Pengendalian Tekanan Darah Pengukuran Tekanan Darah

menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos pembuluh darah sehingga menurunkan kontraktilitas jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi Gormer, 2007.

D. Pengendalian Tekanan Darah

Pengendalian tekanan darah dipengaruhi dengan kesadaran masyarakat akan hipertensi, namun masyarakat masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah. Angka kesadaran akan hipertensi di Indonesia hanya 50 lebih rendah dibandingkan dengan angka kesadaran di Amerika yang mencapai 69. Dari angka tersebut tekanan darah yang terkendali dengan baik masih di bawah 10 dari seluruh penderitanya di Indonesia Bustan, 2007. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan berbagai hal yaitu dengan menjaga pola hidup terkait pola makan dan aktivitas yang dapat meningkatan tekanan darah. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan melakukan kontrol tekanan darah di pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, praktik dokter, bahkan dapat dilakukan di rumah Departemen Kesehatan RI, 2009. Pengendalian tekanan darah tinggi dapat dikendalikan dengan menjaga berat badan yang sehat, melakukan aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari dalam seminggu, mengikuti pola makan yang sehat seperti mengkonsumsi makanan rendah garam, dan lemak, menurunkan atau menghentikan konsumsi minuman berat seperti alkohol dan menggunakan obat untuk tekanan darah tinggi secara rutin. Hal tersebut juga bertujuan untuk mencegah terjadinya tekanan darah tinggi U.S Department of Health and Human Services, 2006.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan yang dapat mempengaruhi seseorang pada perkembangan penyakit hipertensi Sawicka et al., 2011. Tabel IV. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi Tidak dapat dikendalikan Dapat dikendalikan Umur dan Jenis kelamin Etnis Konsumsi garam yang berlebih pola makan Kelebihan berat badan dan obesitas Aktivitas fisik Konsumsi alkohol berlebih Diabetes Sawicka et al., 2011

1. Faktor umur

Hipertensi merupakan faktor risiko penting pada penyakit kardiovaskular dan banyak terjadi pada populasi dewasa di Amerika Serikat. Survei yang pada tahun 2009-2010 terdapat 82 orang dewasa yang sadar akan hipertensi dan 76 orang dewasa yang melakukan terapi. Survei pada tahun 2011-2012, pada umur 40-59 tahun prevalensi hiperetensi sebanyak 32,4, kesadaran akan hipertensi 83,0, melakukan terapi sebanyak 73,7, dan terkendali sebanyak 57,8. Pada responden umur 60-75 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1, melakukan terapi sebanyak 82,2, dan terkendali sebanyak 50,5. Hal ini terbukti bahwa peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh bertambahnya usia Nwankwo, 2013. Pada individu dengan umur lebih dari 55 tahun memiliki risiko 90 untuk mengalami hipertensi. Individu yang berumur 40-70 tahun berisiko mengalami kenaikan 20 mmHg pada tekanan darah sistolik dan kenaikan 10 mmHg pada tekanan darah diastolik. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan untuk lebih menekankan kesadaran masyarakat terhadap masalah tekanan darah tinggi dan pendekatan yang agresif terhadap pengobatan antihipertensi WHO, 2005. Hubungan antara bertambahnya usia dan meningkatnya tekanan darah sistolik mencerminkan lamanya waktu orang terkena faktor risiko yang dapat dikendalikan. Pada usia 65 tahun, perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan laki-laki. Sebaliknya, setelah usia 65 tahun, laki-laki cenderung memiliki tekanan lebih rendah dibandingkan perempuan. Penyebab sering tidak diketahui dan prevalensi juga meningkat dengan bertambahnya usia Sawicka, et al., 2011.

