B. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Prevalensi,
Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden
Pada penelitian ini, analisis hipotesis atau analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan proporsi yang bermakna antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Uji analisis yang digunakan untuk hipotesis adalah uji Chi Square dimana syarat dari uji chi square adalah data kategorik tidak berpasangan 2x2
dengan satu kali pengukuran Dahlan, 2014. Hasil uji dilihat dari tingkat kebermaknaan menggunakan nilai p0,05 signifikan pada interval kepercayaan
95. Perbedaan faktor umur atau pengaturan diet terhadap prevalensi hipertensi
disajikan pada Tabel XII. Hasil penelitian mengenai faktor umur terhadap
prevalensi hipertensi menunjukkan nilai p signifikan dibawah 0,05, sehingga dapat disimpulkan H
1
diterima. Hal ini dapat dikatakan adanya perbedaan proporsi antara faktor umur terhadap prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan dengan
nilai Odds Ratio OR adalah 2,76. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa responden dengan tekanan da
rah ≥14090 mmHg 2,76 kali lebih banyak pada responden berumur 60-75 tahun dibandingkan responden dengan tekanan darah 14090
mmHg. Berdasarkan penelitian ini, responden yang berisiko mengalami hipertensi yaitu responden yang berumur 60-75 tahun. Menurut Nwankwo 2013 pada
survei tahun 2011-2012, terjadinya peningkatan risiko hipertensi prevalensi yang ditunjukkan pada kelompok umur 60-75 tahun. Penelitian ini memiliki
kesimpulan yang sama dengan penelitian Nwankwo 2013.
Pengaturan diet merupakan salah satu upaya untuk memelihara kestabilan tekanan darah dan menurunkan tekanan darah. Hasil analisis mengenai faktor
pengaturan diet terhadap prevalensi hipertensi menunjukkan nilai p signifikan diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan H
diterima. Hal ini dapat dikatakan tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor pengaturan diet terhadap prevalensi
hipertensi.
Tabel XII. Perbedaan Faktor Umur terhadap Prevalensi Hipertensi Responden
Kecamatan Kalasan
Variabel Prevalensi
Total Nilai
p OR
95CI ≥14090
mmHg 14090
mmHg n
n n
Umur tahun
60-75 40-59
Jumlah
143 214
357 40,1
59,9 100
89 367
456 19,5
80,5 100
232 581
813 28,5
71,5 100
0,01 2,76
2,01-3,77
Pengaturan Diet
Tidak Ya
Jumlah
281 76
357 78,7
21,3 100
351 105
456 77,0
23,0 100
632 181
813 77,7
22,3 100
0,31 1,11
0,79-1,55 Adanya perbedaan proporsi antarkelompok
Perbedaan faktor umur atau pengaturan diet terhadap kesadaran hipertensi,
di Kecamatan Kalasan diperoleh hasil pada Tabel XIII. Hasil analisis penelitian
mengenai faktor pengaturan diet dengan kesadaran hipertensi menunjukkan nilai p signifikan dibawah 0,05, sehingga dapat disimpulkan H
1
diterima. Hal ini dapat dikatakan adanya perbedaan proporsi antara pengaturan diet dengan kesadaran
hipertensi dengan nilai Odds Ratio OR adalah 0,43. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada responden yang sadar akan hipertensi 0,43 kali lebih sedikit pada
responden berumur 60-75 tahun dibandingkan responden yang tidak sadar akan
hipertensi. Berdasarkan penelitian ini, semakin orang sadar akan hipertensi maka orang tersebut dapat mengatur pola hidup pengaturan diet. Menurut Khatib
2014 pada survei tahun 2013, peningkatan kesadaran akan hipertensi ditunjukkan dengan perubahan gaya hidup seperti pola makan. Penelitian ini
memiliki kesimpulan yang sama dengan penelitian Khatib 2014. Hasil juga menunjukkan nilai p signifikan untuk faktor umur terhadap
kesadaran hipertensi diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan H diterima. Hal ini
dapat dikatakan tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor umur terhadap kesadaran akan hipertensi.
Tabel XIII. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Kesadaran
Hipertensi Responden di Kecamatan Kalasan
Kesadaran Total
Nilai p
OR 95CI
Ya Tidak
n n
n Umur tahun
60-75 40-59
Jumlah
33 58
91 36,3
63,7 100
110 156
266 41,4
58,6 100
143 214
357 40,1
59,9 100
0,23 0,81
0,49-1,32
Pengaturan Diet
Tidak Ya
Jumlah
61 30
91 67,0
33,0 100
220 46
266 77,0
23,0 100
281 76
357 78,7
21,3 100
0,01 0,43
0,25-0,73 Adanya perbedaan proporsi antarkelompok
Pada Tabel XIV hasil analisis penelitian mengenai faktor umur atau
pengaturan diet dengan terapi hipertensi menunjukkan nilai p signifikan diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan H
diterima. Hal ini dapat dikatakan tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor umur atau pengaturan diet terhadap terapi
hipertensi. Hasil ini kemungkinan dapat terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam melakukan terapi hipertensi secara rutin. Menurut Lalic et al 2013
menunjukkan bahwa kepatuhan dalam melakukan terapi hipertensi secara rutin sangat rendah pada pasien lansia dan ketidakpatuhan ini dapat menyebabkan
tekanan darah tidak terkendali. Pemeriksaan tekanan darah yang tidak teratur, tidak teratur dalam regimen terapi, dan lupa untuk meminum obat hipertensi
merupakan alasan dominan pada responden hipertensi, sehingga terapi menjadi tidak efektif.
Tabel XIV. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Terapi
Hipertensi Responden di Kecamatan Kalasan
Terapi Total
Nilai p
OR 95CI
Ya Tidak
n n
n Umur tahun
60-75 40-59
Jumlah
12 33
45 26,7
73,3 100
21 25
46 45,7
54,3 100
33 58
91 36,3
63,7 100
0,05 0,43
0,18-1,04
Pengaturan Diet
Tidak Ya
Jumlah
27 18
45 60,0
40,0 100
34 12
46 73,9
26,1 100
61 30
91 67,0
33,0 100
0,12 0,53
0,22-1,29
Tabel XV menunjukkan faktor umur atau pengaturan diet terhadap
pengendalian tekanan darah. Hasil analisis penelitian menunjukkan nilai p signifikan diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan H
diterima. Hal ini dapat dikatakan tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor umur atau pengaturan
diet terhadap terapi hipertensi. Pengendalian tekanan darah tinggi dapat dikendalikan dengan mengikuti pola makan yang sehat atau mengatur diet seperti
mengkonsumsi makanan rendah garam dan lemak, menurunkan atau menghentikan konsumsi minuman berat seperti alkohol dan menggunakan obat
untuk tekanan darah tinggi secara rutin. Hal tersebut juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya tekanan darah tinggi U.S Department of Health and Human Services, 2006.
Pada penelitian ini, nilai OR untuk faktor umur terhadap pengendalian tekanan darah tidak diperoleh karena terdapat frekuensi nol sehingga tidak sesuai
dengan persyaratan uji chi square yang dihitung secara statistika. Namun, hal ini tidak mempengaruhi hasil yang didapat karena antara faktor umur terhadap
pengendalian tekanan darah tidak adanya perbedaan proporsi.
