Pengaruh pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

(1)

ABSTRAK

Wenita, W. 2016. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET dengan Metode Problem Solving terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) sikap ilmiah yang dimiliki siswa pada awal dan akhir pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. 2) apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa secara signifikan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. 3) apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat diterapkan pada sekolah yang berdasarkan KTSP maupun Kurikulum 2013 dalam mengembangkan sikap ilmiah.

Subyek penelitian yakni siswa kelas XI IPA 1 (kontrol), XI IPA 4 (eksperimen) SMA Negeri 1 Prambanan dan siswa kelas XI IPA 6 (kontrol) dan XI IPA 5 (eksperimen) SMA Negeri 2 Klaten. Treatment yang diberikan berupa pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving untuk materi hukum-hukum gas ideal. Instrumen yang digunakan adalah angket sikap ilmiah pada awal dan akhir pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di SMA Negeri 1 Prambanan awalnya terdapat sebanyak 57,57% siswa kemudian meningkat menjadi 84,84% siswa dengan sikap ilmiah baik dan sangat baik, sedangkan di SMA Negeri 2 Klaten awalnya terdapat sebanyak 12,12% siswa kemudian meningkat menjadi 33,33% siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik pada pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving. 2) Pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving ini belum optimal dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, bila dibandingkan dengan kelas kontrolnya tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, baik di SMA Negeri 1 Prambanan maupun di SMA Negeri 2 Klaten. 3) Pembelajaran menggunakan simulasi PhET dapat diterapkan pada sekolah yang menerapkan KTSP maupun Kurikulum 2013 dalam mengembangkan sikap ilmiah.

Kata kunci: simulasi PhET, metode problem solving, sikap ilmiah, hukum-hukum gas ideal


(2)

ABSTRACT

Wenita, W. 2016. The Influence of Learning using PhET Simulation with Problem Solving Method to the Scientific Attitudes of Students in XI SMA Negeri 1 Prambanan and SMA Negeri 2 Klaten. Thesis. Yogyakarta: Physics Education. Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to know: 1) Scientific attitude owned students at the beginning and the end of learning using PhET simulations with problem solving method in SMA Negeri 1 Prambanan and SMA Negeri 2 Klaten, 2) whether the learning using PhET simulations with problem solving method can improve students' scientific attitude significantly, 3) whether learning using PhET simulations with problem solving method can be applied to both of schools that based on KTSP and Curriculum in 2013 to develop a scientific attitude.

The samples of this research was the students of XI IPA 1 (control), XI IPA 4 (experiment) SMA Negeri 1 Prambanan and the students of XI IPA 6 (control), XI IPA 5 (experiment) SMA Negeri 2 Klaten. Treatment that provided was a learning using PhET simulation with problem solving method in the laws of an ideal gas matter. The instrument used was a questionnaire of scientific attitude at the beginning and the end of the learning.

The result showed that: 1) In SMA Negeri 1 Prambanan initially there are 57.57% of students then increased to 84.84% of students with a good and excellent scientific attitude, and in SMA Negeri 2 Klaten initially there are 12.12% of the students then increased to 33.33% of students who have an excellent scientific attitude at learning using PhET simulations with problem solving method. 2) The learning using PhET simulations with problem solving method was not optimal in improving students' scientific attitude, when compared with the control class does not obtain a significant difference, both in SMA Negeri 1 Prambanan and in SMA Negeri 2 Klaten. 3) The learning using PhET simulations with problem solving method can be applied to both of schools that based on KTSP and Curriculum in 2013 to develop a scientific attitude.

Keywords: PhET simulation, problem solving method, scientific attitude, the laws of an ideal gas


(3)

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET

DENGAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP SIKAP ILMIAH

SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN DAN SMA NEGERI 2 KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Weni Wenita NIM: 121424058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016


(4)

i

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET DENGAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN DAN SMA NEGERI 2

KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Weni Wenita NIM: 121424058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang),

niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu,

dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan

sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Universitas Sanata Dharma

2. Keluarga: kedua orang tua saya yakni Made Riza Subiyanto dan Sri Harwiati, kedua kakak saya yakni Anam Pramudya Nirbaya dan Ardhi Widatama 3. Teman-teman pendidikan Fisika angkatan 2012


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Wenita, W. 2016. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET dengan Metode Problem Solving terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) sikap ilmiah yang dimiliki siswa pada awal dan akhir pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. 2) apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa secara signifikan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. 3) apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat diterapkan pada sekolah yang berdasarkan KTSP maupun Kurikulum 2013 dalam mengembangkan sikap ilmiah.

Subyek penelitian yakni siswa kelas XI IPA 1 (kontrol), XI IPA 4 (eksperimen) SMA Negeri 1 Prambanan dan siswa kelas XI IPA 6 (kontrol) dan XI IPA 5 (eksperimen) SMA Negeri 2 Klaten. Treatment yang diberikan berupa pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving untuk materi hukum-hukum gas ideal. Instrumen yang digunakan adalah angket sikap ilmiah pada awal dan akhir pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di SMA Negeri 1 Prambanan awalnya terdapat sebanyak 57,57% siswa kemudian meningkat menjadi 84,84% siswa dengan sikap ilmiah baik dan sangat baik, sedangkan di SMA Negeri 2 Klaten awalnya terdapat sebanyak 12,12% siswa kemudian meningkat menjadi 33,33% siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik pada pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving. 2) Pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving ini belum optimal dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, bila dibandingkan dengan kelas kontrolnya tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, baik di SMA Negeri 1 Prambanan maupun di SMA Negeri 2 Klaten. 3) Pembelajaran menggunakan simulasi PhET dapat diterapkan pada sekolah yang menerapkan KTSP maupun Kurikulum 2013 dalam mengembangkan sikap ilmiah.

Kata kunci: simulasi PhET, metode problem solving, sikap ilmiah, hukum-hukum gas ideal


(11)

viii ABSTRACT

Wenita, W. 2016. The Influence of Learning using PhET Simulation with Problem Solving Method to the Scientific Attitudes of Students in XI SMA Negeri 1 Prambanan and SMA Negeri 2 Klaten. Thesis. Yogyakarta: Physics Education. Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to know: 1) Scientific attitude owned students at the beginning and the end of learning using PhET simulations with problem solving method in SMA Negeri 1 Prambanan and SMA Negeri 2 Klaten, 2) whether the learning using PhET simulations with problem solving method can improve students' scientific attitude significantly, 3) whether learning using PhET simulations with problem solving method can be applied to both of schools that based on KTSP and Curriculum in 2013 to develop a scientific attitude.

The samples of this research was the students of XI IPA 1 (control), XI IPA 4 (experiment) SMA Negeri 1 Prambanan and the students of XI IPA 6 (control), XI IPA 5 (experiment) SMA Negeri 2 Klaten. Treatment that provided was a learning using PhET simulation with problem solving method in the laws of an ideal gas matter. The instrument used was a questionnaire of scientific attitude at the beginning and the end of the learning.

The result showed that: 1) In SMA Negeri 1 Prambanan initially there are 57.57% of students then increased to 84.84% of students with a good and excellent scientific attitude, and in SMA Negeri 2 Klaten initially there are 12.12% of the students then increased to 33.33% of students who have an excellent scientific attitude at learning using PhET simulations with problem solving method. 2) The learning using PhET simulations with problem solving method was not optimal in improving students' scientific attitude, when compared with the control class does not obtain a significant difference, both in SMA Negeri 1 Prambanan and in SMA Negeri 2 Klaten. 3) The learning using PhET simulations with problem solving method can be applied to both of schools that based on KTSP and Curriculum in 2013 to develop a scientific attitude.

Keywords: PhET simulation, problem solving method, scientific attitude, the laws of an ideal gas


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini berjudul PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET DENGAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN DAN SMA NEGERI 2 KLATEN.

Penulis menyadari dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat, dukungan serta waktunya selama penyusunan dan penulisan skripsi ini.

2. Dosen penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi selama pendadaran.

3. Kepala sekolah beserta Wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten yang telah memberikan izin dan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi.


(13)

x

4. Guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 1 Prambanan yang telah memberikan waktu dan tempat sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian skripsi di kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4.

5. Guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 2 Klaten yang telah memberikan waktu dan tempat sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian skripsi di kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6.

6. Siswa-siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan dan siswa-siswa kelas XI IPA 5, XI IPA 6 SMA Negeri 2 Klaten yang telah menjadi subyek penelitian dan telah berpartisipasi dengan baik.

7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat, masukan dan doa yang sangat berarti bagi penulis selama menjalani perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kakak-kakak dan keluarga yang telah memberikan dukungan, masukan dan doanya selama menjalani perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

H. Rekan satu tim dalam skripsi ini: Lusi, Mey, Hana yang telah memberikan semangat, bantuan, partisipasi dan kerjasama yang baik selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat ku (Ita, Loren, Ria, Ririn, Risa, Helen) dan teman-teman pendidikan fisika angkatan 2012 yang telah menemani, memberikan bantuan, semangat dan doa selama menjalani perkuliahan dan dalam mengerjakan skripsi.


