tinggi. Disamping itu, kepala sekolah perlu menggalang partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pengelolaan pendidikan di sekolah
melalui pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah School Counchil. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang
dibentuk harus melibatkan dan mencakup minimal kepala sekolah, guru, perwakilan orang tua peserta didik, tokoh masyarakat dan dinas
pendidikan. Lembaga ini bertugas menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan pendidikan, merumuskan
dan menetapkan visi dan misi serta tujuan sekolah.
Faktor-faktor Penghambat Kelemahan dan Tantangan
Faktor penghambat kelemahan dan tantangan kepala sekolah profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan mencakup sistem
politik yang kurang stabil, rendahnya sikap mental, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, pengangkatan kepala sekolah yang belum
transparan, kurangnya sarana dan prasarana, lulusan yang kurang mampu berkompetisi, rendahnya kepercayaan masyarakat, birokrasi serta
rendahnya produktivitas kerja.
a.Sistem politik yang kurang stabil
Sistem politik yang kurang stabil dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara selain menimbulkan berbagai masalah
dalam hidup dan kehidupan di masyarakat juga merupakan faktor penghambat lahirnya kepala sekolah profesional. Wakil-wakil rakyat
di dewan yang lamban dan plin-plan dalam mengambil suatu prakarsa serta selalu menunggu demonstrasi masyarakat dalam
mengambil suatu keputusan merupakan suatu sistem politik yang kurang stabil dan kurang menguntungkan. Kondisi semacam ini
sangat mewarnai berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, beserta komponen yang tercakup di dalamnya. Pengembangan
sumber daya pembangunan melalui sistem pendidikan yang 13
memadai perlu ditunjang oleh sistem politik yang stabil dan kemauan politik yang positif dari pemerintah. Termasuk dalam hal ini adalah
anggaran belanja yang dialokasikan untuk pendidikan.
b. Rendahnya sikap mental
Rendahnya sikap mental sebagian kepala sekolah merupakan faktor penghambat tumbuhnya kepala sekolah profesional.
Rendahnya sikap mental tersebut antara lain terlihat dalam bentuk kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, kurang motivasi dan
semangat kerja, serta sering datang terlambat ke sekolah dan pulang lebih cepat dari guru dan tata usaha sekolah. Kondisi-kondisi tersebut
sangat menghambat dan merupakan tantangan bagi tumbuh kembangnya kepala sekolah profesional yang harus dicarikan jalan
pemecahannya secara tepat dan tepat.
c.Wawasan kepala sekolah yang masih sempit
Tidak semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Sempitnya wawasan tersebut terutama terkait dengan berbagai masalah dan tantangan
yang harus dihadapi oleh para kepala sekolah dalam era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama teknologi informasi begitu cepat. Begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyulitkan
sebagian kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, yang mampu
menghasilkan lulusan untuk dapat bersaing di era yang penuh ketidakpastian dan kesemrawutan global chaos. Kondisi tersebut
antara lain disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca buku, majalah dan jurnal; kurang mengikuti
perkembangan; jarang melakukan diskusi ilmiah; dan jarang 14
mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya. Disamping itu, sempitnya wawasan kepala sekolah
disebabkan oleh keberadaan Kelompok Kerka Kepala Sekolah K3KS yang belum didayagunakan secara optimal untuk
meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Demikian pula halnya dengan keberadaan
Musyawarah Kepala Sekolah MKS dimana lembaga ini hanya berperan sebagai tempat berunding kepala sekolah untuk
menentukan besarnya pungutan terhadap peserta didik untuk melakukan suatu kegiatan.
d. Pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan