E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan yang dapat mempengaruhi seseorang pada
perkembangan penyakit hipertensi Sawicka et al., 2011. Tabel IV.
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi
Tidak dapat dikendalikan Dapat dikendalikan
Umur dan Jenis kelamin Etnis
Konsumsi garam yang berlebih pola makan Kelebihan berat badan dan obesitas
Aktivitas fisik Konsumsi alkohol berlebih
Diabetes
Sawicka et al., 2011
1. Faktor umur
Hipertensi merupakan faktor risiko penting pada penyakit kardiovaskular dan banyak terjadi pada populasi dewasa di Amerika Serikat. Survei yang pada
tahun 2009-2010 terdapat 82 orang dewasa yang sadar akan hipertensi dan 76 orang dewasa yang melakukan terapi. Survei pada tahun 2011-2012, pada umur
40-59 tahun prevalensi hiperetensi sebanyak 32,4, kesadaran akan hipertensi 83,0, melakukan terapi sebanyak 73,7, dan terkendali sebanyak 57,8. Pada
responden umur 60-75 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1, melakukan terapi sebanyak 82,2, dan terkendali
sebanyak 50,5. Hal ini terbukti bahwa peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh bertambahnya usia Nwankwo, 2013.
Pada individu dengan umur lebih dari 55 tahun memiliki risiko 90 untuk mengalami hipertensi. Individu yang berumur 40-70 tahun berisiko mengalami
kenaikan 20 mmHg pada tekanan darah sistolik dan kenaikan 10 mmHg pada tekanan darah diastolik. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan untuk lebih
menekankan kesadaran masyarakat terhadap masalah tekanan darah tinggi dan pendekatan yang agresif terhadap pengobatan antihipertensi WHO, 2005.
Hubungan antara bertambahnya usia dan meningkatnya tekanan darah sistolik mencerminkan lamanya waktu orang terkena faktor risiko yang dapat
dikendalikan. Pada usia 65 tahun, perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan laki-laki. Sebaliknya, setelah usia 65 tahun, laki-laki
cenderung memiliki tekanan lebih rendah dibandingkan perempuan. Penyebab sering tidak diketahui dan prevalensi juga meningkat dengan bertambahnya usia
Sawicka, et al., 2011.
2. Faktor pengaturan diet
Faktor pengaturan diet merupakan salah satu faktor yang dapat dikendalikan. Peningkatan hasil tekanan darah terbukti bahwa faktor makanan
memiliki peran dominan. Pada stage 1 hipertensi, perubahan pola makan atau diet dapat berfungsi sebagai terapi awal sebelum dimulainya terapi antihipertensi.
Perubahan pola makandiet diantara orang yang sudah terapi dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan terapi antihipertensi Appel, 2009.
Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang penting terhadap kelebihan berat badan dan obesitas. Pola makan yang buruk
dan kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas hipertensi. Pola hidup yang buruk seperti mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam tinggi, lemak jenuh, penambahan gula, dan konsumsi alkohol yang tinggi akan meningkatkan risiko hipertensi. Semakin tinggi individu
memiliki pola hidup yang buruk maka semakin tinggi pula tekanan darahnya USDA and HHS, 2010.
Tekanan darah secara langsung berhubungan dengan berat badan. Hipertensi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan sulit untuk
mengontrol tekanan darahnya dan biasanya terjadi lebih umum pada wanita sehingga kesadaran akan hipertensi rendah. Berat badan seseorang ditentukan
bagaimana seseorang dalam menjaga pola makan. Penurunan berat badan dapat dilakukan melalui pengaturan diet dengan mengurangi konsumsi garam, lemak,
alkohol, dan mengkonsumsi sayuran serta buah-buahan. Hal ini juga merupakan faktor yang efektif yang dapat menurunkan tekanan darah Stokes, 2009.
Mengkonsumsi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah. Pada penduduk Amerika konsumsi garam melebihi 9 ghari. Sumber garam pada
negara-negara maju, 75 garam berasal dari makanan olahan, sedangkan Negara- negara berkembang, 70 garam berasal dari garam yang ditambahkan selama
memasak atau menambahkan garam saat makan. Konsumsi garam yang meningkat perlu menerapkan pengurangan bertahap dan berkelanjutan dalam
jumlah garam dengan disarankan mengurangi konsumsi garam 5 ghari, untuk pengontrolan 3-4ghari atau dengan mengganti luas garam dengan penggantian
rendah sodium dan tinggi kalium He et al., 2012. Konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan yang
berisiko terjadinya hipertensi. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Penggunaan
minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak
yang dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi dan penyakit jantung Goldman, 2014.
Pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan membatasi atau menghidari konsumsi lemak hewan, gorng-gorengan, atau makanan yang
digoreng dengan minyak, konsumsi daging bergajih, dan jeroan. Meningkatkan konsumsi sayuran seperti bayam, wortel, sawi dan buah-buahan seperti semangka,
pepaya dapat menurunkan tekanan darah Dalimarta dkk., 2008. Kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi merupakan faktor risiko untuk
penyakit kardiovaskular. Sumber lemak jenuh sebagian besar berasal dari makanan cepat saji, keju, mentega, dan minyak goreng. Untuk mengurangi asupan
lemak jenuh yaitu dengan mengganti mentega dan minyak goreng dengan minyak nabati. Selain itu, mengurangi lemak jenuh dapat dengan mengkonsumsi susu
bebas lemak low-fat, dan daging tidak bergajih. Mengkonsumsi sayur dan buah yang merupakan bagian dari DASH dikaitkan dengan penurunan risiko berbagai
penyakit seperti hipertensi. Bukti moderat menunjukkan bahwa mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan per hari dan pembatasan asupan gula dapat menurunkan
tekanan darah dan dapat mempertahankan berat badan yang sehat USDA and HHS, 2010.
F. Pengukuran Tekanan Darah