Tabel XV. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Pengendalian
Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan
Variabel Pengendalian
Total Nilai
p OR
95CI
Ya Tidak
n n
n Umur tahun
60-75 40-59
Jumlah
4 4
100 100
12 29
41 29,3
70,7 100
12 33
45 26,7
73,3 100
0,28 -
Pengaturan Diet
Tidak Ya
Jumlah
2 2
4 50,0
50,0 100
25 16
41 61,0
39,0 100
27 18
45 60,0
40,0 100
0,53 0,64
0,08-5,01
Pengaturan diet dapat dilakukan dengan mengatur pola makan seperti mengurangi garam, lemak jenuh, kolesterol, atau mengkonsumsi susu rendah
lemak, sayuran dan buah-buahan sehingga dapat menurunkan risiko untuk mengalami hipertensi sesuai perencanaan makan untuk menghentikan hipertensi
yaitu Dietary Approaches to Stop Hypertension DASH. Pembatasan garam yang ideal yaitu 1,5ghari dengan mengurangi garam sekitar 1.700 mg 75 mmol
perhari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-5 mmHg. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah, dan produk
rendah lemak dengan mengurangi lemak jenuh akan menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 8-14 mmHg Dipiro et al., 2008, WHO, 2005.
Konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan retensi natrium sehingga adanya peningkatan volume plasma cairan tubuh yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol sehingga pembuluh darah menyempit akibat terbentuknya plak yang dapat
menyebabkan penyakit seperti arterosklerosis dan peningkatan tekanan darah. Sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan mengandung kalium dan magnesium
yang tinggi serta rendahnya sodium. Rendahnya konsumsi kalium dan magnesium dapat berisiko meningkatkan tekanan darah Staff, 2015.
Hasil analisis sembilan komponen yang mempengaruhi pengaturan diet terhadap tekanan darah pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai p yang
diperoleh diatas 0,05 yang dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan proporsi antara komponen yang mempengaruhi pengaturan diet terhadap tekanan darah di
Kecamatan Kalasan. Maka dapat dikatakan masyarakat di Kecamatan Kalasan sebagian besar tidak mengatur diet yang dapat dilihat dari sembilan komponen
terkait tekanan darah Tabel XVI. Menurut Xu 2010 pada survei tahun 2009
dengan analisis regresi multivariat, konsumsi atau tidak mengkonsumsi garam berlebih menunjukkan adanya nilai signifikan p0,05 yang menyatakan bahwa
orang yang mengkonsumsi garam berlebih berisiko untuk mengalami hipertensi. Penelitian dengan tabel diatas memiliki kesimpulan yang berbeda dengan
penelitian Xu 2010.
Tabel XVI. Komponen yang Mempengaruhi Pengaturan Diet terhadap Tekanan
Darah pada Responden di Kecamatan Kalasan
≥14090 mmHg
14090 mmHg
Total Nilai p
Responden
357 43,9 456 56,1
813 100
Pengaturan makan Ya
Tidak
105 29,4 252 70,6
156 34,2 300 65,8
261 32,1 552 67,9
0,08
Asin Ya
Tidak
153 42,9 204 57,1
210 46,1 246 53,9
363 44,6 450 55,4
0,20
Kecap, saus, garam tambahan
Ya Tidak
105 29,4 252 70,6
146 32,0 310 68,0
251 30,9 562 69,1
0,24
Makanan Instan Ya
Tidak
25 7,0 332 93,0
31 6,8 425 93,2
56 6,9 757 93,1
0,51
Gorengan 1xminggu
≤1xminggu
278 77,9 79 22,1
343 75,2 113 24,8
621 76,4 192 23,6
0,21
Susu Rendah lemak
Ya Tidak
7 2,0 350 98,0
8 1,8 448 98,2
15 1,8 798 98,2
0,51
Lemak, Santan, Daging Bergajih
1xminggu ≤1xminggu
171 47,9 186 52,1
194 42,5 262 57,5
365 44,9 448 55,1
0,07
Sayuran ≥1x sehari
1x sehari 301 84,3
56 15,7 368 80,7
88 19,3 669 82,3
144 17,7 0,11
Buah-buahan ≥1x sehari
1x sehari 176 49,3
181 50,7 222 48,7
234 51,3 398 49,0
415 51,0 0,46
Hasil analisis sembilan komponen yang mempengaruhi pengaturan diet
terhadap kesadaran hipertensi Tabel XVII menunjukkan bahwa nilai p yang
diperoleh dibawah 0,05 yang dapat disimpulkan adanya perbedaan proporsi antara konsumsi garam berlebih asin terhadap kesadaran akan hipertensi di Kecamatan
Kalasan dengan nilai OR 0,44. Maka dapat dikatakan masyarakat di Kecamatan Kalasan yang sadar akan hipertensi 0,44 kali menyukai asin mengkonsumsi
garam berlebih.
