Perawatan Koleksi Konservasi Manajemen Pengelolaan Koleksi
2. Kriminalitas
Kerusakan pada koleksi dapat pula terjadi akibat tindakan kriminal seperti pencurian dan vandalism antara lain, koleksi patah, retak, akumulasi cattinta,
lemak dari tangan pengunjung. 3.
Api Api yang menyebabkan terjadinya kebakaran dapat terjadi karena adanya
hubungan arus pendek, rokok atau loncatan bahan kimia yang eksplosif. Kebakaran mengakibatkan noda hitam pada koleksi, akumulasi asap dan yang
terparah adalah hilangnya koleksi akibat kebakaran. 4.
Air Kapilarisasi air tanah sangat berbahaya, terutama jika lokasi museum berada di
daerah yang tidak jauh dari pantai. Air yang naik naik ke atas melalui dinding museum
rising damp
akan menimbulkan kelembaban yang tinggi pada ruangan tempat tempat koleksi disimpan. Banjir, pipa bojor, dan atap bocor
mengakibatkan ruangan lembab sehingga menyebabkan kerusakan pada koleksi, misalnya: deposit kotoran pada material yang berpori, timbulnya noda
pada permukaan koleksi sehingga mengaburkan warna asli, koleksi berbahan dasar organik dapat mengembang dari bentuk aslinya karena telah
mengandungair, mempercepat korosi pada logam. 5.
Hama dan penyakit Serangga, jamur, hewan pengerat merupakan faktor penyebab kerusakan pada
koleksi. Umumnya yang terserang oleh hama adalah koleksi berbahan dasar organik seperti tekstil dan koleksi kayu karena koleksi ini merupakan sumber
makanannya dan dapat menimbulkan noda serta kotoran pada permukaan koleksi.
Serangga dan hewan pengerat masuk ke museum melalui: a.
Jendela, pintu atau lubang lain yang terdapat di sekitar museum b.
Bunga-bunga segar yang dibawa ke dalam museum c.
Koleksi yang baru dibeli atau dipinjam oleh pihak lain. d.
Makanan yang dibawa oleh pengunjung museum. 6.
Kontaminan Kontaminan penyebab kerusakan antara lain polutan dan debu. Polusi udara
dapat menyebabkan korosi hijau pada koleksi yang mengandung tembaga
copper alloy
dan noda hitam
tamis
pada koleksi perak. Polusi tersebut dikarenakan adanya polutan seperti:
a. Polusi di dalam dan di luar ruangan museum berupa gas
b. Asam-asam organik dari kayu vitrin
c. Pelarut kimia yang dipakai dalam melakukan konsevasi koleksi
d. Degradasi material koleksi itu sendiri.
Kontaminasidebu dapat menimbulkan keruasakan akibat adanya reaksi kimia antara material dengan debu. Debu di museum dapat berasal dari udara,
pengunjung dan kebersihan ruangan yang tidak terjaga. 7.
Radiasi cahaya Radiasi dari gelombang yang akan menyebabkan pudarnya warna koleksi,
yaitu akibat dari sinar ulta violet UV, cahaya tampak dan radiasi infra merah.
Sedangkan radiasi sinar gamma akan mendegradasi material koleksi. Ketahanan koleksi terhadap cahaya dapat dibagi menjadi 3 tiga bagian, yaitu
koleksi yang tidak sensitif, sensitif, dan sangat sensitif. Koleksi yang tidak sensitif terhadap cahaya adalah batu, koleksi yang sensitif adalah kayu, dan
koleksi yang sangat sensitif adalah lukisan dan tekstil. Faktor-faktor penyebab kerusakan karena cahaya, yaitu:
a. Adanya sejumlah sinar ultraviolet dalam sumber cahaya dengan sejumlah
microwatt per lumen. Nilai ini tergantung dari sejumlah cahaya yang digunakan. Nilai UV tertinggi berasal dari cahaya matahari
daylight
. Rekomendasi internasional untuk koleksi yang sensitif terhadap sinar nilai
UV dijaga agar tetap dibawah 75 mikrowatt b.
Intensitas iluminasi cahaya mengenai terang tidaknya cahaya, dinyatakan dalam lux lumencm. Semakin tinggi intensitas cahaya
maka nilai lux akan semakin tinggi. c.
Lamanya waktu pencahayaan yang bersifat kumulatif pada koleksi, akan mempercepat terjadinya kerusakan. Semakin sering koleksi
terkena cahaya, berarti semakin banyak intensitas cahaya yang mengenai koleksi, hal ini menyebabkan koleksi semakin cepat rusak.
8. Temperatur yang tidak sesuai
Tempertur yang terlalu tinggi maka memicu kerusakan kimia pada material sedangkan temperatur yang rendah akan menyebabkan tekanan pada struktur
materialnya, sementara temperature yang fluktuatif akan menyebabkan bahan koleksi menjadi retak dan pecah.
9. Kelembaban relatif RH yang tidak sesuai
Kelembaban relatif RH adalah banyaknya persentase kandungan air di udara yang dapat dicapai, dibandingkan dengan nilai mutlaknya kelembaban
obsolut. Kondisi koleksi di museum sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif sekitar. Niali RH yang rendah dapat menyebabkan koleksi
menjadikering dan retak, sedangkan RH yang tinggi akan memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya jamur.
Material organik rentan terhadap kelembaban yang tinggi lebih dari 60, karena jamur akan berkembang dan menodai koleksi organik pada kondisi
lingkungan yang sangat lembab, sedangkan bakterinya akan berkembang dan meyerang koleksi berbahan dasar organik pada kondisi yang basah. Pada
kelembaban yang tinggi, kekuatan perekat pada koleksi yang memiliki lem akan berkurang. Sebaliknyapada kelembaban yang rendah, material koleksi
akan menyusut dan kaku. 10.
Disosiasi
Dissociation
Kurator dan konservator kadangkala bersikap tidak hati-hati dalam menangani koleksi, yang akhirnya justru dapat menimbulkan kerusakan baru, misalnya
membiarkan koleksi bertumpukan di dalam tempat penyimpanan. Kurangnya tenaga dan pengetahuan petugas dalam menangani konservasi koleksi juga
merupakan salah satu faktor permasalahan museum 2.
Tindakan
kuratif
penanggulangan, yaitu upaya dilakukan pada saat koleksi telah mengalami kerusakan atau pelapukan misalnya pembersihan jamur, dan
pengolahan bahan insektisida.
Pada prinsipnya, jika tidak terdapat permasalahan teknis yang mengancam kondisi keterawatan benda, tindakan konservasi hanya dilakukan secara
sederhana dengan menggunakan cara tradisional, tanpa bahan kimia. Penggunaan bahan konservasi hanya dilakukan apabila secara teknis memang
diperlukan dan tidak ada alternatif lain yang dapat menagatasi permasalahan yang dihadapi.
Sasaran penanganan konservasi tidak hanya terbatas pada bendanya tetapi juga pada lingkungannya, termasuk lingkungan mikro dimana benda tersebut
berada. Selain itu juga menyangkut bangunan tempat pameran atau penyimpanan koleksi, sehingga tidak mengancam kondisi keterawatan koleksi.
Hal lain yang perlu dipahami yaitu perawatan jangka panjang pasca konservasi atau secara teknis dikenal tindakan preservasi.
Berdasarkan dari jenis bahannya konsevasi koleksi Museum Istana Balla Lompoa , dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Konservasi koleksi anorganik
a. Batu
b. Keramik
c. Logam
2. Konsevasi koleksi organik
a. Kayu
b. Kertas
c. Tekstil
d. tulang