(14)

xi

11. Teman-teman satu kos (Oliv, Vani, Elsi, kak Agi, Clarisa) yang telah memberikan semangat dan telah menghibur di masa-masa sulit.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa baik selama menjalani perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penyajian. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan penelitian ini.

Terakhir, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Simulasi PhET ... 7 B. Metode Problem Solving ... H


(16)

xiii

C. Sikap Ilmiah ... 13

D. Hukum-hukum Gas Ideal 1. Hukum Boyle ... 16

2. Hukum Charles-Gay Lussac ... 16

3. Hukum Gay Lussac ... 17

4. Hukum Boyle-Gay Lussac... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 1H B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 1H C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 1H D. Desain Penelitian ... 20

E. Treatment ... 20

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran ... 21

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 23

G. Validitas ... 25

H. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian 1. Persiapan Penelitian ... 35

2. Pelaksanaan penelitian ... 37

B. Data 1. SMA Negeri 1 Prambanan ... 48


(17)

xiv

2. SMA Negeri 2 Klaten ... 4H C. Analisis Data

1. SMA Negeri 1 Prambanan ... 50

2. SMA Negeri 2 Klaten ... 57

3. Kedua Sekolah ... 65

D. Pembahasan ... 68

E. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Aspek sikap ilmiah menurut Gegga, Harlen dan AAAS ... 14

Tabel 2.2. Dimensi dan indikator sikap ilmiah ... 15

Tabel 3.1. Kisi-kisi angket sikap ilmiah ... 24

Tabel 3.2. Angket sikap ilmiah di awal pembelajaran ... 24

Tabel 3.3. Angket sikap ilmiah di akhir pembelajaran ... 25

Tabel 3.4. Tabel klasifikasi sikap ilmiah ... 27

Tabel 3.5. Tabel kelompok siswa ... 28

Tabel 3.6. Tabel perbandingan skor tiap item pernyataan kelas kontrol dengan eksperimen ... 31

Tabel 3.7 Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir siswa kelas eksperimen ... 32

Tabel 3.8. Tabel perbandingan skor tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dengan eksperimen ... 32

Tabel 4.1. Jadwal dan kegiatan penelitian di kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 37

Tabel 4.2. Jadwal dan kegiatan penelitian di kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 43

Tabel 4.3. Data sikap ilmiah siswa kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 48 Tabel 4.4. Data sikap ilmiah siswa kelas kontrol dan eksperimen SMA

Negeri 2 Klaten ... 4H Tabel 4.5. Tabel jumlah dan persentase siswa kelas eksperimen SMA


(19)

xvi

Negeri 1 Prambanan berdasarkan klasifikasi sikap ilmiah ... 51 Tabel 4.6. Tabel skor tiap item pernyataan sikap ilmiah awal dan akhir kelas

eksperimen di SMA Negeri 1 Prambanan ... 55 Tabel 4.7. Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir kelas

eksperimen di SMA Negeri 1 Prambanan ... 55 Tabel 4.8. Tabel skor tiap item pernyataan kelas kontrol dan eksperimen

di SMA Negeri 1 Prambanan ... 56 Tabel 4.H. Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dan eksperimen

di SMA Negeri 1 Prambanan ... 56 Tabel 4.10. Tabel jumlah dan persentase siswa kelas eksperimen SMA

Negeri 2 Klaten berdasarkan klasifikasi sikap ilmiah ... 58 Tabel 4.11. Tabel skor tiap item pernyataan sikap ilmiah awal dan akhir

kelas eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten ... 62 Tabel 4.12. Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir kelas

eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten... 62 Tabel 4.13. Tabel gain score rata-rata tiap item pernyataan kelas kontrol dan

eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten... 63 Tabel 4.14. Tabel gain score tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dan eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten ... 64


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Grafik hubungan P terhadap V ... 16 Gambar 2.2. Grafik hubungan V terhadap T ... 17 Gambar 2.3. Grafik hubungan P terhadap T ... 18 Gambar 4.1. Grafik skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir kelas

eksperimen di SMA Negeri 1 Prambanan ... 55 Gambar 4.2. Grafik skor tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dan

eksperimen di SMA Negeri 1 Prambanan ... 57 Gambar 4.3. Grafik skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir kelas

eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten ... 63 Gambar 4.4. Grafik gain score tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dan

eksperimen di SMA Negeri 2 Klaten ... 64


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian dari Kepala BAPEDA Kab.Sleman ... 81 Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA

Negeri 1 Prambanan ... 82 Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA Negeri 2

Klaten ... 83 Lampiran 4: RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas Kontrol ... 84

Lampiran 5: RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas Eksperimen 88 Lampiran 6: LKS (Lembar Kerja Siswa) Coaching ... H3 Lampiran 7: LKS (Lembar Kerja Siswa) Pembelajaran ... H6 Lampiran 8: Validitas Angket ... 102 Lampiran H: Angket Sikap Ilmiah di Awal Pembelajaran yang Digunakan .... 108 Lampiran 10: Angket Sikap Ilmiah di Akhir Pembelajaran yang Digunakan 10H Lampiran 11: Data Kasar Sikap Ilmiah Awal Kelas Kontrol SMA Negeri 1

Prambanan ... 110 Lampiran 12: Data Kasar Sikap Ilmiah Akhir Kelas Kontrol SMA Negeri 1

Prambanan ... 111 Lampiran 13: Data Kasar Sikap Ilmiah Awal Kelas Eksperimen SMA Negeri

1 Prambanan ... 112 Lampiran 14: Data Kasar Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen SMA Negeri

1 Prambanan ... 113 Lampiran 15: Data Kasar Sikap Ilmiah Awal Kelas Kontrol SMA Negeri


(22)

xix

Lampiran 16: Data Kasar Sikap Ilmiah Akhir Kelas Kontrol SMA Negeri

2 Klaten ... 115 Lampiran 17: Data Kasar Sikap Ilmiah Awal Kelas Eksperimen SMA

Negeri 2 Klaten ... 116 Lampiran 18: Data Kasar Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen SMA

Negeri 2 Klaten ... 117 Lampiran 1H: Contoh Hasil LKS (Lembar Kerja Siswa) Pembelajaran Milik

Siswa Kelas Eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 118 Lampiran 20. Contoh Hasil LKS (Lembar Kerja Siswa) Pembelajaran Milik

Siswa Kelas Eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 124 Lampiran 21: Contoh Hasil Angket Sikap Ilmiah di Awal Pembelajaran Milik

Siswa ... 130 Lampiran 22: Contoh Hasil Angket Sikap Ilmiah di Akhir Pembelajaran Milik

Siswa ... 131 Lampiran 23: Tabel Two Tailed ... 132 Lampiran 24: Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Prambanan . 133 Lampiran 25: Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen SMA Negeri 1

Prambanan ... 134 Lampiran 26: Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol SMA Negeri 2 Klaten ... 135 Lampiran 27: Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen SMA Negeri 2 Klaten .. 136


(23)

1 BABBIB PENDAHULUANB

A.LatarBBelakangB

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), tujuan dalam mempelajari mata pelajaran fisika salah satunya yakni agar siswa memiliki kemampuan untuk memupuk sikap ilmiah (seperti jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain). Hal ini berarti bahwa dalam belajar fisika diharapkan sikap ilmiah dapat ditumbuhkan dan dilatihkan kepada siswa selama proses pembelajaran tersebut.

Untuk mengembangkan sikap ilmiah, siswa perlu melakukan praktik dan melakukan pengamatan sehingga mereka mendapat kesempatan untuk merasakan dan mengembangkan setiap komponen dari sikap ilmiah (Rao, 2004: 9). Oleh sebab itu, guru perlu menyiapkan pembelajaran yang dapat membuat siswa melakukan praktik dan pengamatan selama pembelajaran seperti dengan menerapkan praktikum.

Namun yang sering terjadi adalah guru sangat jarang mengadakan praktikum selama ia mengajar, dalam satu semester terkadang guru hanya mengadakan dua kali praktikum. Berdasarkan informasi dari guru fisika SMA Negeri 1 Prambanan, guru tidak memiliki cukup banyak waktu tatap muka dalam mengajar karena adanya kegiatan rutin sekolah ataupun kegiatan-kegiatan dinas dan ujian-ujian sekolah maupun nasional yang mengurangi jam


(24)

tatap muka guru. Oleh sebab itu, dengan pertimbangan materi pelajaran yang padat membuat guru cenderung menghindari praktikum yang memerlukan banyak waktu untuk membahas satu sub bahasan saja, dan akhirnya guru lebih memilih mengajarkan materi-materi pelajaran tersebut dengan cara yang lebih praktis untuk dilakukan. Selain itu, guru juga mengeluhkan keterbatasan alat-alat praktikum yang dapat digunakan sehingga guru jarang mengadakan pembelajaran dengan praktikum tersebut. Hal-hal tersebut juga dirasakan di SMA Negeri 2 Klaten sehingga praktikum jarang dilakukan.