Tabel XVII. Komponen yang Mempengaruhi Pengaturan Diet terhadap
Kesadaran Hipertensi pada Responden di Kecamatan Kalasan
Sadar Tidak
Sadar
Total Nilai
p OR
95CI Responden
91 25,5 266 74,5 357 100
Pengaturan makan
Ya Tidak
30 33,0 61 67,0
75 28,2 191 71,8
105 29,4 252 70,6
0,43 0,80
0,48-1,33
Asin Ya
Tidak
34 37,4 57 62,6
119 44,7 147 55,3
153 42,9 204 57,1
0,01 0,44
0,27-0,77
Kecap, saus, garam tambahan
Ya Tidak
29 31,9 62 68,1
76 28,6 190 71,4
105 29,4 252 70,6
0,59 1,17
0,70-1,96
Makanan di Rumah
Ya Tidak
87 95,6 4 4,4
245 92,1 21 7,9
332 93,0 25 7,0
0,34 0,54
0,18-1,60
Gorengan 1x seminggu
≤1x seminggu
43 47,3 48 52,7
128 48,1 138 51,9
171 47,9 186 52,1
0,56 1,21
0,67-2,18
Susu Rendah lemak
Ya Tidak
0 0,0 91 100,0
7 98,2 259 97,4
7 2,0 35098,0
0,20 -
Lemak, Santan, Daging Bergajih
1x seminggu ≤1x seminggu
171 47,9 186 52,1
194 42,5 262 57,5
365 44,9 448 55,1
0,90 0,97
0,60-1,56
Sayuran ≥1x sehari
1x sehari 76 83,5
15 16,5 225 84,6
41 15,4 301 84,3
56 15,7 0,87
1,08 0,57-2,07
Buah-buahan ≥1x sehari
1x sehari 46 50,5
45 49,5 130 48,9
136 51,1 176 49,3
181 50,7 0,81
0,94 0,58-1,51
Adanya perbedaan proporsi antarkelompok
Menurut Xu 2010 pada survei tahun 2009 dengan analisis regresi multivariat, konsumsi atau tidak mengkonsumsi garam berlebih menunjukkan
adanya nilai signifikan p0,05 yang menyatakan bahwa orang yang sadar akan hipertensi tidak mengkonsumsi garam yang tinggi. Penelitian ini memiliki
kesimpulan yang sama dengan penelitian Xu 2010. Tekanan darah secara langsung berhubungan dengan berat badan.
Hipertensi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan sulit untuk mengontrol tekanan darahnya dan biasanya terjadi lebih umum pada wanita. Berat
badan seseorang ditentukan bagaimana seseorang dapat menjaga pola makan. Penurunan berat badan dapat dilakukan melalui pengaturan diet dan hal ini juga
merupakan faktor yang efektif yang dapat menurunkan tekanan darah Stokes, 2009.
Berdasarkan Tabel XVIII, menunjukkan adanya pengaruh pengaturan diet
terhadap jenis kelamin, BMI, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan pada responden di Kecamatan Kalasan. Nilai Odds Ratio OR untuk faktor pengaturan
diet terhadap jenis kelamin sebesar 1,55. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pada responden yang tidak mengatur diet 1,55 kali adalah responden laki-laki
dibandingkan responden perempuan. Nilai Odds Ratio OR untuk faktor pengaturan diet terhadap BMI sebesar
0,60. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada responden yang tidak mengatur diet ,60 kali memiliki BMI ≥23 kgm
2
. Nilai Odds Ratio OR untuk faktor pengaturan diet terhadap pendidikan sebesar 1,64. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa pada responden yang tidak mengatur diet 1,64 kali pada responden yang berpendidikan ≤SMP.
