cm antar totolan. Plat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase gerak pada berbagai perbandingan campuran. Pengembangan
dilakukan setinggi 5 cm. Lempeng silika gel 60 F
254
dikeluarkan dan dikeringkan. Penentuan panjang gelombang dilakukan dengan merekam scanning pola spektra
absorbsi masing-masing zat aktif pada daerah panjang gelombang 200-400 nm sehingga didapatkan panjang gelombang overlapping spektra deksametason dan
deksklorfeniramin maleat.
6. Optimasi metode KLT densitometri
a. Pembuatan fase gerak. Masing-masing fase gerak diambil sebanyak volume
yang tertera pada tabel V. dan dicampur. Fase gerak yang digunakan untuk optimasi seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel V. Komposisi Fase Gerak
Komposisi Komposisi Fase Gerak
Etil asetat mL Metanol mL
Larutan Amonia 25 mL A
25 4
B 8
20 2
C 20
8 2
D 25
4 2
E 25
6 1
F 27
4 1
G 23
4 1
H 25
2 1
I 25
4 1
b. Optimasi pemilihan fase gerak pemisahan baku deksametason dan
deksklorfeniramin maleat dalam sediaan kaplet X
®
.
Larutan baku campuran deksklorfeniramin maleat dan deksametason 0,3 : 1,0 mgmL ditotolkan sebanyak 1,0 µL pada lempeng silika gel 60 F
254
. Penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar totolan. Plat dikembangkan dalam
bejana kromatografi yang telah dijenuhi oleh masing-masing jenis dan fase gerak yang akan dioptimasi. Pengembangan dilakukan dengan panjang elusi yang
didapat dari hasil penentuan panjang elusi. Lempeng silika gel 60 F
254
dikeluarkan, ditunggu kering dan bercak zat aktif dideteksi pada panjang gelombang pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembuatan larutan
campuran deksklorfeniramin maleat dan deksametason dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
c. Pembuatan larutan sediaan kaplet X
®
Satu buah tablet digerus kemudian diencerkan dengan 5 mL etanol dalam labu takar 10,0 mL, lalu dilakukan sonifikasi selama 2 menit. Kemudian
ditambahkan etanol hingga tanda, selanjutnya larutan disaring. d.
Reprodusibilitas dari fase gerak hasil optimasi.
Tiga seri larutan baku campuran deksklorfeniramin maleat dan deksametason masing-masing ditotolkan sebanyak 1,0 µL pada lempeng silika gel
60 F
254
. Tiga replikasi larutan sediaan kaplet X
®
yang telah dipreparasi juga ditotolkan sebanyak 1,0 µL pada lempeng silika gel 60 F
254
tersebut. Semua penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar totolan. Plat dikembangkan dengan
bejana kromatografi yang telah dijenuhi oleh fase gerak. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan jarak elusi hasil optimasi. Lempeng silika gel 60
F
254
dikeluarkan ditunggu kering dan bercak zat aktif dideteksi pada panjang gelombang hasil pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Parameter
optimal dihitung dari nilai faktor asimetris A
s
, faktor retardasi R
f
, resolusi R
s
puncak hasil pemisahan, dan KV nilai AUC yang didapat dari 3 kali replikasi larutan sediaan kaplet X
®
. G.
Analisis Hasil
Hasil optimasi metode pemisahan deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sediaan kaplet X
®
dinilai dari densitogram hasil pemisahan dengan variasi jenis dan komposisi fase gerak. Parameter-parameter dasar KLT
densitometri untuk pemisahan yang baik dan optimal dilihat dari bentuk puncak,
faktor retardasi, resolusi dan KV nilai AUC. 1.
Bentuk puncak
Bentuk puncak yang simetris ditentukan dari nilai faktor asimetriss puncak A
s
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Gambar 12. Menentukan nilai faktor asimetris
dimana A
s
= nilai faktor asimetris a = lebar setelah puncak pada ketinggian 10dari bawah
b = lebar sebelum puncak pada ketinggian 10 dari bawah Rohman, 2009 .
2. Faktor retardasi R