Ditengah berkembangnya teknologi saat ini, telah tersedia banyak layanan-layanan yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Seperti tersedianya laboratorium dan peralatan laboratorium fisika dalam bentuk digital yang biasa disebut sebagai laboratorium virtual. Salah satu aplikasi yang dapat dijadikan sebagai laboratorium virtual tersebut yakni aplikasi yang bernama PhET Simulation. Simulasi PhET (Physics Education Technology) ini merupakan simulasi virtual yang berisi berbagai animasi alat-alat laboratorium dan berbagai instrumen pengukuran. Cara penggunaannya sangat mudah dan praktis, yakni hanya dengan ditekan ataupun digeser. Hal ini tentu akan sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dimana siswanya dapat melakukan praktikum dan pengamatan dengan tidak memakan banyak waktu, karena dengan simulasi ini siswa tidak perlu merangkai alat-alat seperti pada praktikum langsung di laboratorium fisika.

Berdasarkan hal tersebut maka simulasi PhET ini memang dapat dijadikan sebagai media belajar yang sangat efektif dan dapat mendukung untuk


(25)

mengembangkan sikap ilmiah siswa. Namun sebaik apapun simulasi ini, tidak akan dapat berjalan sukses secara otomatis. Simulasi ini masih harus menjadi bagian dari suatu rancangan atau strategi pembelajaran yang disusun oleh guru (Wiemen dkk, 2010: 225). Agar penggunaan simulasi PhET dapat dijalankan dengan maksimal dan terorganisasi, maka penggunaan simulasi PhET ini dapat dipadukan dengan pembelajaran problem solving. Dengan diterapkannya metode tersebut maka penggunaan simulasi PhET menjadi lebih terarah dengan adanya suatu kegiatan untuk pemecahan masalah. Selain itu, dengan diterapkannya metode tersebut akan dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap ilmiahnya, seperti sikap kritis, teliti, ataupun bekerjasama.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, diketahui bahwa guru fisika baik di SMA Negeri 1 Prambanan ataupun di SMA Negeri 2 Klaten belum mengenal simulasi PhET ini, dengan begitu penelitian ini dilaksanakan di kedua SMA tersebut guna mengenalkan adanya simulasi PhET dan untuk mengetahui apakah simulasi PhET yang dipadukan dengan metode problem solving ini dapat membantu dalam mengembangkan sikap ilmiah siswa. Selain itu, diketahui pula bahwa ternyata kedua sekolah tersebut menerapkan kurikulum yang berbeda yakni KTSP dan Kurikulum 2016, dengan begitu dalam penelitian ini ingin dicari tahu apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat diterapkan dengan baik di kedua sekolah dengan kondisi yang berbeda tersebut dalam mengembangkan sikap ilmiah siswa.


(26)

B.RumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan yakni:

1. Bagaimana sikap ilmiah yang dimiliki siswa pada awal dan akhir pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten? 2. Apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode

problem solving dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa secara signifikan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten? 6. Apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode

problem solving dapat diterapkan pada sekolah yang berdasarkan KTSP maupun Kurikulum 2016 dalam mengembangkan sikap ilmiah?

C.TujuanBPenelitianB

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sikap ilmiah yang dimiliki siswa pada awal dan akhir pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa secara signifikan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.


(27)

6. Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dapat diterapkan pada sekolah yang berdasarkan KTSP maupun Kurikulum 2016 dalam mengembangkan sikap ilmiah.

D.ManfaatBPenelitianB

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat yakni:B

1. Bagi Pendidikan a. Guru

Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih media dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran agar dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa.

b. Siswa

Semoga penelitian ini dapat menciptakan kesempatan baru bagi para siswa untuk dapat semakin mengembangkan sikap ilmiah yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan dirinya dalam belajar fisika. c. Sekolah

Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mengetahui dan membantu pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran berbantuan media simulasi PhET tersebut.


(28)

2. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui tingkat sikap ilmiah yang dimiliki siswa saat mengikuti pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dalam pembelajaran fisika, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ketika peneliti mendapat kesempatan untuk melaksanakan proses pembelajaran.


(29)

7 BABBIIB

LANDASANBTEORIB A.SimulasiBPhETB

Physics Education Technology atau PhET merupakan sebuah aplikasi yang berisi berbagai simulasi yang berguna untuk mengajar dan belajar fisika yang dikembangkan oleh pniversitas Colorado (Perkins dkk, 2006: 18).

Simulasi PhET menggunakan gambar bergerak (animasi), bersifat interaktif dan dibuat layaknya permainan dimana siswa dapat belajar dengan bereksplorasi. Seluruh pengaturan dalam simulasi ini sederhana dan mudah digunakan seperti click-drag, menggeser dan terdapat tombol-tombol yang dapat digunakan. Selain itu, simulasi ini juga memberi respon (feed back) yang cepat setelah dilakukannya berbagai pengaturan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat suatu hubungan sebab akibat (Perkins dkk, 2006: 18-19).

Simulasi PhET dibuat dalam Java dan Flash sehingga dapat dijalankan langsung dari website PhET (http://phet.colorado.edu) menggunakan web browser standar. Selain itu, PhET juga dapat diunduh secara gratis dan dipasang pada komputer (perangkat lokal) sehingga dapat digunakan secara offline (Perkins dkk, 2006: 19).

Tujuan utama dari simulasi PhET ini yakni untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan meningkatkan kualitas belajar (Perkins dkk, 2006: 18). Selain itu, simulasi ini dibuat agar siswa dapat membangun pemahaman konsepnya sendiri mengenai fisika melalui eksplorasi. Dengan begitu, simulasi


(30)

ini dapat menjadi media belajar yang berguna dalam kegiatan berkelompok seperti di laboratorium. Terdapat banyak simulasi PhET yang secara khusus sesuai dengan tujuan tersebut, misalnya seperti simulasi dengan judul The Moving Man, Circuit Construction Kit, Masses and Springs, dan Gas Properties. Misalnya pada simulasi Mases and Spring (massa dan pegas), siswa seutuhnya dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di laboratorium, seperti menggantungkan beban pada pegas dan mengukur perubahan pegasnya atau periode osilasinya (Perkins dkk, 2006: 20-21).

Simulasi PhET ini memang dapat menjadi media belajar yang sangat efektif, namun sebaik apapun simulasi ini tidak dapat berjalan sukses secara otomatis. Simulasi ini memang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat membantu guru, tetapi simulasi ini tidak dapat menggantikannya. Simulasi ini masih harus menjadi bagian dari suatu rancangan atau strategi pembelajaran yang bergantung pada alokasi waktu yang ditentukan dan petunjuk guru (Wiemen dkk, 2010: 225).

Berikut merupakan beberapa kelebihan dari penggunaan simulasi PhET (Wiemen dkk, 2010: 226):

1. simulasi PhET dapat digunakan di dalam kelas, dimana peralatan praktikum sungguhan tidak bisa dan tidak praktis untuk digunakan, 2. simulasi PhET dapat digunakan untuk melakukan eksperimen yang

tidak mungkin untuk dilakukan,

3. simulasi PhET dapat dengan mudah digunakan untuk mengubah variabel yang sulit dilakukan bila menggunakan peralatan sungguhan,


(31)

4. simulasi PhET dapat digunakan untuk menunjukkan representasi dari hal-hal yang tidak terlihat,

5. siswa dapat menjalankan simulasi PhET menggunakan komputer pribadi di rumah untuk mengulang eksperimen yang sudah dilakukan di kelas sehingga dapat memperkuat pemahaman mereka.

Jika memungkinkan, akan lebih efektif untuk membuat siswa bekerja dalam kelompok dengan komputernya masing-masing dan memanipulasi sendiri simulasi tersebut. Simulasi PhET ini dirancang secara hati-hati dan diuji supaya mudah untuk digunakan dan menarik bagi siswa. Kegiatan di dalam kelas dengan simulasi ini dapat mencakup berbagai jenis kegiatan, dengan maksud dari seluruh kegiatan tersebut adalah untuk mengajukan pertanyaan yang akan mendorong siswa mengeksplorasi simulasi tersebut (Wiemen dkk, 2010: 226).

B.MetodeBProblem SolvingB

Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi (Suparno, 2013: 104).

Sebagai bagian dari metode pengajaran, problem solving atau pemecahan masalah ini merupakan cara mengajar dengan proses dari perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, sampai dengan penentuan alternatif pemecahan masalah (Suyanto & Djihad, 2013: 139). Secara lebih rinci,


(32)

pembelajaran dengan problem solving ini dapat diterapkan dengan langkah-langkah berikut (Ambarjaya, 2012: 107):

1. adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan,

2. mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut,

3. menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, 4. menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, 5. menarik kesimpulan.

