B. Pembuatan Larutan Baku
Pada penelitian ini digunakan baku deksametason Tianjin Tianyao Phamaceuticals dengan kemurnian 99,4 dan baku deksklorfeniramin maleat
kemurnian 99,92 Siegfried Ltd. Kedua baku ini dilarutkan dalam etanol. Etanol p.a digunakan karena kedua baku tersebut dapat larut dalam etanol dan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih rendah dari 185 nm, sehingga dapat digunakan sebagai pelarut untuk pekerjaan dalam daerah UV dekat.
Larutan baku campuran dibuat untuk memastikan bahwa zat aktif yang akan dianalisis dalam sampel memiliki kesamaan atau kedekatan spektra dengan
larutan baku. Selain itu, larutan baku campuran dibuat sebagai simulasi keadaan zat aktif yang berada dalam sediaan kaplet X
®
. Pembuatan baku campuran berfungsi untuk menemukan jenis dan
komposisi fase gerak yang optimal. Saat ditemukan fase gerak yang optimal,
dibuat level larutan baku campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat,
yaitu baku deksametason konsentrasi 0,03, 0,09 dan 0,15 mgmL dan baku deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 0,1, 0,3 dan 0,5 mgmL. Level
larutan baku ini diperoleh dari hasil orientasi. Optimasi dilakukan pada larutan baku campuran karena apabila keadaan
sistem yang optimal telah ditetapkan pada baku campuran, maka kondisi yang serupa juga diharapkan dapat diaplikasikan pada sampel untuk memperoleh
pemisahan dan bentuk puncak yang dinilai optimal. Penggunaan tiga level campuran larutan ini digunakan untuk mengetahui respon detektor yang muncul
terhadap jumlah senyawa zat aktif yang dinyatakan dengan luas area di bawah
puncak zat aktif Area Under CurveAUC pada fase gerak yang sudah teroptimasi.
C. Penentuan Panjang Jarak Elusi
Dalam proses optimasi, penentuan panjang jarak elusi penting untuk dilakukan. Semakin pendek jarak elusi, semakin singkat waktu pengembangan
oleh fase gerak. Hal itu akan memperkecil kemungkinan terjadinya difusi selama pemisahan Spangenberg dkk., 2010. Pemisahan senyawa campuran dengan jarak
lebih pendek dan sesuai dengan nilai parameter-parameter sistem yang akan dipilih.
Tabel VI. Nilai Rf, Nilai Faktor Asimetris A
s
, Rs ,dan lama pengelusian larutan baku
campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat
Tabel VI. menunjukkan bahwa panjang jarak elusi 5 cm menjadi pilihan optimal karena semakin pendek jarak pengembangan, semakin singkat waktu
pengembangan oleh fase gerak. Hasil kromatogram juga menunjukkan kesesuaian dengan nilai parameter sistem. Parameter dalam pemisahan senyawa campuran
deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan metode KLT densitometri
Panjang Jarak
Elusi
R ep
li k
as i
Rf Deksametason
Rf Deksklorfeniramin
Maleat Rs
As Lama
Pengelusian menit
5 cm I
0,64 0,47
1,89 1,00 7
II 0,64 0,47
2 1,00
7
III 0,64 0,47
1,80 1,00 7
10 cm I
0,69 0,44
3,80 1,09 20
II 0,69 0,44
3,85 1,00 21
III 0,69 0,45
3,70 0.99 21
15 cm I
0,79 0,39
7,27 1,05 45
II 0,79 0,39
7,00 1,10 47
III 0,78 0,40
7,25 0,98 46
adalah bentuk puncak yang bentuk puncak simetris dan sempit nilai As berada dalam kisaran 0,95-1,10, nilai Rf antara 0,2-0,8, dan
nilai Rs ≥ 1,5.
D. Optimasi Metode Pemisahan Deksametason dan