43 Untuk menghitung nilai akhir performansi Supply Chain diberlakukan
rumus : Pi =
∑
= n
j j
ij
W S
1
Dimana : P
i
= Total performansi supply chain varian i n = Jumlah obyektif performansi
S
ij
= Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j W
j
Sistem Monitoring = Bobot dari obyektif performansi
Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai performansi dari PT. Laser Jaya Sakti. Jika nilai kinerja 40 maka pencapaian performansinya
dapat dikategorikan dalam kondisi yang sangat rendah poor sedangkan jika nilai kinerjanya 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali
Indikator Performansi 90
Exellent 71 – 90
Good 51 – 70
Average 40 – 50
Marginal 40
Poor
Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000
Tabel 3.2 : Kategori Indikator Performansi
3.5 Analogi Perhitungan KPI 1. Pembobotan KPI dengan AHP menggunakan Sofware Expert Choice V.9
44
2. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain per indikator.
Contoh perhitungan untuk KPI Percentage of adjusted production quantity PAPQ adalah sebagai berikut :
Rumus :
produksi rencana
Target Produksi
x 100 3. Scoring System Dengan Normalisasi.
Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari masing-masing
KPI. Contoh perhitungan untuk PAPQ adalah sebagai berikut : Rumus
: Smin
Smax Si
Smax −
− x 100
4. Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain. Perhitungan nilai akhir kinerja supply chain dapat diperoleh dengan
persamaan: i
KPI
= Wi Ni
Dimana : i
KPI
= Nilai performansi KPI ke-i Wi = Nilai bobot KPI ke-i
Ni = Nilai Normalitas KPI ke-i 5. Agregasi Nilai Performansi.
Nilai performansi agregat adalah jumlah keseluruhan dari perkalian bobot dan nilai normalisasi KPI dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
N
Agregat
∑
KPI
I =
=
∑
Ni Wi
Dimana :
N
Agregat
= Nilai performansi supply chain perusahaan
I
KPI
Wi =
Nilai bobot KPI ke-i =
Nilai performansi KPI ke-i
45 Ni
= nilai normalitas KPI ke-i
6. Membuat Grafik Nilai Performansi Supply Chain.
3.6. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah pemecahan masalah diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sistematis dan
terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat dalam gambar 3.2.
46 Mulai
Studi Literatur
Uji Reliabilitas Uji Validitas
Tujuan Penelitian
Buang data yang tidak valid
Identifikasi Variabel
Penyebaran Kuisioner Studi Lapangan
Penyusunan Kuisioner Indikator Kualitatif Perumusan Masalah
Valid?
Reliabel?
Ya
Ya
Penyusunan Kuisioner KPI Penyebaran Kuisioner
A
Tidak
Tidak
47
Ya
Gambar 3.2 : Langkah-langkah pemecahan masalah
Penjelasan langkah-langkah pemecahan masalah :
1. Studi Literatur
Di dalam melakukan penelitian ini, diperlukan informasi-informasi sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Studi literature
CR ≤ 0,1
A
Uji konsistensi Pembobotan tingkat kepentingan indikator kinerja dengan AHP
Agregasi nilai performansi Perhitungan nilai actual performansi supply chain
Kesimpulan dan saran Perhitungan nilai kinerja supply chain dengan bobot
Penyamaan skala ukuran dengan proses normalisasi
Analisa hasil dan pembahasan
Selesai
Tidak
48 disini lebih difokuskan terhadap literature-literatur mengenai konsep Supply
Chain Management , metode pengukuran Supply Chain, dan metode-metode
pembobotan di dalam pengukuran performansi. Studi literature hal-hal tersebut diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan juga dari skripsi-skripsi yang ada di
perpustakaan, baik perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur maupun perpustakaan diluar UPN “ Veteran” Jawa Timur.
Dengan adanya studi literature yang peneliti lakukan, diharapkan akan memberikan inputan kepada penulis mengenai aspek-aspek pengukuran yang ada
di dalam Supply Chain. Selain itu, peneliti juga mengharapkan akan menemukan parameter-parameter yang dapat digunakan sebagai alat ukur dari aspek-aspek
tersebut. Dengan demikian dapat membuat suatu kerangka pengukuran performansi Supply Chain perusahaan dari perusahaan yang diteliti.
2. Studi Lapangan
Studi ini dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian, dimana peneliti berusaha mempelajari kondisi perusahaan secara keseluruhan
terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang nantinya akan diteliti dan dianalisa.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini mencari aspek-aspek Supply Chain yang mempengaruhi performansi dan membuat kerangka pengukuran yang tepat untuk
perusahaan agar dapat dianalisa dikarenakan PT. Laser Jaya Sakti belum pernah melakukan pengukuran terhadap kinerja supply chain selama ini.
4. Penentuan Tujuan Penelitian
49 Dalam menentukan tujuan dari penelitian ini tentunya akan memberikan arah
dalam pelaksanaannya. Adapun tujuannya adalah merancang suatu model pengukuran performansi Supply Chain. Kemudian menginterpretasikan dan
menganalisa indikator performansi agar dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan performansi kearah yang lebih baik begitu juga dengan hubungan
antar bidang.
