Pengertian Kebijakan Kebijakan-Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid

karena Glenn MS Yusuf mempunyai hubungan terlalu dekat dengan rezim Orde Baru. 60 Bulan selanjutnya, Abdurrahman Wahid berangkat ke London, Paris, Amsterdam, Berlin dan Roma. Dalam perjalanan pulang, ia berkunjung ke New Delhi, Seoul, Bangkok dan Brunei. Tujuan dari lawatan ini, demikian jelasnya, adalah untuk mendapatkan dukungan dari Eropa, baik secara ekonomi maupun politik, untuk pelaksanaan reformasi di Indonesia. 61 Ketika berkunjung di Eropa, Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa Feisal Tandjung dan Wiranto sebagai penghambat bagi reformasi. Abdurrahman Wahid meminta Menko Pertahanan Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan pesan kepada Wiranto agar mengundurkan diri. Ketika Abdurrahman Wahid mendarat di Jakarta pada hari Minggu 13 Februari. Wiranto menjemputnya di lapangan udara, dan dengan bersemangat ia membujuk Abdurrahman Wahid agar bersabar sebelum memintanya mengundurkan diri. Namun Wiranto ingin memastikan Abdurrahman Wahid agar dirinya tak dicopot dari jabatan menteri pertahanan. Dan akhirnya Abdurrahman Wahid mencopot Wiranto sebagai Menteri Pertahanan. 62 60 Ibid, hlm. 364 61 Ibid, hlm. 364-365 62 Ibid, hlm. 366-367 Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Abdurrahman Wahid menemukan sekutu, yaitu Agus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret 2000. Pada Juli 2000, Agus Wirahadikusumah mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati Soekarnoputri, anggota TNI mulai menekan Abdurrahman Wahid untuk mencopot jabatan Agus Wirahadikusumah. Abdurrahman Wahid mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus Wirahadikusumah sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Abdurrahman Wahid kembali harus menurut pada tekanan. 63 Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Abdurrahman Wahid masih tinggi. Sekutu Abdurrahman Wahid seperti Megawati Soekarnoputri, Akbar Tanjung dan Amien Rais masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Abdurrahman Wahid diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Abdurrahman Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menginginkan sebagian tugas kepresidenan diwakilkan kepada Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati Soekarnoputri menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP 63 Ibid, hlm. 61-62