ValiditasB MetodeBAnalisisBDataB Pengaruh pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

Tabel 3.3. Angket sikap ilmiah di akhir pembelajaran No Pernyataan SS S J TP 1 Selama dua pertemuan ini saya bertanya kepada guru ataupun teman. 2 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini dapat memfasilitasi saya dalam menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan fisika. 3 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini mengajarkan saya strategi berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan fisika. 4 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini dapat melatih saya untuk lebih menghargai temuanpendapat teman. 5 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini dapat memfasilitasi saya untuk mencari kebenaran dari suatu pernyataanteori. Angket sikap ilmiah di akhir pembelajaran secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10.

M. ValiditasB

Angket sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini diuji kevalid- annya dengan menggunakan uji validitas isi. Uji ini dilakukan dengan meminta penilaian dari ahli dalam bidang pendidikan fisika terhadap instrumen yang telah dibuat, serta dengan menggunakan kisi-kisi untuk menunjukkan kelengkapan instrumen. Penilaian ahli terhadap instrumen sikap ilmiah yang dirancang dapat dilihat pada lampiran 8.

H. MetodeBAnalisisBDataB

1. Mengetahui keadaan sikap ilmiah awal dan akhir siswa kelas eksperimen Untuk mengetahui keadaan sikap ilmiah awal dan akhir siswa dilakukan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan klasifikasi sikap ilmiahnya. Pengelompokkan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mentukan skor untuk setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket Adapun penskoran dilakukan sebagai berikut: 1 TP Tidak Pernah diberi skor 1 2 J Jarang diberi skor 2 3 S Sering diberi skor 3 4 SS Sangat Sering diberi skor 4 b. Menentukan skor untuk setiap siswa, dengan memberikan skor pada setiap jawaban yang dipilih siswa untuk seluruh pernyataan dalam angket. Kemudian dihitung jumlah skor yang didapatkan oleh siswa tersebut. c. Mengklasifikasi hasil yang diperoleh siswa Klasifikasi yang dilakukan yakni berdasarkan 4 kriteria: sangat baik, baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Keempat kriteria tersebut dibedakan oleh interval skor yang diperoleh oleh siswa. Kriteria tersebut dibuat dengan cara berikut: 1 Menentukan range data Skor minimal: 1 x 10 = 10 Skor maksimal: 4 x 10 = 40 Range: 40 – 10 = 30 2 Menentukan lebar interval Range dibagi dalam 4 interval, maka lebar interval 30:4 = 7,5, dibulatkan menjadi 8. 3 Membuat tabel klasifikasi sikap ilmiah siswa Berikut merupakan tabel klasifikasi sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa baik saat awal dan akhir pembelajaran. Tabel 3.4. Tabel klasifikasi sikap ilmiah Interval Klasifikasi 34 – 41 Sangat baik 26 – 33 Baik 18 – 25 Kurang baik 10 – 17 Tidak baik d. Membuat kelompok siswa berdasarkan sikap ilmiahnya Pengelompokan dilakukan dengan melihat berapa banyak siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik, baik, kurang baik maupun tidak baik yang dibuat dalam bentuk persentase. Untuk mengetahui persentase tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut: 100 = 100 = 100 = 100 = Keterangan: SB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik B: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah baik KB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah kurang baik TB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah tidak baik X: Jumlah seluruh siswa Kemudian hasil pengelompokkan siswa dimasukkan ke dalam tabel berikut: Tabel 3.5. Tabel kelompok siswa No Klasifikasi Persentase 1 Sangat baik 2 Baik 3 Kurang baik 4 Tidak baik 2. Mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen Analisis terhadap sikap ilmiah awal dan akhir siswa dilakukan guna mengetahui apakah terdapat peningkatan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran hukum-hukum gas ideal menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving pada kelas eksperimen. Untuk mengetahui adanya peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang dependen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed terlampir pada lampiran 23 untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 Suparno, 2011: 201. Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya ada peningkatan sikap ilmiah yang signifikan. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada peningkatan sikap ilmiah yang signifikan. 3. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah awal siswa kelas kontrol dengan eksperimen Bila sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan saat diberi treatment tersebut, maka perlu dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui apakah peningkatan sikap ilmiah tersebut benar-benar akibat dari pemberian treatment atau tidak, maka hasil pengukuran tersebut perlu dibandingkan dengan kelas kontrol. Analisis terhadap sikap ilmiah awal siswa antara kelas kontrol dengan eksperimen ini dilakukan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak antara sikap ilmiah awal siswa kedua kelas tersebut sebelum dilakukaan analisis terhadap sikap ilmiah akhirnya. Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah awal siswa pada kelas kontrol dengan eksperimen dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 Suparno, 2011: 201. Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di awal pembelajaran. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di awal pembelajaran. Apabila berdasarkan hasil statistik didapatkan hasil bahwa sikap ilmiah awal antara dua kelompok kelas tidak sama atau berbeda, maka untuk analisis lebih lanjut mengenai sikap ilmiahnya dibuat sebuah variabel baru yang disebut sebagai gain score. Gain score ini didapatkan dengan mencari selisih antara skor sikap ilmiah awal dengan skor sikap ilmiah akhir yang diperoleh oleh siswa. kemudian gain score ini dapat diuji dengan menggunakan uji statistik T-test untuk dua grup yang independen. 4. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah akhir siswa kelas kontrol dengan eksperimen Bila telah diketahui bahwa sikap ilmiah awal siswa pada kedua kelas tersebut sama atau tidak berbeda maka sikap ilmiah akhir siswa kedua kelas dapat langsung dibandingkan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antara kedua kelas tersebut. Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah akhir siswa pada kelas kontrol dengan ekperimen dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 Suparno, 2011: 201. Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di akhir pembelajaran. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di akhir pembelajaran. 5. Mengetahui skor tiap aspek sikap ilmiah siswa Untuk dapat mengetahui bagaimana skor tiap aspek sikap ilmiah siswa, dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Menghitung skor rata-rata dari seluruh siswa untuk setiap item pernyataan, kemudian dibuat dalam bentuk tabel seperti berikut: Tabel 3.6. Tabel skor tiap item pernyataan No. Item Pernyataan Awal Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 b. Menghitung rata-rata skor dari setiap aspek penyusun sikap ilmiah Setiap aspek sikap ilmiah telah disusun ke dalam pernyataan- pernyataan, dengan susunan sebagai berikut: - Sikap ingin tahu: item no. 1 dan 2 - Sikap respek terhadap data: item no. 7 dan 8 - Sikap berpikir kritis: item no. 3 - Sikap berpikir terbuka: item no. 4 - Sikap kerjasama: item no. 9 dan 10 - Sikap teliti: no. item 6 - Sikap skeptis: item no. 5 Kemudian hasil perhitungan tersebut dapat dibuat dalam tabel seperti berikut: Tabel 3.7 Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir siswa kelas eksperimen Ingintahu Respek thd data Berpikir kritis Berpikir terbuka Kerjasama Teliti Skeptis Awal Akhir Tabel 3.8. Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dengan eksperimen Ingin Tahu Respek thd Data Berpikir Kritis Berpikir Terbuka Kerjasama Teliti Skeptis Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 6. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah awal kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten Untuk dapat mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dalam mengembangkan sikap ilmiah di kedua sekolah, apakah terdapat perbedaan atau tidak maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Analisis terhadap sikap ilmiah awal siswa pada kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten dilakukan guna mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa berkaitan dengan sikap ilmiah, apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak sehingga dapat ditentukan analisis yang berikutnya. Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah awal siswa pada kelas ekperimen kedua sekolah dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 Suparno, 2011: 201. Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. Apabila berdasarkan hasil statistik didapatkan hasil bahwa sikap ilmiah awal antara dua kelompok kelas tidak sama atau berbeda, maka untuk analisis lebih lanjut mengenai sikap ilmiahnya dibuat sebuah variabel baru yang disebut sebagai gain score. Gain score ini didapatkan dengan mencari selisih antara skor sikap ilmiah awal dengan skor sikap ilmiah akhir yang diperoleh oleh siswa. kemudian gain score ini dapat diuji dengan menggunakan uji statistik T-test untuk dua grup yang independen. 7. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah akhir kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten Bila telah diketahui bahwa sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen kedua sekolah tersebut sama atau tidak berbeda maka sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen kedua sekolah dapat langsung dibandingkan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antara kedua kelas tersebut. Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah akhir kelas ekperimen kedua sekolah dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 Suparno, 2011: 201. Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. 35 BABBIVB HASILBPENELITIANBDANBPEMBAHASANB

A. DeskripsiBPenelitianB

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Negeri 1 Medan Terhadap HIV/AIDS Tahun 2014

0 38 110

Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri 1 Medan tentang Dismenore

5 67 52

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010.

6 67 73

Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 5 Medan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

2 48 50

Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

0 29 96

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI SMA 1 AEK NATAS.

0 2 15

Pengaruh penggunaan simulasi phet dengan model problem solving terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran tentang hukum boyle dan gay lussac di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

0 0 159

Proses belajar metode problem solving berbantuan simulasi PhET: studi kasus siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 2 Klaten materi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.

0 6 154

Pengaruh penggunaan media simulasi phet dengan metode pembelajaran problem solving terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan hukum-hukum tentang gas ideal di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan kelas XI.

1 5 166

Pengaruh Pendekatan Ilmiah Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar - UNS Institutional Repository

0 0 16