PDI-P, secara tidak
mengejutkan, menjadi pemenang dengan perolehan hampir 34 persen suara. PDI-P juga mendapatkan mayoritas kursi di DPR.
Pada akhir Juni, Amien Rais mulai lagi berbicara dengan Abdurrahman Wahid mengenai cara terbaik keduanya untuk bekerja sama.
Amien Rais memulai kembali kekebiasaan lamanya untuk membentuk aliansi dengan kekuatan-kekuatan sektarian. Menjelang awal Juli jelaslah
bahwa pertemuan antara Amien Rais dan Abdurrahman Wahid mempunyai akibat yang luas. Kira-kira pada saat yang sama mulai dibicarakan orang
adanya kekuatan ketiga di Indonesia untuk mengimbangi Golkar dan anggota-anggota koalisinya terhadap PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Kekuatan ketiga ini disebut Poros Tengah.
47
Awalnya tak ada yang tahu benar kelompok apa Poros Tengah ini, tetapi menjelang akhir Juni kelompok ini mulai diperlakukan sebagai blok
kekuasaan ketiga yang dapat dipercaya dan pers menuliskannya dengan huruf kapital. Awalnya dianggap bahwa setelah Pemilu, keseimbangan
47
Ibid, hlm. 340-341
kekuasaan akan terbagi rata antara kaum reformis yang dipimpin PDI-P dan PKB dan kelompok koalisi “status-quo” yang dipimpim oleh Golkar dan
PPP bersama dengan partai-partai Islam kecil. Kini ada Poros Tengah yang dipimpin oleh Amien Rais dan kelompok ini tampaknya bisa menarik PPP,
Partai Bulan Bintang PBB, dan Partai Keadilan PK. Bila tidak, ketiga partai ini pasti akan berkoalisi dengan Golkar.
48
Pada waktu yang sama, Amien Rais, atas nama Poros Tengah, mulai mengembangkan ide untuk mencalonkan Abdurrahman Wahid
sebagai calon presiden. Pencalonan ini dikatakan merupakan cara untuk menjaga keseimbangan kekuasaan antara kelompok Megawati
Soekarnoputri dan kubu Habibie. Dengan demikian, akan ada seorang calon lain seandainya terdapat jalan buntu mengenai Megawati Soekarnoputri dan
Habibie. Pada 7 Oktober 1999, Fraksi Reformasi, yang terdiri dari unsur- unsur Poros Tengah bersama dengan PKB menetapkan Abdurrahman
Wahid sebagai calon Presiden mereka. Fraksi Reformasi merupakan aliansi antara PAN dan PK. Bergabungnya PKB dengan fraksi Reformasi untuk
mencalonkan Abdurrahman Wahid menunjukkan bahwa pencalonan ini memang serius adanya.
49
Selasa 19 Oktober 1999 diadakan pemungutan suara mengenai diterima atau tidaknya pidato pertanggungjawaban Habibie. Ketika
pemungutan suara dimulai, suasana menegangkan. Golkar mempunyai
48
Ibid, hlm. 341
49
Ibid, hlm. 341-348