Pada September 2000, Abdurrahman Wahid menyatakan darurat militer di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Di Papua
Barat, Abdurrahman Wahid memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia. Akibatnya
Abdurrahman Wahid dikritik oleh Megawati Soekarnoputri dan Akbar Tanjung karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi serangan bom
terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.
78
Presiden Abdurrahman Wahid mengeluakan PP. no. 6 tahun 2000 tentang pemulihan hak warga keturunan Tionghoa dalam hal keyakinan,
tradisi dan budaya. Presiden Abdurrahman Wahid juga mencabut Inpres no. 14 tahun 1967 yang melarang semua bentuk ekspresi keagamaandan adat
Tionghoa di muka umum. dengan adanya kebijakan tersebut, warga Indonesia keturunan Tionghoa dapat berekspresi sesuai keyakinan, budaya
dan tradisi.
79
Pada tanggal 9 April 2001 Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomer 192001 yang meresmikan Imlek
sebagai hari libur Fakultatif hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya.
80
78
Ibid, hlm. 63
79
MN. Ibad Ahmad Fikri AF, Bapak Tionghoa Indonesia, Yogyakarta, LkiS, 2011, hlm. 132
80
https:id.wikipedia.orgwikiTahun_Baru_Imlek, diunduh 25 Agustus 2015
C. Jasa-Jasa Presiden Abdurrahman Wahid Bagi Indonesia
1. Pembumian Nilai-Nilai Demokrasi
Di Indonesia, sosok Abdurrahman Wahid telah diakui oleh banyak kalangan sebagai figur yang identik dengan “demokrasi” itu sendiri. Ia
mungkin satu-satunya tokoh Indonesia yang begitu getol bicara demokrasi, baik itu dari sudut sosial budaya, politik, hukum, maupun agama. Tentu
semua ini menunjukkan kapasitas dan komitmennya menegakkan nilai-nilai demokrasi. Bahkan di awal tahun 1990-an, ketika oleh sebagai tokoh
Nahdlatul Ulama NU Abdurrahman Wahid disuruh memilih antara menjadi ketua PBNU atau forum demokrasi, dengan tegas Abdurrahman
Wahid memilih menjadi Ketua forum demokrasi. Maka NU pun mengalah. Satu hal yang patut dibanggakan dari Abdurrahman Wahid, demokrasi yang
dia usung bukanlah demokrasi model Barat ataupun Timur melainkan demokrasi yang bersumber dari nilai-nilai martabat kemanusiaan yang
bersifat universal, baik itu yang ia gali dari agama-agama, dari filsafat, maupun dari tradisi dan budaya nusantara.
81
Kerja keras dan perjuangan tanpa mengenal kata menyerah dilakukan Abdurrahman Wahid selama ini, baik sebelum, saat dan setelah ia
menjadi presiden. Upaya pembumian nilai-nilai demokrasi yang gradual itu, diselingi juga dengan serangkaian eksperimen-eksperimentasi
demokrasi. Hal ini secara sporadis terlihat saat ia menjadi presiden RI.
81
KH. Zainal Arifin Thoha, Jagadnya Gus Dur, Yogyakarta, Kutub, 2010, hlm. 249- 250
Hanya dalam waktu relatif pendek, dalam masa kepresidenan Abdurrahman Wahid berhasil melatih bangsa Indonesia untuk selalu berubah dan
berbenah. Bahkan setiap orang, kelompok, golongan, lembaga apapun, dibebaskan untuk eksis dan berkembang. Mereka dipersilahkan bicara dan
membela aspirasi dan kepentingannya, bahkan untuk memilih yang terbaik bagi masa depan masing-masing dengan tanpa merugikan orang lain atau
kepentingan negara.
82
Hal ini terlihat pada kebijakannya seperti pembubaran departemen penerangan dan departemen sosial; penggantian nama Irian Jaya menjadi
Papua; dan pemberian otonomi khusus untuk Aceh.
2. Abdurrahman Wahid dalam Misi Kemanusiaan Dunia
Selain perhatian dan keterlibatannya dalam persoalan kemanusiaan dan kemiskinan di dalam negeri, Abdurrahman Wahid juga memberikan
perhatian terhadap masalah-masalah kemanusiaan dunia. Abdurrahman Wahid lebih mengandalkan ketokohannya dengan melalui pemikiran-
pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan-tulisan maupun ceramah serta menjalin hubungan dan komunikasi bagi terciptanya ruang dialog yang
seimbang. Hampir semua tulisan Abdurrahman Wahid mengandung muatan pembelaan terhadap hak asasi manusia dalam segala bidang ideologi,
politik, dan sosial budaya, serta pembelaan pada minoritas. Dalam
82
Ibid, hlm. 252-253