MetodeBProblem SolvingB Pengaruh pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan metode problem solving terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

4. simulasi PhET dapat digunakan untuk menunjukkan representasi dari hal-hal yang tidak terlihat, 5. siswa dapat menjalankan simulasi PhET menggunakan komputer pribadi di rumah untuk mengulang eksperimen yang sudah dilakukan di kelas sehingga dapat memperkuat pemahaman mereka. Jika memungkinkan, akan lebih efektif untuk membuat siswa bekerja dalam kelompok dengan komputernya masing-masing dan memanipulasi sendiri simulasi tersebut. Simulasi PhET ini dirancang secara hati-hati dan diuji supaya mudah untuk digunakan dan menarik bagi siswa. Kegiatan di dalam kelas dengan simulasi ini dapat mencakup berbagai jenis kegiatan, dengan maksud dari seluruh kegiatan tersebut adalah untuk mengajukan pertanyaan yang akan mendorong siswa mengeksplorasi simulasi tersebut Wiemen dkk, 2010: 226.

B. MetodeBProblem SolvingB

Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi Suparno, 2013: 104. Sebagai bagian dari metode pengajaran, problem solving atau pemecahan masalah ini merupakan cara mengajar dengan proses dari perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, sampai dengan penentuan alternatif pemecahan masalah Suyanto Djihad, 2013: 139. Secara lebih rinci, pembelajaran dengan problem solving ini dapat diterapkan dengan langkah- langkah berikut Ambarjaya, 2012: 107: 1. adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, 2. mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, 3. menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, 4. menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, 5. menarik kesimpulan. Selain itu, Dewey juga mengungkapkan metode problem solving tersebut dengan langkah-langkah yang serupa dalam Nugrahanta, 2009: 234: 1. menemukan permasalahan, 2. membatasi permasalahan, 3. mencari kemungkinan-kemungkinan jawaban, 4. memilih jawaban yang terbaik sebagai hipotesis, 5. menguji jawaban yang terbaik itu dalam eksperimen, 6. mengadakan evaluasi. Dewey juga mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar metode problem solving dapat diterapkan secara efektif dalam Nugrahanta, 2009: 234: 1. harus ada pengalaman, 2. harus ada data yang tersedia dan bisa dijangkau, 3. harus ada kemungkinan untuk membuat berbagai jawaban bukan jawaban tunggal, 4. harus ada kemungkinan untuk menguji jawaban-jawaban itu. Dalam mengemukakan masalah-masalah yang realistis kepada siswa dapat memanfaatkan teknologi melalui simulasi-simulasi yang memungkinkan siswa berpartisipasi secara langsung dalam aktivitas-aktivitas yang benar-benar membangkitkan semangat. Selaian itu, teknologi melalui simulasi ini dapat membantu menyediakan data dan informasi yang bisa digunakan siswa dalam usaha-usaha pemecahan masalah Jacobsen dkk, 2009: 252 255. Menurut Gagne dalam Mulyasa, 2005: 111, bila seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Berikut terdapat pula keunggulan-keunggulan lain dari metode ini, dimana problem solving Ambarjaya, 2012: 108: 1. merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, 2. dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, 3. dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, 4. dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, 5. dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, 6. dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran matematika, IPA, seajarah dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan proses berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja, 7. lebih menyenangkan dan disukai siswa, 8. dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, 9. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, 10. dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Selain memiliki berbagai keunggulan, terdapat pula kelemahan dari problem solving ini, diantaranya Ambarjaya, 2012: 109: 1. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, 2. proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran, 3. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang- kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. SikapBIlmiahB

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Negeri 1 Medan Terhadap HIV/AIDS Tahun 2014

0 38 110

Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri 1 Medan tentang Dismenore

5 67 52

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010.

6 67 73

Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 5 Medan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

2 48 50

Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

0 29 96

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI SMA 1 AEK NATAS.

0 2 15

Pengaruh penggunaan simulasi phet dengan model problem solving terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran tentang hukum boyle dan gay lussac di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.

0 0 159

Proses belajar metode problem solving berbantuan simulasi PhET: studi kasus siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 2 Klaten materi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.

0 6 154

Pengaruh penggunaan media simulasi phet dengan metode pembelajaran problem solving terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan hukum-hukum tentang gas ideal di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan kelas XI.

1 5 166

Pengaruh Pendekatan Ilmiah Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar - UNS Institutional Repository

0 0 16