Selain itu, Dewey juga mengungkapkan metode problem solving tersebut dengan langkah-langkah yang serupa (dalam Nugrahanta, 2009: 234):

1. menemukan permasalahan, 2. membatasi permasalahan,

3. mencari kemungkinan-kemungkinan jawaban, 4. memilih jawaban yang terbaik (sebagai hipotesis), 5. menguji jawaban yang terbaik itu dalam eksperimen, 6. mengadakan evaluasi.

Dewey juga mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar metode problem solving dapat diterapkan secara efektif (dalam Nugrahanta, 2009: 234):

1. harus ada pengalaman,

2. harus ada data yang tersedia dan bisa dijangkau,

3. harus ada kemungkinan untuk membuat berbagai jawaban (bukan jawaban tunggal),


(33)

4. harus ada kemungkinan untuk menguji jawaban-jawaban itu.

Dalam mengemukakan masalah-masalah yang realistis kepada siswa dapat memanfaatkan teknologi melalui simulasi-simulasi yang memungkinkan siswa berpartisipasi secara langsung dalam aktivitas-aktivitas yang benar-benar membangkitkan semangat. Selaian itu, teknologi melalui simulasi ini dapat membantu menyediakan data dan informasi yang bisa digunakan siswa dalam usaha-usaha pemecahan masalah (Jacobsen dkk, 2009: 252 & 255).

Menurut Gagne (dalam Mulyasa, 2005: 111), bila seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga belajar sesuatu yang baru.

Berikut terdapat pula keunggulan-keunggulan lain dari metode ini, dimana problem solving (Ambarjaya, 2012: 108):

1. merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, 2. dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan

untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, 3. dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,

4. dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata,

5. dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, 6. dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran


(34)

merupakan proses berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja, 7. lebih menyenangkan dan disukai siswa,

8. dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru,

9. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata,

10. dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Selain memiliki berbagai keunggulan, terdapat pula kelemahan dari problem solving ini, diantaranya (Ambarjaya, 2012: 109):

1. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru,

2. proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran,

3. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang


(35)

kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C.SikapBIlmiahB

Pada Dictionary of Psichology, Riber menyatakan bahwa istilah sikap berasal dari bahasa Latin yakni “aptitudo” yang berarti kemampuan, sehingga sikap dijadikan sebagai acuan apakah seseorang mampu atau tidak mampu pada pekerjaan tertentu (dalam Anwar, 2009: 103).

Sikap dalam pembelajaran sains dikenal sebagai sikap ilmiah. Harlen menyatakan bahwa sikap ilmiah mengandung dua makna, yaitu attitude toward science dan attitude of science. Attitude toward science mengacu pada sikap terhadap sains seperti rasa suka ataupun tidak suka, senang ataupun tidak senang terhadap sains. Sedangkan, attitude of science mengacu pada sikap yang melekat dalam diri siswa setelah mempelajari sains, misalnya seperti sikap ingin tahu, keterbukaan, objektivitas, jujur dan lain sebagainya (dalam Harso, 2014).

Sikap ilmiah ini sangat penting dimiliki oleh siswa, siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berpikir sehingga akan termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan. Selain berkaitan dengan masalah akademis, Dasna mengungkapkan bahwa sikap ilmiah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena dapat membentuk pribadi manusia dalam melakukan pertimbangan yang rasional pada saat pengambilan suatu keputusan (dalam Harso, 2014).


(36)

Selain itu, para pengajar/guru sains juga telah menyadari bahwa sikap ilmiah ini merupakan hasil yang sangat penting dari suatu pengajaran sains. Oleh sebab itu, sikap ilmiah ini perlu dikembangkan dalam diri siswa. pntuk mengembangkan sikap ilmiah, guru harus selalu mengingat bahwa tanpa menanyakan pikiran siswa dan tanpa penyelidikan, pembelajaran sains hanya akan berarti sebagai penerimaan semata dan tidak akan mampu mengembangkan sikap ilmiah siswa. Siswa harus dibuat untuk praktik dan melakukan pengamatan sehingga mereka mendapat kesempatan untuk merasakan dan mengembangkan setiap komponen dari sikap ilmiah (Rao, 2004: 9).

Dibawah ini terdapat tabel yang berisi pendapat dari Gegga, Harlen, dan AAAS (American Association for Advancement of Science) mengenai aspek dari sikap ilmiah (dalam Anwar, 2009: 107):

Tabel 2.1. Aspek sikap ilmiah menurut Gegga, Harlen dan AAAS

GeggaB(1977)B HarlesB(1996)B AAASB(1993)B

Curiosity (Sikap ingin

tahu) Curiosity tahu) (Sikap ingin Honestyjujur) (Sikap Inveniveness (Sikap

penemuan) Respect for evidence(Sikap respek terhadap data)

Curiosity (Sikap ingin tahu) Critical thinking (Sikap

berpikir kritis) Critical reflectionrefleksi kritis) (Sikap Open mindedberpikiran terbuka) ( Sikap Persistance (sikap teguh

pendirian) Perseveranceketekunan) (Sikap Skepticism keragu-raguan) (Sikap Creativity and

inventiveness (Sikap kreatif dan penemuan) Open mindedness (Sikap berpikiran terbuka) Co-operation with others (Sikap bekerjasama dengan orang lain)


(37)

Berikut terdapat indikator yang dikembangkan oleh Harlen terhadap beberapa dimensi atau aspek dari sikap ilmiah (dalam Anwar, 2009: 108): Tabel 2.2. Dimensi dan indikator sikap ilmiah

Dimensi Indikator

Sikap ingin tahu - Antusias mencari jawaban

- Perhatian terhadap objek yang diamati - Antusias pada proses sains

- Menanyakan setiap langkah kegiatan Sikap respek terhadap

data/fakta - - Obyektif/jujur Tidak memanipulasi data - Tidak purbasangka

- Mengambil keputusan sesuai fakta - Tidak mencampur fakta dengan pendapat Sikap berpikir kritis - Meragukan temuan teman

- Menanyakan setiap perubahan/hal baru - Mengulangi kegiatan yang dilakukan - Tidak mengabaikan data meskipun kecil Sikap penemuan dan

kreativitas - - Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas

- Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta

- Menggunakan alat tidak seperti biasanya - Menyarankan percobaan-percobaan baru - Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan Sikap berpikiran

terbuka dan kerjasama - - Menghargai pendapat/temuan orang lain Mau merubah pendapat jika data kurang - Meneriman saran dari teman

- Tidak merasa selalu benar

- Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif - Berpartisipasi aktif dalam kelompok

Sikap ketekunan - Melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang

- Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan

- Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelasnya selesai lebih awal

Sikap peka terhadap

lingkungan sekitar - - Perhatian terhadap peristiwa sekitar Partisipasi pada kegiatan sosial - Menjaga kebersihan lingkungan sekolah B


(38)

D.Hukum-hukumBGasBIdealB(Marthen, 2010)B 1. Hukum Boyle

Dikemukakan oleh seorang fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle. Boyle menyelidiki hubungan antara tekanan (P) dan volume (V) ketika gas berada dalam suhu (T) tetap. Jika suhu gas pada ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas tersebut berbanding terbalik dengan volumenya. Hal ini dikenal sebagai hukum Boyle.

Secara umum, hukum Boyle berbentuk: = ( )

PV = tetap

pntuk gas pada dua keadaan seimbang pada suhu tetap, persamaannya menjadi:

P1V1 = P2V2

Gambar 2.1. Grafik hubungan P terhadap V 2. Hukum Charles-Gay Lussac

Dipublikasi pertamakali oleh Joseph Gay Lussac (1802), dimana dalam publikasinya tersebut Boyle mengutip karya dari Jacques Charles (1787)

V1 V2

P1

P2 P

V T


(39)

yang tidak dipublikasikan. Charles menyelidiki hubungan antara volume (V) dan suhu (T) ketika gas berada dalam tekanan (P) tetap. Jika tekanan suatu gas pada ruang tertutup dijaga tetap, maka volume gas tersebut sebanding dengan suhu mutlaknya. Hal ini dikenal sebagai hukum Charles-Gay Lussac ataupun hukum Charles.

Secara umum, hukum Charles-Gay Lussac berbentuk: =

=

pntuk gas pada dua keadaan seimbang pada tekanan tetap, persamaannya menjadi:

=

Gambar 2.2. Grafik hubungan V terhadap T

3. Hukum Gay Lussac

Dikemukakan oleh seorang kimiawan Prancis yang bernama Joseph Gay Lussac. Gay Lussac menyelidiki hubungan antara tekanan (P) dan suhu (T) ketika gas berada dalam volume (V) tetap. Jika volume gas pada ruang

T1 T2

V V

V

T P


(40)

tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas tersebut sebanding dengan suhunya. Hal ini dikenal sebagai hukum Gay Lussac.

