o. Tokoh Tuan Sayekti
Tuan sayekti merupakan kawan akrab yang kenal beberapa tahun dengan Talib. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.
38 Saya sudah lama sekali kenal dengan Talib.
Selama beberapa tahun di Bandung, dia tinggal di rumah kami hlm. 107.
39 Dulu dia mengerti, mau menerima tanda
kekawanan akrab dari saya. Tetapi sekarang, entahlah. Dia sudah lain sekali hlm. 109.
p. Tokoh Gail
Gail merupakan seorang wartawan dari Amerika. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.
40 Pada suatu kesempatan dinas terbang, aku
bertemu dengan Berny. Itu bukan yang pertama kalinya. Tetapi kali itu dia disertai seorang wartawan
lain, lebih muda dari padanya. Diperkenalkannya kepadaku dengan panggilan Gail. Dia di Jakarta
bekerja sebagai wartawan C.B.S., sebuah pusat siaran radio dan televisi Amerika hlm. 131.
2. Analisis Penokohan
a. Penokohan Elisa
Elisa merupakan seorang pramugari keturunan Indo yang merupakan sebutan untuk keturunan Belanda. Meskipun Elisa
merupakan keturunan Indo, ia lebih merasa bahwa iamerupakan warga negara Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut
ini.
41 Tidak sekali pun pikiran itu melintas dalam
kepalaku. Sejak tinggal di luar lingkungan keluarga, aku lebih merasa seorang Indonesia tulen, orang
Jakarta. Suasana dan pergaulan di pemondokan memberi udara keindonesiaan yang asli hlm. 31.
Elisa merupakan seorang wanita yang mandiri. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
42 Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup
sendiri, tanpa bantuan siapapun. Dengan umur semuda itu aku berani menantang apa yang bakal
terjadi. Rumah orang tua bagiku hanya sebuah kongkongan hlm. 22.
43 Umurku sudah dewasa. Aku memiliki hak
menentukan nasib kehidupanku. Apalagi sejak meninggalkan rumah orang tua, tak sesen pun aku
pernah meminta bantuan kepada mereka hlm. 31.
Selain Elisa merupakan wanita yang mandiri, ia juga merupakan wanita yang mempunyai angan-angan untuk kawin dengan
pemuda yang cakap. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
44 Seperti gadis-gadis lain, kepalaku penuh dengan
angan-angan perkawinan. Kalau bisa, dengan pemuda cakap dan punya kedudukan sosial yang
dapat dipertanggungjawabkan, menjamin kehidupan yang lebih enak hlm. 33.
Elisa tidak suka dengan Ibunya, Ia tidak sampai membenci Ibunya, mempunyai sifat yang murah hati. Hal itu ditunjukan dengan
menggunakan metode analitik berikut ini.
45 Aku bahkan percaya, ibuku sendiri tidak
menyadari mengapa aku tidak menyukainya. Aku tidak sampai membencinya. Pikiran dewasaku
mengerti bahwa orang tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu asal usul hlm. 21.
Walaupun asal-usul Elisa tidak jelas, ia selalu ingin mengetahui bagaimana masa kecilnya. Hal ini ditunjukkan dengan
metode dramatis berikut ini.
46 “Bagaimana rumah itu, Rama? Saya ingat-ingat,
barangkali saya pernah kesana.” hlm. 85.
47 “Semua orang mempunyai latar belakang,
mempunyai asal-usul.
Dulu aku
tidak memperhatikan hal itu karena hidup dalam
lingkungan yang memasabodohkan masa lalu. Tetapi lingkunganku yang sekarang berbeda. Aku ingin
mengetahui siapakah Fred, apakah benar-benar
rumah itu rumah kita, tempat kelahiranku?” hlm. 89.
Elisa adalah seorang wanita yang mudah sedih dan putus asa jika telah disakiti oleh laki-laki. Hal itu ditunjukkan dengan metode
analitik berikut ini.
48 Keesokan harinya, aku tidak dapat menguasai
diri untuk menghentikan tangis yang meratapi nasibku. Aku tidak sanggup terbang dalam keadaan
seperti itu hlm. 138.
49 Di dalam opelet waktu aku pulang, aku hampir
tidak dapat menahan air mata yang mendesak-desak hendak keluar dari pelupuk hlm. 139.
50 Semuanya Nampak tidak berguna lagi bagiku
karena masa depanku telah hancur hlm. 140.
Keputus-asaan Elisa juga ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
51
“
Benar Kadang-kadang aku merasa tidak berotak waras lagi. Ingin tiba-tiba membuka pesawat
yang sedang terbang, lalu menjatuhkan diri ke bumi. Kalau melihat pisau atau barang tajam lain, ingin
mengambilnya lalu menancapkan ke dalam perutku.” hlm. 155.
52 “Aku tidak mengira kau selemah itu. Begitu
cepat berputus asa.” “Barangkali kau benar,” jawabku hlm. 177.
Walaupun Elisa mudah sedih, namun dia merasa cepat senang apabila ada orang lain mencoba menghiburnya. Hal itu ditunjukkan
dengan metode dramatik berikut ini.
53 Tiba-tiba aku merasa senang dia datang hari itu.
Langsung kuajak ke ruang makan. Kembang ku taruh dalam jambangan hlm. 157.
54 “Sekali-sekali harus berbicara. Jadi aku tahu kau
masih ada dibelakangku. Jangan-jangan ketinggalan terjatuh
di jalanan.” Aku tertawa kegelian. Segera kusadari bahwa itu adalah pertama kalinya aku
ketawa sejak beberapa bulan hlm. 157.
Pada akhirnya Elisa memang sudah tidak kuasa dan putus asa, memilih untuk meninggalkan Indonesia agar terlepas dari rasa sakit
hati akan cintanya pada Sukoharjito. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
55 “Jangan mencoba mempengaruhiku, Lansih.
Sudah cukup berat bagiku untuk mengambil keputusan ini, tidak perlu sekarang kau menghambat
kehendakku pada saat semuanya telah beres. Apakah kau mengira aku bersenang hati meninggalkan tanah
air ini?”. hlm. 178.
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
56 Dengan hati rawan tetapi terang, tanah dan
kotaku kutinggalkan hlm. 183.
Berdasarkan kutipan 41 sampai 56 dapat dirangkum bahwa pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik dalam
menggambarkan tokoh Elisa. Dapat dirangkum bahwa Elisa merupakan seorang keturunan Indo yang merasa bahwa ia adalah
warga negara Indonesia, seorang wanita yang hidup mandiri dan
gemar berdansa. Tidak suka dengan Ibunya dan asal-usulnya tidak jelas. Selain itu, Elisa juga mudah berputus asa, walaupun mudah
berputus asa namun dia merasa senang jika ada orang yang menghiburnya hingga pada akhirnya memilih untuk meninggalkan
Indonesia.
b. Penokohan Ibu Elisa