Berdasarkan kutipan 110 sampai 115, dapat dirangkum bahwa
pengarang menggambarkan
penokohan Kumayas
menggukanakan metode analitik dan dramatik. Ia digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh yang suka menolong dan sangat perhatian.
Namun ia juga mempunyai sifat buruk yaitu menyindir.
m. Penokohan Rama Beick
Rama Beick merupakan rekan Kumayas. Ia seorang yang senang bercerita. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
analitik berikut ini.
116 Semua itu diceritakannya kepada kami yang
hadir, seperti berkotbah, dalam suara yang menggelegar tetapi ramah dan tanpa kesombongan
hlm. 83.
Hal itu juga ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
117 “Tidak. Sebelum perang saya tinggal di Kalasan.
Lalu sering pindah. Ke Jawa Timur. Kediri, Malang, Surabaya.
Dapat dikatakan bahwa Rama Beick merupakan awal penyebab Elisa dapat mengetahui dan mengingat asal-usulnya. Hal itu
ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
118 “Apakah anda tidak berkeluarga di Surabaya?”
kat anya lagi tanpa memperhatikan kalimatku. “Saya
pernah mengenal dengan baik keluarga Frissart di kota itu.” hlm. 84.
119 Nama kota Surabaya demikian menarik bagiku.
Kota kelahiran yang tidak pernah diungkapkan orang tuaku, tiba-tiba ingin kutemukan melalui cerita
pendeta itu hlm. 85.
Berdasarkan kutipan 116 sampai 119 dapat disimpulkan bahwa pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik untuk
menggambarkan penokohan Rama Beick. Ia adalah seorang yang senang bercerita, dan cerita dari Rama Beick merupakan awal
penyebab Elisa menjadi tahu tentang asal-usulnya.
n. Penokohan Talib
Talib digambarkan sebagai seorang yang gemar melukis. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
120 Ia semakin sering menggambar, bukan lagi
gambaran biasa, melainkan lukisan indah dan bernilai hlm. 92.
121 Kawanku itu berpendapat bahwa lukisan Talib
terlalu membawakan kekuatan kepribadiannya. Lebih moderen hlm. 132.
Talib juga sangat perhatian saat Elisa masih kecil, ia selalu menjaganya. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
122 Pada malam-malam bila kau sakit, bukan ibu
yang tidur disampingmu untuk mengawasi dan menjagamu. Melainkan pembantu atau Talib hlm.
93.
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
123 “Aku selalu takut mengayunmu setinggi yang
kau kehendaki. Karena itu, kadang-kadang aku memangkumu, lalu kita berayun setinggi-tingginya
hlm.122.
Sewaktu Talib sakit, ia menjadi seorang yang sifatnya kasar. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
124 “Tidak perlu berbohong” sekali lagi gumam itu
terdengar, lebih keras dan nyata dengan kehendak yang membentak hlm. 119.
125 “Ke mana kau?” Teriakan keras datang dari
tempat tidur hlm. 120.
Selain itu, Talib juga merupakan seorang yang keras kepala. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
126 “Kalian berkomplot untuk mempengaruhiku.
Tapi aku tidak mau. Sudah kukatakan aku tidak mau berobat. Buat apa? Biarkan aku sendirian begini.
Hanya itu yang kukehendaki.” hlm. 119.
Berdasarkan kutipan 120 sampai 126 dapat dirangkum bahwa pengarang menggambarkan tokoh talib dengan menggunakan
metode analitik dan dramatik. Ia merupakan seorang yang gemar melukis. Talib sangat perhatian sewaktu Elisa kecil, tetapi Talib
menjadi bersifat kasar dan keras kepala saat ia jatuh sakit.
o. Penokohan Tuan Sayekti