Secara umum, hukum Gay Lussac berbentuk: =

=

pntuk gas pada dua keadaan seimbang pada volume tetap, persamaannya menjadi:

=

Gambar 2.3. Grafik hubungan P terhadap T 4. Hukum Boyle-Gay Lussac

Secara umum, hukum Gay Lussac berbentuk:

=

pntuk gas pada dua keadaan seimbang, persamaannya menjadi:

=

T1 T2

P1 P2 P

T V


(41)

19 BABBIIIB

METODOLOMIBPENELITIANB

A.JenisBPenelitianB

Penelitian ini merupakan penelitian model kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah model riset/penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka, dan menggunakan statistik untuk analisis (Suparno, 2014:119). Pada penelitian model kuantitatif ini, desain yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental ini merupakan salah satu desain riset kuantitatif yang sungguh baik.

B.WaktuBdanBTempatBPenelitianB 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 26 Februari – 28 Maret 2016. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Kedua SMA tersebut menggunakan kurikulum yang berbeda, SMA Negeri 1 Prambanan menggunakan KTSP dan SMA Negeri 2 Klaten menggunakan Kurikulum 2013.

C.PopulasiBdanBSampelBPenelitianB 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.


(42)

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini meliputi 2 kelas dari seluruh kelas XI dari masing-masing sekolah, sehingga dalam penelitian ini digunakan 4 kelas. D.DesainBPenelitianB

Desain penelitian yang digunakan adalah Design Randomined Pretest-Posttest Control Group. Jalannya penelitian dengan desain ini dapat disimbolkan sebagai berikut (Suparno, 2014:122):

Treatment Group R O X1 O

Control Group R O X2 O

E.Treatment

Pada penelitian ini perlakuan (treatment) yang diberikan kepada siswa dalam kelas eksperimen yakni pembelajaran dengan menggunakan media simulasi PhET dengan metode pembelajaran problem solving untuk topik pembelajaran hukum-hukum gas ideal.

Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen sebagai treatment dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:

1. Siswa diberikan penjelasan mengenai materi hukum-hukum pada gas ideal, yakni hukum Boyle, hukum Charles, hukum Gay Lussac dan hukum Boyle-Gay Lussac. Hal ini dilakukan terlebih dahulu guna membantu siswa yang susah belajar secara mandiri agar selanjutnya ia menjadi tertarik untuk lebih memperdalam dan memperluas pemahamannya sendiri.


(43)

2. Siswa dipisahkan berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Terdapat sebelas kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga orang siswa.

3. Setiap kelompok diberikan LKS sebagai panduan dalam menjalankan simulasi PhET yang digunakan.

4. Siswa melakukan kegiatan dengan menggunakan simulasi PhET: Gas Properties untuk mendapatkan penyelesaian dari rumusan masalah yang diberikan. Dalam kegiatan tersebut siswa diharapkan untuk: a. merumuskan hipotesis berkaitan dengan masalah yang telah

diberikan

b. melakukan pengambilan data ataupun keterangan yang digunakan sebagai landasan untuk meyelesaikan masalah

c. melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan sebelumnya d. membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah didapatkan dan

analisis yang telah dilakukan.

5. Beberapa kelompok menjelaskan hasil yang didapatkan ke depan kelas. 6. Guru memberikan feedback terhadap hasil siswa dan memberikan

klarifikasi. F.InstrumenBPenelitianB

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini terdiri dari dua buah instrumen, yakni Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).


(44)

a. Rencana Pelaksanakan Pembelajaran

Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 menyatakan “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajaran, dan penilaian hasil belajar.”

Menurut Gora dan Sunarto (2010), komponen dari RPP adalah: (1) identitas mata pelajaran, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) indikator pencapaian kompetensi, (5) tujuan pembelajaran, (6) materi ajar (materi pokok), (7) materi/kompetensi prasyarat, (8) alokasi waktu, (9) metode pembelajaran, (10) kegiatan pembelajaran, (11) penilaian, dan (12) sumber belajar.

RPP untuk pembelajaran di kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran (4) dan RPP untuk pembelajaran di kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran (5).

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai petunjuk bagi para siswa dalam melaksanakan kegiatan. LKS yang disiapkan berupa LKS untuk kegiatan saat coaching, serta LKS untuk kegiatan pembelajaran saat penelitian.


(45)

LKS untuk kegiatan saat coaching dapat dilihat secara lengkap pada lampiran (6) dan LKS untuk kegiatan saat pembelajaran dapat dilihat secara lengkap pada lampiran (7).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni berupa angket untuk mengetahui sikap ilmiah siswa.

Angket sikap ilmiah ini berisi beberapa pernyataan yang dikembangkan oleh peneliti dan berdasarkan dari indikator yang dibuat oleh Harlen (dalam Anwar, 2009: 108). Angket ini akan diberikan kepada siswa pada awal dan akhir pembelajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Angket yang diberikan di awal pembelajaran bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap ilmiah awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran, sedangkan angket yang diberikan di akhir pembelajaran bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap ilmiah akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Dalam pembuatan angket sikap ilmiah ini dibutuhkan kisi-kisi untuk mempermudah dan meyakinkan kelengkapan dari pernyataan pada angket sikap ilmiah. Aspek-aspek dari sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap ingin tahu, respek terhadap data, berpikir kritis, berpikiran terbuka, kerjasama, teliti dan skeptis.

Pada angket ini terdapat 10 item pernyataan, dimana untuk setiap itemnya terdapat pilihan sangat sering, sering, jarang, dan tidak pernah terhadap aspek sikap ilmiah yang dikembangkan pada siswa.


(46)

Berikut merupakan kisi-kisi dari angket sikap ilmiah yang digunakan: Tabel 3.1. Kisi-kisi angket sikap ilmiah

No Aspek Indikator No Soal

1 Ingin tahu a. Perhatian pada obyek yang diamati 1

b. Antusias mencari jawaban 2

2 terhadap data Respek a. b. Mengambil keputusan sesuai fakta Obyektif/jujur 7 8

3 Berpikir kritis a. Mengajarkan strategi berpikir 3

4 Berpikiran terbuka a. Menghargai pendapat/temuan orang lain 4 5 Kerjasama a.b. Mampu bekerja bersama teman Berdiskusi dengan teman 10 9 6 Teliti a. Cermat dalam memperhatikan setiap kegiatan 6

7 Skeptis a. Meragu-ragukan suatu pernyataan/teori 5

Berikut merupakan contoh angket sikap ilmiah yang akan diberikan kepada siswa:

Tabel 3.2. Angket sikap ilmiah di awal pembelajaran

No Pernyataan SS S J TP

1 Saya bertanya kepada guru ataupun teman saat pembelajaran fisika.

2 Pembelajaran fisika dapat memfasilitasi saya dalam menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan fisika.

3 Pembelajaran fisika mengajarkan saya strategi berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan fisika.

4 Pembelajaran fisika dapat melatih saya untuk lebih menghargai temuan/pendapat teman. 5 Pembelajaran fisika dapat memfasilitasi saya

untuk mencari kebenaran dari suatu pernyataan/teori.

Angket sikap ilmiah di awal pembelajaran secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (9).


(47)

Tabel 3.3. Angket sikap ilmiah di akhir pembelajaran

No Pernyataan SS S J TP

1 Selama dua pertemuan ini saya bertanya kepada guru ataupun teman.

2 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini dapat memfasilitasi saya dalam menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan fisika. 3 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini

mengajarkan saya strategi berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan fisika. 4 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini

dapat melatih saya untuk lebih menghargai temuan/pendapat teman.

5 Pembelajaran fisika selama dua pertemuan ini dapat memfasilitasi saya untuk mencari kebenaran dari suatu pernyataan/teori.

Angket sikap ilmiah di akhir pembelajaran secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (10).

M.ValiditasB

Angket sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini diuji kevalid-annya dengan menggunakan uji validitas isi. Uji ini dilakukan dengan meminta penilaian dari ahli dalam bidang pendidikan fisika terhadap instrumen yang telah dibuat, serta dengan menggunakan kisi-kisi untuk menunjukkan kelengkapan instrumen.

Penilaian ahli terhadap instrumen sikap ilmiah yang dirancang dapat dilihat pada lampiran (8).