Tabel XVIII . Pengaruh Pengaturan Diet terhadap Variabel Lain Responden di
Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
Variabel Diet
Total Nilai
p OR
Cl95 Tidak
Ya Umur
60-75 tahun 40-59 tahun
186 29,4 446 70,6
46 25,4 135 74,6
232 28,5 581 71,5
0,31 1,22
0,84-1,17
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
275 43,5 357 56,5
60 33,1 121 66,9
335 41,2 478 58,8
0,01 1,55
1,10-2,20
Merokok
Ya Tidak
342 54,1 290 45,9
86 47,5 95 52,5
428 52,6 385 47,4
0,13 1,30
0,94-1,81 BMI
≥23 kgm
2
23 kgm
2
315 49,8 317 50,2
113 62,4 68 37,6
428 52,6 385 47,4
0,01 0,60
0,43-0,84
Alkohol
Ya Tidak
2 0,3 630 99,7
0 0 181 100
2 0,2 811 99,8
1,00 -
Pengaturan Aktivitas Fisik
Ya Tidak
237 37,5 395 62,5
78 43,1 103 56,9
315 38,7 498 61,3
0,19 1,26
0,90-1,77
Pendidikan
≤SMP SMP
410 64,9 222 35,1
96 53,0 85 47,0
506 62,2 307 37,8
0,01 1,64
1,17-2,29
Aktivitas dalam
Pekerjaan
Kurang Aktif Aktif
195 30,9 437 69,1
84 46,4 97 53,6
279 34,3 534 65,7
0,01 0,52
0,37-0,72
Penghasilan
≤UMR UMR
495 78,3 137 21,7
115 63,5 66 36,5
610 75,0 203 25,0
0,01 2,07
1,45-2,96 Adanya perbedaan proporsi antarkelompok
Nilai Odds Ratio OR untuk faktor pengaturan diet terhadap pekerjaan sebesar 0,52. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada responden yang tidak
mengatur diet 0,52 kali pada responden yang aktif dalam beraktivitas pada
pekerjaan fisik. Nilai Odds Ratio OR untuk faktor pengaturan diet terhadap penghasilan sebesar 2,07. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada responden yang
tidak mengatur diet 2,07 kali pada responden yang berpenghasilan ≤UMR.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proporsi prevalensi responden yang menderita hipertensi sebanyak 43,9,
sadar akan hipertensi sebanyak 25,5, terapi hipertensi secara rutin sebanyak 49,5, dan responden hipertensi yang mengendalikan tekanan darahnya
sebanyak 8,9. 2.
Responden yang berumur 60-75 tahun memiliki tekanan darah ≥14090 mmHg dengan OR 2,76 kali lebih banyak dibandingkan dengan responden
yang berumur 40-59 tahun 95CI: 2,01-3,77, namun tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor umur terhadap kesadaran, terapi, dan
pengendalian tekanan darah. Responden tidak mengatur diet yang memiliki kesadaran akan hipertensi dengan OR 0,43 kali lebih sedikit dibandingkan
responden mengatur diet 95CI: 0,25-0,73, namun tidak adanya perbedaan proporsi antara faktor pengaturan diet terhadap prevalensi, terapi, dan
pengendalian tekanan darah.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran berupa:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Masyarakat
Perlu adanya penyuluhan informasi dan edukasi mengenai hipertensi dan faktor pengaturan diet seperti pengkonsumsian garam terhadap hipertensi
guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, dan masyarakat sebaiknya