5. Identifikasi Variabel
Setelah menentukan tujuan dari penelitian, kemudian ditentukan variabel yang akan diidentifikasi menjadi obyek penelitian atau merupakan aspek yang
berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.
6. Penyusunan Kuisioner Indikator
Tahap ini adalah tahap pembuatan kuisioner indicator kualitatif tentang kondisi supply chain secara umum di PT. Laser Jaya Sakti.
7. Penyebaran Kuisioner
Tahap ini adalah tahap penyebaran kuisioner kepada staff yang berhubungan dengan supply chain perusahaan.
8. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. pada pengujian validilitas buang data yang tidak valid dan apabila data valid maka dilanjutkat
proses selanjutnya dengan uji reliabel.
50
9. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya. Namun ide
pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Pada pengujian ini apabila data tidak reliabel maka kembali pada
penyusunan kuisoner indicator kualitatif dan apabila data reliabel dilanjutkan dengan proses selanjutnya.
10. Penyusunan Kuisioner KPI
Tahap ini adalah tahap penyusunan kuisioner KPI yang nantinya akan digunakan untuk pembobotan tingkat kepentingan dengan AHP.
11. Penyebaran Kuisioner KPI
Tahap ini adalah tahap penyebaran kuisioner agar diisi sesuai dengan kondisi perusahaan. Untuk kuisioner pembobotan Level 1 dan level 2 diberikan
kepada General Manager, level 3 diberikan kepada kabag tanaman.
12. Pembobotan Tingkat Kepentingan Indikator Performansi
Pembobotan dilakukan pada setiap proses utama dan indikator pengukuran performansi dengan menggunakan metode AHP Analytical Hierarchy Process
melalui penyebaran kuisioner. Dari sini dapat diketahui tingkat kepentingan dan
51 kontribusi dari masing-masing indikator terhadap nilai performansi Supply Chain
perusahaan. Pembobotan ini dilakukan untuk level satu, level dua, dan level tiga.
13. Uji Konsistensi
Uji konsistensi merupakan suatu tahapan untuk menguji kekonsistensian dari matriks perbandingan berpasangan yang dibuat berdasarkan masalah yang
ada.
14. Perhitungan Nilai Aktual Pengukuran Performansi
Supply Chain
Nilai aktual disini merupakan hasil pengolahan data mentah yang didapatkan dari berbagai sumber di PT. Laser Jaya Sakti
15. Perhitungan Scoring System dengan Normalisasi
Proses normalisasi dilakukan agar masing-masing indikator performansi memiliki skala ukuran yang sama, sebab jika indikator performansi memiliki
skala ukuran yang berbeda maka nilai performansi tidak mencerminkan performansi perusahaan yang sebenarnya.
16. Perhitungan nilai kinerja
supply chain dengan bobot
Pada tahap ini dilakukan perhitungan nilai performansi Supply Chain berdasarkan perkalian nilai indikator performansi yang telah dinormalisasikan
dengan bobot dari masing-masing indikator performansi. Selanjutnya dilakukan integrasi hasil pengukuran pada level perusahaan. Perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui nilai performansi Supply Chain perusahaan secara keseluruhan.
17. Agregasi Nilai Performansi
Setelah dapat diketahui nilai pencapaian aktual, nilai normalisasi dan nilai akhir kinerja dari masing-masing KPI, maka selanjutnya akan dapat dihitung nilai
52 performansi keseluruhan perusahaan agregat. Nilai performansi agregat adalah
jumlah keseluruhan dari perkalian bobot dan nilai normalisasi KPI
18. Analisa Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengolahan data, dapat kita lihat hasil pengukuran performansi kita selama penelitian yang selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan gambaran umum
performansi Supply Chain selama periode penelitian.
19. Kesimpulan dan Saran
Tahap ini merupakan langkah paling akhir dari penelitian yaitu menarik kesimpulan atas hasil-hasil yang diperoleh dari penulisan skripsi ini. Hasil-hasil
tersebut kemudian bisa dijadikan dasar untuk membuat rekomendasi atau saran bagi perusahaan ke arah yang lebih baik.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Kualitatif
Dapat diketahui dari table 3.1 dan gambar 3.1 yaitu key performance indicator supply chain secara keseluruhan, tetapi setiap perusahaan mempunyai
kondisi Supply Chain yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pada tahap ini perencanaan sistem pengukuran performansi supply chain PT Laser Jaya Sakti
berdasarkan indikator-indikator performansi yang telah berhasil diidentifikasi. Pada level tiga dalam penggunaan indikatornya sudah mengalami penyesuaian,
penyesuaiannya berkaitan dengan : 1. Sesuai atau tidaknya kondisi perusahaan
2. Ada tidaknya data yang diperlukan 3. Sulit atau tidaknya data yang diperoleh
Penyesuaian-penyesuaian itulah yang menyebabkan banyaknya pengurangan pada level tiga di dalam pengukuran performansi PT Laser Jaya
Sakti Rancangan sistem pengukuran performansi ini ditampilkan dalam bentuk hierarkhi yang dapat dilihat pada gambar 4.1.