(48)

H.MetodeBAnalisisBDataB

1. Mengetahui keadaan sikap ilmiah awal dan akhir siswa kelas eksperimen Untuk mengetahui keadaan sikap ilmiah awal dan akhir siswa dilakukan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan klasifikasi sikap ilmiahnya. Pengelompokkan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mentukan skor untuk setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket

Adapun penskoran dilakukan sebagai berikut: 1) TP (Tidak Pernah) diberi skor 1 2) J (Jarang) diberi skor 2

3) S (Sering) diberi skor 3

4) SS (Sangat Sering) diberi skor 4

b. Menentukan skor untuk setiap siswa, dengan memberikan skor pada setiap jawaban yang dipilih siswa untuk seluruh pernyataan dalam angket. Kemudian dihitung jumlah skor yang didapatkan oleh siswa tersebut.

c. Mengklasifikasi hasil yang diperoleh siswa

Klasifikasi yang dilakukan yakni berdasarkan 4 kriteria: sangat baik, baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Keempat kriteria tersebut dibedakan oleh interval skor yang diperoleh oleh siswa. Kriteria tersebut dibuat dengan cara berikut:

1) Menentukan range data Skor minimal: 1 x 10 = 10


(49)

Skor maksimal: 4 x 10 = 40 Range: 40 – 10 = 30 2) Menentukan lebar interval

Range dibagi dalam 4 interval, maka lebar interval 30:4 = 7,5, dibulatkan menjadi 8.

3) Membuat tabel klasifikasi sikap ilmiah siswa

Berikut merupakan tabel klasifikasi sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa baik saat awal dan akhir pembelajaran. Tabel 3.4. Tabel klasifikasi sikap ilmiah

Interval Klasifikasi

34 – 41 Sangat baik

26 – 33 Baik

18 – 25 Kurang baik

10 – 17 Tidak baik

d. Membuat kelompok siswa berdasarkan sikap ilmiahnya

Pengelompokan dilakukan dengan melihat berapa banyak siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik, baik, kurang baik maupun tidak baik yang dibuat dalam bentuk persentase. Untuk mengetahui persentase tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut:

100% = (%) 100% = (%)

100% = (%) 100% = (%)


(50)

Keterangan:

SB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik B: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah baik

KB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah kurang baik TB: Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah tidak baik X: Jumlah seluruh siswa

Kemudian hasil pengelompokkan siswa dimasukkan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.5. Tabel kelompok siswa

No Klasifikasi Persentase (%)

1 Sangat baik 2 Baik

3 Kurang baik 4 Tidak baik

2. Mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen

Analisis terhadap sikap ilmiah awal dan akhir siswa dilakukan guna mengetahui apakah terdapat peningkatan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran hukum-hukum gas ideal menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving pada kelas eksperimen.

Untuk mengetahui adanya peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang dependen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed (terlampir pada lampiran 23) untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 (Suparno, 2011: 201). Bila nilai


(51)

|t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya ada peningkatan sikap ilmiah yang signifikan. Sebaliknya, bila nilai |t | ≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada peningkatan sikap ilmiah yang signifikan.

3. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah awal siswa kelas kontrol dengan eksperimen

Bila sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan saat diberi treatment tersebut, maka perlu dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui apakah peningkatan sikap ilmiah tersebut benar-benar akibat dari pemberian treatment atau tidak, maka hasil pengukuran tersebut perlu dibandingkan dengan kelas kontrol.

Analisis terhadap sikap ilmiah awal siswa antara kelas kontrol dengan eksperimen ini dilakukan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak antara sikap ilmiah awal siswa kedua kelas tersebut sebelum dilakukaan analisis terhadap sikap ilmiah akhirnya.

Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah awal siswa pada kelas kontrol dengan eksperimen dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 (Suparno, 2011: 201). Bila nilai |t | ≥ | | maka


(52)

signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di awal pembelajaran. Sebaliknya, bila nilai |t |≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di awal pembelajaran.

Apabila berdasarkan hasil statistik didapatkan hasil bahwa sikap ilmiah awal antara dua kelompok (kelas) tidak sama atau berbeda, maka untuk analisis lebih lanjut mengenai sikap ilmiahnya dibuat sebuah variabel baru yang disebut sebagai gain score. Gain score ini didapatkan dengan mencari selisih antara skor sikap ilmiah awal dengan skor sikap ilmiah akhir yang diperoleh oleh siswa. kemudian gain score ini dapat diuji dengan menggunakan uji statistik T-test untuk dua grup yang independen.

4. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah akhir siswa kelas kontrol dengan eksperimen

Bila telah diketahui bahwa sikap ilmiah awal siswa pada kedua kelas tersebut sama atau tidak berbeda maka sikap ilmiah akhir siswa kedua kelas dapat langsung dibandingkan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antara kedua kelas tersebut.

Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah akhir siswa pada kelas kontrol dengan ekperimen dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS.


(53)

Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 (Suparno, 2011: 201). Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di akhir pembelajaran. Sebaliknya, bila nilai |t |≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen di akhir pembelajaran.

5. Mengetahui skor tiap aspek sikap ilmiah siswa

Untuk dapat mengetahui bagaimana skor tiap aspek sikap ilmiah siswa, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung skor rata-rata dari seluruh siswa untuk setiap item pernyataan, kemudian dibuat dalam bentuk tabel seperti berikut: Tabel 3.6. Tabel skor tiap item pernyataan

No. Item

Pernyataan Awal Akhir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

b. Menghitung rata-rata skor dari setiap aspek penyusun sikap ilmiah Setiap aspek sikap ilmiah telah disusun ke dalam pernyataan-pernyataan, dengan susunan sebagai berikut:


(54)

- Sikap ingin tahu: item no. 1 dan 2

- Sikap respek terhadap data: item no. 7 dan 8 - Sikap berpikir kritis: item no. 3

- Sikap berpikir terbuka: item no. 4 - Sikap kerjasama: item no. 9 dan 10 - Sikap teliti: no. item 6

- Sikap skeptis: item no. 5

Kemudian hasil perhitungan tersebut dapat dibuat dalam tabel seperti berikut:

Tabel 3.7 Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah awal dan akhir siswa kelas eksperimen

Ingintahu Respek thd data Berpikir kritis Berpikir terbuka Kerjasama Teliti Skeptis Awal

Akhir

Tabel 3.8. Tabel skor tiap aspek sikap ilmiah kelas kontrol dengan eksperimen

Ingin

Tahu thd Data Respek Berpikir Kritis Berpikir Terbuka Kerjasama Teliti Skeptis Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

6. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah awal kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten

Untuk dapat mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving dalam mengembangkan sikap ilmiah di kedua sekolah, apakah terdapat perbedaan atau tidak maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu.


(55)

Analisis terhadap sikap ilmiah awal siswa pada kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten dilakukan guna mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa berkaitan dengan sikap ilmiah, apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak sehingga dapat ditentukan analisis yang berikutnya.

Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah awal siswa pada kelas ekperimen kedua sekolah dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 (Suparno, 2011: 201). Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. Sebaliknya, bila nilai |t |≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten.

Apabila berdasarkan hasil statistik didapatkan hasil bahwa sikap ilmiah awal antara dua kelompok (kelas) tidak sama atau berbeda, maka untuk analisis lebih lanjut mengenai sikap ilmiahnya dibuat sebuah variabel baru yang disebut sebagai gain score. Gain score ini didapatkan dengan mencari selisih antara skor sikap ilmiah awal dengan skor sikap ilmiah akhir yang


(56)

diperoleh oleh siswa. kemudian gain score ini dapat diuji dengan menggunakan uji statistik T-test untuk dua grup yang independen.

7. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah akhir kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten

Bila telah diketahui bahwa sikap ilmiah awal siswa kelas eksperimen kedua sekolah tersebut sama atau tidak berbeda maka sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen kedua sekolah dapat langsung dibandingkan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antara kedua kelas tersebut.

Untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak antara hasil sikap ilmiah akhir kelas ekperimen kedua sekolah dilakukan dengan melakukan uji-t. Uji statistik yang digunakan adalah T-test untuk dua grup yang independen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Untuk menganalisis hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS digunakan tabel Two Tailed untuk mengetahui nilai t-kritikal dengan nilai signifikan 0,05 (Suparno, 2011: 201). Bila nilai |t | ≥ | | maka signifikan secara statistik, artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten. Sebaliknya, bila nilai |t |≤ | | maka tidak signifikan secara statistik, artinya tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah akhir siswa kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dengan SMA Negeri 2 Klaten.


(57)

35 BABBIVB

HASILBPENELITIANBDANBPEMBAHASANB A.DeskripsiBPenelitianB

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten pada tanggal 26 Februari – 28 Maret 2016. Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa pada kelas XI IPA dengan materi yang diajarkan yakni mengenai hukum-hukum gas ideal. Pada tahun ajaran 2015/2016, kelas XI yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Prambanan sebanyak 4 kelas dan yang dimiliki oleh SMA Negeri 2 Klaten sebanyak 7 kelas.

Di SMA Negeri 1 Prambanan peneliti menggunakan 2 kelas untuk penelitian, yakni kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen. Di SMA Negeri 2 Klaten peneliti juga menggunakan 2 kelas untuk penelitian, yakni kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 6 sebagai kelas kontrol.

Pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Prambanan berlangsung selama 3 JP dalam seminggu sesuai KTSP. Sedangkan, pelajaran fisika di SMA Negeri 2 Klaten berlangsung selama 4 JP dalam seminggu sesuai Kurikulum 2013.

Rangkain kegiatan yang dilakukan selama penelitian ini diantaranya yakni melakukan persiapan untuk penelitian dan melaksanakan penelitian.

1. Persiapan penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu yakni berkaitan dengan masalah perizinan ke


(58)

sekolah dan kelas yang akan digunakan, serta persiapan perangkat-perangkat yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian.

Untuk mendapatkan izin melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten, peneliti terlebih dahulu harus mendapatkankan surat pengantar untuk melakukan penelitian dari BAPEDA dengan menyerahkan proposal penelitian (terlampir pada lampiran 1). Surat pengantar yang didapatkan kemudian diserahkan kepada SMA Negeri 2 Klaten pada tanggal 26 Februari 2016 dan kepada SMA Negeri 1 Prambanan pada tanggal 29 Februari 2016. Untuk kelas yang digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan dipilih sendiri oleh peneliti dengan menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan, kemudian dipilih secara acak mana yang menjadi kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Sedangkan di SMA Negeri 2 Klaten pemilihan kelas yang digunakan untuk penelitian sebagai kelas kontrol maupun kelas eksperimen dilakukan oleh guru pengampu pelajaran fisika.

Selain mengurus perizinan sekolah dan pemilihan kelas penelitian, peneliti juga mempersiapkan instrumen untuk pembelajaran dan untuk pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Instrumen pembelajaran yang disiapkan yakni berupa RPP dan LKS, sedangkan untuk instrumen pengambilan data yang disiapkan yakni berupa angket sikap ilmiah di awal dan akhir pembelajaran.


(59)

2. Pelaksanaan Penelitian a. SMA Negeri 1 Prambanan

Tabel 4.1. Jadwal dan kegiatan penelitian di kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan

Kelas Hari,

tanggal Alokasi waktu Kegiatan Kontrol Senin,

7 Maret

2016 1 JP

-Perkenalan dengan siswa -Menjelaskan maksud penelitian Kamis,

10 Maret

2016 2 JP

-Pengambilan data sikap ilmiah awal -Melaksanakan pembelajaran dengan

metode ceramah

-Pengambilan data sikap ilmiah akhir Eksperimen Kamis,

3 Maret

2016 1 JP

-Perkenalan dengan siswa -Menjelaskan maksud penelitian Jumat,

4 Maret

2016 2 JP

-Menginstal program Java dan simulasi PhET pada laptop siswa -Membentuk kelompok siswa Kamis,

10 Maret

2016 1 JP

-Melakukan coaching Jumat,

11 Maret

2016 2 JP

-Pengambilan data sikap ilmiah awal -Melaksanakan pembelajaran dengan

media simulasi PhET dan model problem solving

-Pengambilan data sikap ilmiah akhir 1) Kelas kontrol (XI IPA 1)

Pelaksanaan penelitian di kelas kontrol SMA Negeri 1 Prambanan dilakukan selama dua pertemuan.

Pertemuan pertama:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2016, berlangsung sekitar 45 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri serta memberikan informasi kepada para siswa


(60)

kelas XI IPA 1 mengenai adanya penelitian yang akan dilaksanakan di kelas tersebut.

Saat perkenalan berlangsung, tidak hanya peneliti yang memperkenalkan diri. Peneliti juga meminta para siswa untuk memperkenalkan diri mereka satu persatu secara bergantian. Setelah kegiatan perkenalan selesai, peneliti kemudian melanjutkan dengan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang selama beberapa pertemuan akan mengisi saat pelajaran fisika berlangsung dalam rangka melaksanakan penelitian. Peneliti menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan ini mengharuskan terjadinya proses pembelajaran di kelas XI IPA 1 yang kemudian akan dijadikan sebagai kelas kontrol.

Pertemuan kedua:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2016, berlangsung selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk pengambilan data sekaligus dilaksanakannya pembelajaran dengan materi hukum-hukum gas ideal.

Sebelum memulai pembelajaran, peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah awal siswa selama 30 menit, dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa pengisian angket tersebut didasarkan pada pengalaman siswa selama belajar fisika di kelas XI.

Kemudian peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu memberikan lembar materi kepada siswa sebagai


(61)

pegangan. Peneliti mengajarkan materi hukum-hukum gas ideal dengan metode ceramah, sesekali peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai apa yang mereka ketahui tentang hukum-hukum gas ideal dan meminta siswa bersama-sama merumuskan persamaan dalam hukum-hukum gas ideal tersebut. Peneliti juga meminta siswa berpartisipasi untuk mengerjakan soal latihan ke depan kelas sebelum akhirnya peneliti memberikan peneguhan atau feedback kepada siswa berkaitan dengan materi yang telah mereka pelajari.

Akhirnya peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah akhir siswa selama 30 menit, dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa pengisian angket tersebut didasarkan pada pengalaman mereka selama mengikuti pembelajaran tersebut bersama dengan peneliti.

2) Kelas eksperimen (XI IPA 4)

Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan dilakukan selama empat pertemuan.

Pertemuan pertama:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2016, berlangsung sekitar 45 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri serta memberikan informasi kepada para siswa kelas XI IPA 4 mengenai adanya penelitian yang akan dilaksanakan di kelas tersebut.


(62)

Kegiatan pada pertemuan ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan saat pertemuan pertama di kelas XI IPA 1. Setelah berkenalan dengan siswa, peneliti juga memberitahukan maksud dan tujuan peneliti yang selama beberapa pertemuan akan mengisi saat pelajaran fisika berlangsung dalam rangka melaksanakan penelitian. Peneliti menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan ini mengharuskan terjadinya proses pembelajaran di kelas XI IPA 4 yang kemudian akan dijadikan sebagai kelas eksperimen yang akan menggunakan simulasi PhET. Oleh sebab itu, pada pertemuan ini peneliti menanyakan kepada seluruh siswa, siapakah yang memiliki laptop dan meminta para siswa tersebut untuk membawa laptopnya saat pertemuan-pertemuan berikutnya.

Pertemuan kedua:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2016, selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk melakukan instal program Java dan simulasi PhET di setiap laptop siswa, serta membentuk kelompok siswa.

Pembentukkan kelompok dilakukan dengan membagi siswa menjadi sebelas kelompok. Seluruh siswa kecuali yang membawa laptop, diminta untuk berhitung dari satu hingga sebelas dengan siswa laki-laki terlebih dahulu barulah siswa perempuan. Kemudian siswa dengan nomor yang sama diminta untuk berkumpul dan membentuk kelompok. Selanjutnya peneliti memberikan sedikit penjelasan


(63)

mengenai simulasi PhET tersebut hingga akhir pertemuan dan kembali memastikan kepada siswa untuk membawa laptopnya pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan ketiga:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2016, selama 45 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk melakukan coaching. Coaching dilakukan guna memperkenalkan simulasi PhET kepada siswa untuk digunakan secara langsung dalam sebuah proses pembelajaran.

Coaching yang dilakukan diterapkan pada pembelajaran dengan materi pergerakan partikel zat gas yang diawali dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa mengenai materi. Kemudian siswa dipisahkan secara berkelompok dan setiap kelompok diberikan LKS sebagai panduan menjalankan simulasi gas properties yang akan digunakan. Sebelum siswa diberikan kesempatan untuk mencoba menjalankan simulasi sendiri, peneliti menjelaskan mengenai LKS yang digunakan berkaitan dengan pembuatan hipotesis, langkah kerja, membuat analisis data dan kesimpulan. Selain itu, peneliti juga menunjukkan bagaimana cara menjalankan simulasi dan fungsi dari setiap tools yang tersedia. Barulah kemudian siswa berkegiatan menggunakan simulasi PhET secara berkelompok dan melengkapi LKS tersebut.


(64)

Pertemuan keempat:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2016, selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk pengambilan data sekaligus dilaksanakannya pembelajaran dengan materi hukum-hukum gas ideal.

Seperti pada kelas kontrol, peneliti melakukan pengambilan data terlebih dahulu mengenai sikap ilmiah awal siswa dengan cara yang sama selama 30 menit. Kemudian peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu memberikan lembar materi kepada siswa sebagai pegangan. Peneliti mengajarkan materi hukum-hukum gas ideal menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving. Terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan mengenai materi kepada siswa seperti pada kelas kontrol, dengan melibatkan siswa saat merumuskan persamaan dalam hukum-hukum gas ideal dan dalam menyelesaikan soal latihan ke depan kelas. Setelah materi disampaikan, kemudian siswa dipisahkan berdasarkan kelompoknya yang cukup memakan waktu, kemudian setiap kelompok diberikan dua buah LKS. Peneliti menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dengan menggunakan simulasi dalam kegiatan berkelompok tersebut, serta kembali mengingatkan siswa mengenai LKS yang digunakan.