2. Faktor pengaturan diet

Faktor pengaturan diet merupakan salah satu faktor yang dapat dikendalikan. Peningkatan hasil tekanan darah terbukti bahwa faktor makanan memiliki peran dominan. Pada stage 1 hipertensi, perubahan pola makan atau diet dapat berfungsi sebagai terapi awal sebelum dimulainya terapi antihipertensi. Perubahan pola makandiet diantara orang yang sudah terapi dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan terapi antihipertensi Appel, 2009. Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang penting terhadap kelebihan berat badan dan obesitas. Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas hipertensi. Pola hidup yang buruk seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung garam tinggi, lemak jenuh, penambahan gula, dan konsumsi alkohol yang tinggi akan meningkatkan risiko hipertensi. Semakin tinggi individu memiliki pola hidup yang buruk maka semakin tinggi pula tekanan darahnya USDA and HHS, 2010. Tekanan darah secara langsung berhubungan dengan berat badan. Hipertensi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan sulit untuk mengontrol tekanan darahnya dan biasanya terjadi lebih umum pada wanita sehingga kesadaran akan hipertensi rendah. Berat badan seseorang ditentukan bagaimana seseorang dalam menjaga pola makan. Penurunan berat badan dapat dilakukan melalui pengaturan diet dengan mengurangi konsumsi garam, lemak, alkohol, dan mengkonsumsi sayuran serta buah-buahan. Hal ini juga merupakan faktor yang efektif yang dapat menurunkan tekanan darah Stokes, 2009. Mengkonsumsi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah. Pada penduduk Amerika konsumsi garam melebihi 9 ghari. Sumber garam pada negara-negara maju, 75 garam berasal dari makanan olahan, sedangkan Negara- negara berkembang, 70 garam berasal dari garam yang ditambahkan selama memasak atau menambahkan garam saat makan. Konsumsi garam yang meningkat perlu menerapkan pengurangan bertahap dan berkelanjutan dalam jumlah garam dengan disarankan mengurangi konsumsi garam 5 ghari, untuk pengontrolan 3-4ghari atau dengan mengganti luas garam dengan penggantian rendah sodium dan tinggi kalium He et al., 2012. Konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak yang dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi dan penyakit jantung Goldman, 2014. Pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan membatasi atau menghidari konsumsi lemak hewan, gorng-gorengan, atau makanan yang digoreng dengan minyak, konsumsi daging bergajih, dan jeroan. Meningkatkan konsumsi sayuran seperti bayam, wortel, sawi dan buah-buahan seperti semangka, pepaya dapat menurunkan tekanan darah Dalimarta dkk., 2008. Kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. Sumber lemak jenuh sebagian besar berasal dari makanan cepat saji, keju, mentega, dan minyak goreng. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh yaitu dengan mengganti mentega dan minyak goreng dengan minyak nabati. Selain itu, mengurangi lemak jenuh dapat dengan mengkonsumsi susu bebas lemak low-fat, dan daging tidak bergajih. Mengkonsumsi sayur dan buah yang merupakan bagian dari DASH dikaitkan dengan penurunan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi. Bukti moderat menunjukkan bahwa mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan per hari dan pembatasan asupan gula dapat menurunkan tekanan darah dan dapat mempertahankan berat badan yang sehat USDA and HHS, 2010.

F. Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ada beberapa jenis, yaitu sphygmomanometer merkuri, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer digital. Sphygmomanometer digital menggunakan sensor tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri MHRA, 2013. Selama bertahun-tahun, instrumen standar untuk mengukur tekanan darah menurut National Health and Nutrition Examination Survey NHANES adalah sphygmomanometer merkuri. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya kekhawatiran tentang lingkungan pembuangan limbah medis yang terkontaminasi merkuri dan risiko tumpahan dari sphygmomanometer merkuri, pengaturan klinis telah mulai pentahapan keluar perangkat merkuri. Selain itu, dalam sejumlah survei di negara dengan rancangan cross-sectional, perangkat sphygmomanometer digital menggantikan perangkat merkuri dalam mengukur tekanan darah Ostchega et al., 2012.

G. Rule of Halves

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101