Keterbatasan Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif

persoalan yang kompleks maka Kirby 1992 menyarankan bahwa tim pengambilan keputusan bersama akan lebih cocok untuk terfokus pada isu-isu yang lebih besar ketika bermaksud memecahkannya pertama kali. Pengetahuan berperan dalam mempercepat pemecahan masalah pembelajaran dan akan lebih berhasil jika pengambil keputusan secara keseluruhan memeriksa alternatif, mencari informasi kepada yang lain dan menganalisis konsekuensi sebelum keputusan dibuat. Pengambilan keputusan bersama bukanlah “panacea” atau obat mujarab yang menyembuhkan segala penyakit dalam menangani problem pendidikan secara cepat dan baik. Namun diakui pula bahwa pendekatan ini merupakan sumber daya bernilai yang harus dipandang dalam konteks restrukturisasi sekolah dan bagian dari harapan yang benar untuk menghasilkan perubahan di sekolah.

J. Keterbatasan Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif

Menurut Adair 1985: 157, management in not solely about getting the intellectual quality of a decision right, important though it is to do so. It is about getting result through people. Therefore the manager will need to include other people in the process of decision making. Dalam pengambilan keputusan partisipatif, kepala sekolah bersama para guru adalah pemain kunci dalam menentukan kebijakan sekolah dan pelaksanaannya. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa orang yang dekat dengan pembelajaran murid merupakan aktor terbaik untuk membuat keputusan pendidikan. Para penganjur mengatakan bahwa pengambilan keputusan partisipatif akan meningkatkan pembelajaran murid, menciptakan kepuasan guru dan mengembangkan bentuk baru kepemimpinan yang disebut kepemimpinan partisipatif Robbins et al, 1994. Pertanyaannya apakah pengambilan keputusan partisipatif mengantarkan janji-janji ini? 137 1. Apakah pengaruh yang diprediksi dari pengambilan keputusan partisipatif? Menurut Liontos 1994, tujuan utama pengambilan keputusan partisipatif adalah untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Sejak murid belajar di kelas, guru seharusnya terlibat secara mendalam dalam proses membuat keputusan. Kedua, hasil yang diharapkan adalah meningkatkan kepuasan kerja. Keterlibatan guru dalam pembuatan keputusan akan menciptakan kepemilikan, komitmen dan perasaan diberdayakan sebagai wujud kepemimpinan bersama di sekolah. Ketiga, pengambilan keputusan partisipatif akan menciptakan bentuk baru kepemimpinan. 2. Bagaimana pengambilan keputusan partisipatif mempenagruhi pengajaran dan pembelajaran? Sejauh ini masih sedikit bukti yang konsisten bahwa pengambilan keputusan partisipatif meningkatkan prestasi murid Edward Miller, 1995. Sementara itu, pengambilan keputusan partisipatif mungkin terlalu dini untuk mengharapkan hasil menakjubkan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa usaha-usaha pengambilan keputusan partisipatif selalu diarahkan sebagai isu inti dari pengajaran dan pembelajaran. Kajian terhadap pengambilan keputusan partisipatif seringkali menyebutkan suatu kecenderungan fokus atas isu yang remeh seperti masalah perparkiran, pengawasan bus dan merokok dalam ruang istirahat. Griffin 1995 menemukan bahwa ketika guru bermaksud menangani isu sekolah yang luas sebagaimana kerangka kerja kurikulum, mereka selalu melakukan ujian harian di kelas. Weiss 1995 menemukan bahwa sekolah yang menerapkan pengambilan keputusan partisipatif kadang-kadang meluncurkan pembaruan signifikan, tetapi yang mendorong inovasi biasanya datang dari oposisi banyak guru yang melawan kepala sekolah. Partisipasi guru dilakukan sebagai rem atas reformasi sekolah. Dalam menghadapi temuan negatif, peneliti berspekulasi bahwa budaya sekolah tradisional mungkin menghalangi pengambilan keputusan partisipatif. Peranan baru dan hubungan 138 membingungkan akan memakan waktu dan sering kurang menyenangkan. Pengambilan keputusan partisipatif mungkin dianggap secara skeptis sebagai hanya mode iseng yang lain, dengan memberikan kepada guru sedikit alasan untuk mentransfer kesetiaannya pada cara baru melakukan sesuatu. 3. Bagaimana pengambilan keputusan partisipatif mempengaruhi kepuasan guru? Weiss, dkk. 1992 mengemukakan bahwa pengambilan keputusan partisipatif sering menciptakan konflik di antara guru. Pada kesempatan lain Weiss 1993 mengatakan bahwa pada kelompok yang diteliti tidak terlihat kemajuan yang linier dalam pengambilan keputusan partisipatif di sekolah karena dii mana saja terjadi peningkatan dan penurunan, gerakan, optimisme dan keputusasaan. Pengambilan keputusan partisipatif merupakan proses yang berkelanjutan. 4. Bagaimana kepala sekolah mengarahkan proses pengambilan keputusan partisipatif? Dalam teorinya, pengambilan keputusan partisipatif dianggap sebagai model baru kepemimpinan kepemimpinan partisipatif, dimana para guru memberikan keahliannya dan kepala sekolah lebih berperan sebagai fasilitator daripada pengatur. Para guru seringkali cenderung membentuk peranan baru mereka dengan asumsi lama. Sebagai contoh, Spaulding 1994 meneliti seorang kepala sekolah memanipulasi secara sadar proses untuk menggerakkan pengambilan keputusan partisipatif sesuai arah yang diinginkan dengan menanamkan ide-ide, menekan lawan dan menunjukkan keterkenalan untuk pendukung. Ciri pendekatan kepala sekolah ini berjalan melalui gerakan pengambilan keputusan partisipatif, tetapi kepala sekolah masih melihat dirinya sebagai sumber keputusan. Bahkan, ketika kepala sekolah memiliki tekad melakukan pengambilan keputusan 139 partisipatif, dia masih memiliki akuntabilitas khusus yang membuat upaya pengambilan keputusan partisipatif sukar difasilitasi. 5. Pelajaran apa yang dapat dipelajari tentang pengambilan keputusan partisipatif? Penelitian dan praktik yang bijaksana menunjukkan secara jelas bahwa pengambilan keputusan partisipatif tidak mudah bagi setiap orang. Sekolah yang akan menggunakan teknik pengambilan keputusan partispatif seharusnya dipersiapkan melalui proses waktu yang lama dan memerlukan pertimbangan latihan. Kepala sekolah yang sudah berhasil melakukan pengambilan keputusan partisipatif secara sadar berusaha membangun efektivitas keterampilan pengambilan keputusan dan strukturnya.

K. Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Sekolah