Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain

13 2. Measurability menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat diukur. 3. Consistency menjamin kekonsistenan pengukuran. A. Zainur Razikh, ST, 2008

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain

Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan, apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan analisisnya dapat digunakan untuk : 1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses, teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang berpotensi untuk dikembangkan. 2. Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara keseluruhan untuk menunjang performa supply chain. 3. Untuk kontrol biaya. 4. Untuk kontrol kualitas. 5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya. Ita Yustianingwati, ST, 2005 Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal perusahaan merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan 14 proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan stage yang berada diluar perusahaan, yaitu supplier dan Customer. Gambar 2.2 Ruang lingkup pengukuran kinerja supply chain 2.4 Supply Chain Operations Reference SCOR Model Model Supply Chain Operations Reference SCOR dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council SCC. Supply Chain Council SCC diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd McGrath PRTM dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. Supply Chain Council, 2004 Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah : supplier company customer 15 Gambar 2.3. Supply Chain Model Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview Version 6.1, [ http:www.supply-chain , org ], 2004 Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut : Performansi Supply Chain Make Deliver Return Source Plan Reliability Responsiveness Flexibility Indikator-indikator Performansi Supply Chain Cost Assets Gambar 2.4 Hierarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 16 1. Plan Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan pengiriman yang terbaik. 2. Source Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier. 3. Make Proses untuk merubah transformasi material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. 4. Delivery Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan. 5. Return Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan. Model SCOR Supply Chain Operations Reference diorganisasikan dalam 5 lima proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur 17 performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. I nyoman Pujawan, 2005 Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut : A. Aspek reliability 1. Inventory inaccuracy , yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatan dokumentasi yag ada. 2. Defect rate , yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke supplier . 3. Stockout Probability , probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. B. Aspek Responsiveness 1. Planning cycle time , yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi. 2. Source item responsiveness , yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order. 18 C. Aspek Flexibility 1. Minimum order quantity , yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order. 2. Make volume flexibility , yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu. D. Aspek Cost 1.8.2 Defect cost , yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat. 2.8.2 Machine maintenance , yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan mesin produksi. E. Aspek Assets 1. Payment term , yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier. 2. Cash to cash cycle time , yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen. Ita Yustianingwati, ST, 2005

2.5. Analytical Hierarchy Process AHP