Konsep Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng

4.2.1. Analisis Koleksi Museum Istana Balla Lompoa

Benda-benda yang dapat dipamerkan dalam sebuah museum sangat banyak jumlah dan variasinya. Oleh karena itu, diperlukan pedoman tertentu agar museum yang dibuat sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, analisis koleksi Museum Istana Balla Lompoa idealnya mempertimbangkan dua pedoman, yaitu: 1. Kebijakan Pengadaan Koleksi Museum dari Direktorat Permuseuman 2. Pasal 5 Ayat 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang arti khusus cagar budaya bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, danatau kebudayaan. Kebijakan Pengadaan Koleksi Museum dari Direktorat Permuseuman Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah suatu kebijakan yang terus menerus dielaborasi sesuai dengan dinamika minat masyarakat terhadap museum. Kebijakan ini harus betul-betul diacu secara disiplin dalam proses identifikasi, pemilihan dan seleksi koleksi. Adapun persyaratan dan skala prioritas pengadaan koleksi museum adalah sebagai berikut: a. Suatu benda dapat dijadikan koleksi museum apabila memenuhi prinsip dan persyaratan tertentu, atau paling tidak memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:  Mempunyai nilai sejarah dan nilai ilmiah termasuk nilai estetika;  Dapat diidentifikasi mengenai wujudnya morfologi, tipe tipologi, gaya style , fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus dalam orde biologi atau periodenya dalam geologi, khususnya untuk benda benda alam;  Harus dapat didukung pendokumentasian, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadiran realitas dan eksitensinya bagi penelitian ilmiah;  Harus memiliki potensi sebagai suatu monumen atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam dan budaya. b. Pertimbangan skala prioritas, yaitu penilaian untuk benda-benda yang bersifat masterpiece , unik, hampir punah, dan langka dalam pengertian:  Benda masterpiece adalah benda yang terbaik mutunya;  Benda unik adalah benda-benda yang memiliki ciri khas tertentu bila dibandingkan dengan benda-benda yang sejenis lainnya.  Benda yang hampir punah adalah benda yang sulit ditemukan karena dalam jangka waktu terlalu lama tidak dibuat lagi.  Benda yang langka adalah benda yang sulit ditemukan karena sudah tidak dibuat lagi atau karena hasil perbuatannya produksinya hanya sedikit. Menyimak persyaratan dan skala prioritas koleksi museum di atas, minimal terdapat 324 koleksi yang masuk dalam katagori di atas dan untuk koleksi masterpiecenya adalah koleksi mata panah, patung terakota dan arca nisan. Khusus untuk persyaratan koleksi, semua koleksi museum Istana Balla Lompoa Bantaeng memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah hanya saja besarannya kurang berimbang. Koleksi yang ada sekarang masih lebih banyak menonjolkan nilai sejarah sementara nilai ilmiah belum kuat. Dapat dicontohkan misalnya koleksi benda-benda sejarah seperti keramik, wadah perunggu, atau naskah sejarah yang hanya menyiratkan nuansa sejarah yang sangat kuat sementara nilai ilmiah hanya terbatas pada pengkajian ilmu sejarah dan arkeologi, belum merepresentasi ilmu pengetahuan secara umum. Koleksi yang mengandung nilai ilmiah tinggi indikatornya adalah merepresentasi banyak ilmu sehingga pengembangannya pada kajian ilmu pengetahuan di masa mendatang semakin besar. Dengan demikian, fungsi dan peranan ganda museum sebagai lembaga ilmiah dapat berjalan. Indikator lain yang menunjukkan koleksi Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng sangat menonjolkan nilai sejarah adalah koleksi tersebut lebih banyak diadakan dengan cara hibah atau sumbangan, bukan koleksi yang dihasilkan dari suatu riset yang ketat. Kecenderungan museum yang memiliki visi masa depan adalah koleksi-koleksinya dihasilkan dari penelitian ilmiah. Jika dipersentasikan, Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng belum termasuk dalam katagori museum bervisi masa depan. Meskipun demikian, uraian teoritis di atas tidak menjadi halangan untuk pembentukan suatu museum. Pada kenyataannya, Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng sekarang sudah dalam tahap pembentukan. Penguatannya pada visi masa depan dapat dilakukan bersamaan dengan perjalanannya sejak awal pembukaan. Menuju pada kemajuan museum Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng di masa mendatang, kerjasama dengan lembaga riset dan universitas harus dikuatkan. Langkah ini tentunya berkorelasi kuat pendanaan dan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas. Inilah tantangan Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng sekarang. Selain kriteria, skala prioritas koleksi juga perlu. Koleksi Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng sekarang belum banyak yang merupakan koleksi masterpiece, unik dan langka. Hal ini membuktikan koleksi Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng belum merepresentasi Bantaeng dalam aspek sejarah dan ilmiah, karena jika memperhatikan sejarah Bantaeng yang begitu panjang, tentunya banyak koleksi unik, masterpiece dan langka yang akan dihadirkan. Meskipun kondisinya demikian, itu hanya menggambarkan kurangnya waktu dan tenaga untuk mengumpulkan koleksi, bukan alasan untuk mengatakan Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng belum saatnya dimulai. Menurut penulis, meskipun terdapat beberapa kekurangan pada koleksi, apa yang digagas dan diupayakan sekarang merupakan kemajuan bagi masyarakat Bantaeng. Selain pedoman pengadaan koleksi museum di atas, kebijakan yang harus diacu adalah UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pasal 5, ayat 3 yang berbunyi Cagar budaya memiliki arti khusus cagar budaya bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, danatau kebudayaan. Regulasi ini sebenarnya meluaskan pengertian dan potensi besar sebuah museum untuk berkembang. Regulasi ini harus dirujuk mengingat sebagian besar koleksi Museum Istana Balla Lompoa Bantaeng merupakan cagar budaya. Dengan demikian, arti penting cagar budaya baca koleksi museum harus pula dipertimbangkan dalam pengeolaan museum.