Rule of Halves Landasan Teori

tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri MHRA, 2013. Selama bertahun-tahun, instrumen standar untuk mengukur tekanan darah menurut National Health and Nutrition Examination Survey NHANES adalah sphygmomanometer merkuri. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya kekhawatiran tentang lingkungan pembuangan limbah medis yang terkontaminasi merkuri dan risiko tumpahan dari sphygmomanometer merkuri, pengaturan klinis telah mulai pentahapan keluar perangkat merkuri. Selain itu, dalam sejumlah survei di negara dengan rancangan cross-sectional, perangkat sphygmomanometer digital menggantikan perangkat merkuri dalam mengukur tekanan darah Ostchega et al., 2012.

G. Rule of Halves

Hipertensi adalah silent killer yang jarang menyebabkan gejala asimptomatik. Kunci untuk mendeteksi hipertensi yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. “Rule of Halves” menyatakan bahwa populasi adalah hipertensi, setengah orang dengan tekanan darah tinggi tida k menyadarinya “rule 1”, setengah dari mereka yang tidak menggunakan terapi “rule 2”, dan setengah dari mereka yang terapi tidak terkontrol tekanan darahnya “rule 3”. Aturan ini sebagai penilaian untuk mendeteksi kesadaran dan pengendalian hipertensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masalah kesehatan Rao and Daniel, 2013. Secara tradisional, kesadaran, terapi dan kontrol hipertensi ditunjukkan dengan “Rule of Halves” yaitu setengah responden mengalami hipertensi, setengah dari responden hipertensi sadar akan hipertensi, setengah dari sadar akan hipertensi melakukan terapi, dan setengah dari responden terapi dapat mengendalikan tekanan darahnya Danon-Hersch, 2009. Gambar 1 . Rule of Halves

H. Landasan Teori

Hipertensi merupakan kondisi tekan an darah ≥14090 mmHg dan disebut dengan silent killer dengan gejala yang bervariasi bahkan tidak terdapat gejala pada masing-masing individu. “Rule of Halves” telah berlaku di beberapa penelitian. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang memiliki prevalensi yang tinggi. Pencegahan, terapi dan kontrol terhadap hipertensi dapat menurunkan prevalensi hipertensi Sawicka et al., 2011, Park, 2013, Tee et al., 2010 Kesadaran penderita hipertensi dapat mempengaruhi kepekaan penderita terhadap terapi yang didapatkan baik farmakologi maupun non-farmakologi. Seseorang yang tidak sadar memiliki risiko terkena hipertensi sebaiknya segera mendapatkan terapi dan saran oleh tenaga kesehatan untuk menekan tekanan darah dan memperbaiki kualitas hidupnya Departemen Kesehatan RI, 2009 Total Subjek Penelitian Tidak Hipertensi 100 Hipertensi 50 ≠ Sadar Hipertensi 50 Sadar Hipertensi 50 ≠ Terapi Hipertensi 50 Terapi Hipertensi 50 Hipertensi ≠ Terkendali 50 Hipertensi Terkendali Hipertensi dapat dihindari dengan mengatur pola makan dalam pembatasan konsumsi garam, lemak, alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Penderita hipertensi perlu menggunakan obat antihipertensi secara rutin dan teratur dengan dibutuhkannya bantuan dari keluarga atau pendamping pasien dalam mengkontrol kepatuhan dalam mengkonsumsi obat sehingga efek terapi akan tercapai secara maksimal. Banyaknya penderita yang menyadari hipertensi tidak melakukan terapi karena berbagai alasan. Pengendalian tekanan darah dipengaruhi dengan kesadaran masyarakat akan hipertensi yang menjadi faktor penting USDA and HHS, 2010 Hipertensi dipengaruhi oleh umur. Pada individu yang berumur ≥60 tahun lebih berisiko mengalami kenaikan tekanan darah. Konsumsi garam berlebihan secara langsung dapat meningkatkan tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan berat badan yang memicu terjadinya hipertensi, sehingga pengaturan pola makan dilakukan dengan mengurangi konsumsi garam dan lemak. Semakin buruk pola hidup individu, maka semakin tinggi tekanan darah. Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan morbilitas penyakit hipertensi U.S Department of Health and Human Services, 2013, He, et al., 2012, Goldman, 2014, USDA and HHS, 2010 Faktor risiko kesehatan yang dievaluasi melalui penelitian ini yaitu faktor umur dan pengaturan diet terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

I. Hipotesis

Adanya perbedaan faktor umur atau pengaturan diet mempengaruhi perbedaan terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan analitik cross-sectional potong lintang. Potong lintang merupakan jenis penelitian yang dilakukan baik seluruh atau sebagian dari penduduk dengan mengumpulkan data pengamatan untuk menjawab pertanyaan pada saat yang sama atau tidak ada rentang waktu Olsen and George, 2004. Penelitian observasional yaitu peneliti tidak melakukan intervensi, tetapi hanya mengadakan pengamatan terhadap perjalanan penyakit Budiarto dan Anggraeni, 2001. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara wawancara terstruktur secara langsung menggunakan panduan pertanyaan sesuai CRF Case Report Form.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a. Umur b. Pengaturan diet

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: jenis kelamin, BMI, merokok, pengaturan aktivitas fisik, pendidikan, aktivitas dalam pekerjaan, dan penghasilan b. Variabel pengacau tidak terkendali: penyakit penyerta.

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101