Ruang tengah dan ruang tamu

sinrili, gambusu, kacapi, bedug, katto-katto, kancing, rebana, assung lesung, poster dan foto-foto kesenian lokal Bantaeng. Ada empat konsep pendekatan yang dapat digunakan untuk penyajian pemeran tetap adalah 1 Pendekatan kronologis, lebih menekankan pada penyajian kronologis dari waktu ke waktu dengan menempatkan benda koleksi dan informasi pendukungnya secara berturut dan linier dari fase awal hingga fase akhir dengan mengikuti alur bergerak pengunjung diruang pamer. 2 Pendekata taksonomi, lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode dan pembuat. 3 Pendekatan tematik, lebih menekankan pada ceritera dengan tema tertentu dibandingkan dengan obyek yang disajikan 4 Pendekatan gabungan, model penyajian materi untuk tuang pameran tetap, diupayakan agar pengunjung tidak digiring untuk bergerak secara linear satu arah, kronologis namun dapat menggunakan pendekatan tematik juga dalam penyajian Anonim 2011, 55. Pameran tetap Museum Istana balla Lompoa menampilkan koleksi yang terdiri dari koleksi arkeologi serpih bilah, mata panah, lumpang batu, arca nisan, terakota, batu dakon, koleksi etnografi, koleksi historika keris, tombak, foto, Koleksi keramologi piring, mangkuk, cepuk, guci, numismatika uang logam, koleksi filologia lontara bilang . Untuk Koleksi arkeologi di susun berdasarkan pendekatan kronologis, sedangkan untuk etnografi, koleksi Histrorika, keramologi, numismatika dan kesenia disusun berdasarkan pendekatan Gabungan yaitu secara kronologis, taksonomi dan tematik. 2. Metode dan Teknik Penyajian Dalam menyajikan koleksi museum yang baik di ruang pameran, memerlukan metode tertentu yang sesuai dengan koleksi yang dimilki, ruang pameran dan sarana pendukung pameran lainnya. Pameran merupakan salah satu cara mengkomunikasikan koleksi kepada pengunjung museum. Agar informasi koleksi tersebut dapat tercapai maka sajian koleksi di ruang pameran menarik dan mudah dipahami oleh pengunjung. Pada tata pameran tetap Museum Istana Balla Lompoa, metode yang digunakan, sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan Intelektual

Metode pendekatan intelektual adalah cerita penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti, dan fungsi benda koleksi museum Anonim, 2010:49. Koleksi disajikan lengkap dengan informasi pendukungnya sehingga memberikan pemahaman yang mudah dan benar kepada pengunjung. Informasi yang disajikan dapat dilengkapi dengan informasi berupa teks label dan foto.

2. Metode pendekatan Romantik Evokatif

Metode pendekatan romantik adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda- benda yang dipamerkan Anonim, 2010: 49. Untuk memperjelas koleksi tersebut, informasi disajikan dalam bentuk diorama. Foto 43: Diorama pembuatan gerabah Museum Sri Baduga Sumber: Dokumentasi Penulis

3. Metode Pendekatan Estetik

Metode pendekatan estetik adalah cara penyajian Penyajian koleksi yang dapat mengungkap nilai artistik yang terdapat pada koleksi tersebut. Penyajian tersebut dilakukan dengan tata letak koleksi yang menarik. Tata letak koleksi tersebut didukung oleh desain vitrin, box atau alas koleksi, tata warna background , dan tata cahaya. Foto 44 : Penyajian Koleksi Arca Polinesia Museum Branly Sumber: Dokumentasi Aurelin Gaborit

C. Sarana Pameran Tetap.

Sarana pameran sangat penting dalam menyajikan koleksi museum yang baik di ruang pameran. Dalam suatu pameran membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk sebuah penyajian koleksi pada pameran tetap, museum harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pameran terdiri dari sarana pokok dan sarana penunjang Udansyah, 1987:41. Sarana Pokok 1. Vitrin Vitrin merupakan sarana pokok pameran yang diperlukan meletakkan benda koleksi yang umumnya tiga dimensi dan mempunyai fungsi sebagai pelin dung koleksi museum dari gangguan manusia maupun lingkungan seperti kelembaban udara, dan efek negative cahaya. Vitrin memiliki empat fungsi, yaitu: 1. Melindungi objek-objek di dalamnya dari pencurian dan kerusakan 2. Menyediakan iklim mikro di mana tingkat-tingkat konstan dari kelembaban relative, temperature dan cahaya yang terkendali dapat dipelihara. 3. Melindungi objek-objek di dalamnya dari polusi, debu, dan serangga. 4. Menyidiakan sebuah panggung teater yang dipergunakan untuk memamerkan dan menginterpretasikan objek-objek. Ambrosse dan Paine, 1997:22 Menurut bentuk dan fungsinya, vitrin terbagai atas beberapa macam, antara lain vitrin tunggal, vitrin ganda, vitrin sudut, vitrin dinding dan vitrin duduk.