Setelah siswa berkegiatan dalam kelompok untuk mendapatkan penyelesaian masalah dengan melengkapi LKS yang diberikan,


(65)

kemudian peneliti meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hasil yang didapatkan ke depan kelas dan terdapat satu kelompok yang bersedia maju ke depan kelas, kemudian ditanggapi dengan pendapat yang sama oleh siswa lainnya. Setelah itu barulah peneliti memberikan peneguhan atau feedback kepada siswa, baik mengenai kegiatan menggunakan simulasi PhET ataupun pembelajaran secara keseluruhan, dan akhirnya meminta siswa untuk mengumpulkan salah satu LKS dari masing-masing kelompok.

Akhirnya peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah akhir siswa dengan cara yang sama selama 30 menit.

b. SMA Negeri 2 Klaten

Tabel 4.2. Jadwal dan kegiatan penelitian di kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 2 Klaten

Kelas Hari,

tanggal Alokasi waktu Kegiatan Kontrol Senin,

14 Maret 2016

2 JP -Perkenalan dengan siswa -Menjelaskan maksud penelitian Senin,

28 Maret 2016

2 JP -Pengambilan data sikap ilmiah awal -Melaksanakan pembelajaran dengan

metode ceramah

-Pengambilan data sikap ilmiah akhir Eksperimen Senin,

14 Maret 2016

2 JP -Perkenalan dengan siswa -Menjelaskan maksud penelitian -Menginstal program Java dan

simulasi PhET pada laptop siswa -Membentuk kelompok siswa -Melakukan coaching

Senin, 28 Maret 2016

2 JP -Pengambilan data sikap ilmiah awal -Melaksanakan pembelajaran dengan

media simulasi PhET dan model problem solving


(66)

1) Kelas kontrol (XI IPA 6) Pertemuan pertama:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016, selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri serta memberikan informasi kepada para siswa kelas XI IPA 6 mengenai adanya penelitian yang akan dilaksanakan di kelas tersebut.

Pada awalnya pertemuan ini tidak begitu lancar, disebabkan karena seluruh siswa laki-laki tidak berada di kelas. Peneliti meminta beberapa siswa perempuan untuk memanggil para siswa laki-laki tersebut tetapi mereka tetap tidak segera datang, hingga akhirnya guru pengampu pelajaran fisika datang dan kembali meminta kedatangan mereka. Hal tersebut akhirnya membuat guru fisika tersebut kecewa dan mengatakan bahwa nilai sikap mereka akan dikurangi.

Setelah masalah tersebut diselesaikan dan telah memakan cukup banyak waktu, peneliti memulai kegiatan yang juga tidak jauh berbeda seperti pada SMA Negeri 1 Prambanan. Awalnya peneliti dan siswa saling memperkenalkan diri. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan di kelas XI IPA 6 yang kemudian akan dijadikan sebagai kelas kontrol.

Untuk menunggu waktu jam pelajaran selesai, peneliti sedikit memperkenalkan adanya simulasi PhET yang dapat mereka


(67)

manfaatkan untuk belajar fisika baik di sekolah maupun secara individual di rumah.

Pertemuan kedua:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Maret 2016, selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk pengambilan data sekaligus dilaksanakannya pembelajaran dengan materi hukum-hukum gas ideal.

Sebelum memulai pembelajaran, peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah awal siswa dengan cara yang sama selama 30 menit. Kemudian peneliti memulai kegiatan pembelajaran yang sama seperti pada kelas kontrol SMA Negeri 1 Prambanan. Peneliti memberikan lembar materi kepada siswa dan mengajarkan materi hukum-hukum gas ideal dengan metode ceramah, dimana peneliti juga melibatkan siswa dalam pembelajaran, hingga akhirnya peneliti memberikan peneguhan atau feedback kepada siswa berkaitan dengan materi yang telah mereka pelajari.

Akhirnya peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah akhir siswa dengan cara yang sama selama 30 menit.

2) Kelas eksperimen (XI IPA 5) Pertemuan pertama:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016, selama 90 menit. Pada pertemuan ini peneliti memperkenalkan diri secara singkat dan menyampaikan kembali maksud untuk


(68)

mengadakan penelitian di kelas XI IPA 5 yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen. Sebelum dilaksanakannya pertemuan ini, guru fisika kelas XI IPA 5 telah memberitahukan kepada siswanya yang mempunyai laptop untuk dibawa saat pertemuan ini berlangsung.

Pada pertemuan ini akan dilaksanakan coaching dengan materi pergerakan partikel zat gas. Namun sebelum coaching dimulai, peneliti terlebih dahulu membagi siswa menjadi sebelas kelompok dengan cara yang sama seperti pada kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan.

Coaching ini diawali dengan memberikan penjalasan terlebih dahulu kepada siswa mengenai materi. Kemudian siswa dipisahkan secara berkelompok dan setiap kelompok diberikan LKS sebagai panduan menjalankan simulasi gas properties yang akan digunakan. Seperti pada kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan, peneliti juga menjelaskan mengenai LKS dan juga menunjukkan bagaimana cara menjalankan simulasi dan fungsi dari setiap tools yang tersedia. Barulah kemudian siswa berkegiatan menggunakan simulasi PhET secara berkelompok dan melengkapi LKS tersebut.

Pertemuan kedua:

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Maret 2016, selama 90 menit. Pertemuan ini bertujuan untuk pengambilan data sekaligus dilaksanakannya pembelajaran dengan materi hukum-hukum gas ideal.


(69)

Sebelum memulai pembelajaran, peneliti melakukan pengambilan data mengenai sikap ilmiah awal siswa dengan cara yang sama selama 30 menit. Kemudian peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu memberikan lembar materi kepada siswa dan peneliti mengajarkan materi hukum-hukum gas ideal menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving. Terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan mengenai materi dengan melibatkan siswa saat pembelajaran. Setelah materi disampaikan, kemudian siswa dipisahkan berdasarkan kelompoknya yang juga cukup memakan waktu, kemudian tiap kelompok diberikan dua buah LKS. Peneliti menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dengan menggunakan simulasi dalam kegiatan berkelompok tersebut, serta kembali mengingatkan siswa mengenai LKS dan penggunaan simulasi sama seperti pada kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan.

Setelah siswa berkegiatan dalam kelompok untuk mendapatkan penyelesaian masalah dengan melengkapi LKS yang diberikan, kemudian peneliti meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hasil yang didapatkan ke depan kelas dan terdapat dua kelompok yang bersedia maju ke depan kelas, salah satu kelompok memperoleh grafik yang berbeda dengan siswa lainnya karena keliru saat membuat grafik, kemudian hal tersebut ditanggapi oleh siswa lainnya. Setelah kelompok selesai menjelaskan barulah peneliti memberikan


(1)

Lampiran 22: Contoh Hadil Sidwa


(2)

Lampiran 23: Tabel Two Tailed Lampiran 23: Tabel Two Tailed


(3)

Lampiran 24: Daftar Hadir Sidwa Kelad Kontrol SMA Negeri 1 Prambanan Lampiran 24: Daftar Hadir Sidwa Kelad Kontrol SMA Negeri 1 Prambanan Lampiran 24: Daftar Hadir Sidwa Kelad Kontrol SMA Negeri 1 Prambanan


(4)

Lampiran 25: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 1 Prambanan Lampiran 25: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 1 Prambanan Lampiran 25: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 1 Prambanan


(5)

Lampiran 26: Daftar Hadir Sidwa Kelad Kontrol SMA Negeri 2 Klaten Lampiran 26: Daftar Hadir Sidwa Kelad Kontrol SMA Negeri 2 Klaten


(6)

Lampiran 27: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 2 Klaten Lampiran 27: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 2 Klaten Lampiran 27: Daftar Hadir Sidwa Kelad Ekdperimen SMA Negeri 2 Klaten


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Negeri 1 Medan Terhadap HIV/AIDS Tahun 2014

0 38 110

Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri 1 Medan tentang Dismenore

5 67 52

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010.

6 67 73

Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 5 Medan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

2 48 50

Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

0 29 96

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI SMA 1 AEK NATAS.

0 2 15

Pengaruh penggunaan simulasi phet dengan model problem solving terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran tentang hukum boyle dan gay lussac di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

0 0 159

Proses belajar metode problem solving berbantuan simulasi PhET: studi kasus siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 2 Klaten materi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.

0 6 154

Pengaruh penggunaan media simulasi phet dengan metode pembelajaran problem solving terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan hukum-hukum tentang gas ideal di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan kelas XI.

1 5 166

Pengaruh Pendekatan Ilmiah Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar - UNS Institutional Repository

0 0 16