57
Kebangkitan Nasional
dengan nama Setia Mulia. Tetapi beberapa kelompok lain seperti para bupati ternyata sangat mendukung kehadiran Budi Utomo.
Dengan hadirnya Budi Utomo, ternyata semangat ke- bangsaan dari suku-suku bangsa di Indonesia semakin bertambah
besar, terbukti dengan diselenggarakannya Kongres Budi Utomo pada 3-5 Oktober 1908. Dalam perjuangannya, Budi Utomo
memilili dua prinsip, yaitu prinsip yang diwakili oleh golongan muda yang cenderung menangani masalah politik dalam meng-
hadapi pemerintah kolonial, dan prinsip kedua yang diwakili oleh golongan tua dengan arahan dan perjuangan melalui sosial
budaya.
b. Sarekat Islam
Padaawalnya,Sarekat IslamSIhanyalahsebuahperkumpulan para pedagang yang diberi nama Sarekat Dagang Islam yang
dipelopori oleh K.H. Samanhudi, seorang pengusaha batik dari kampung Lawean Kolo. Pada awalnya, tujuannya hanya untuk
mengimbangi supaya persaingan dapat diatasi dalam menghadapi pedagang asing. Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam diubah
menjadi Sarekat Islam di bawah pimpinan H.U.S. Cokroaminoto dengan beranggotakan semua kalangan masyarakat yang beragam
Islam. Kegiatan Sarekat Islam menjadi terfokus pada masalah- masalah keagamaan dengan segala bukti nyatanya.
Namun,tujuanutamaSarekat Islam tetapyaitumengembang- kan ekonomi Islam seperti yang dikemukakan oleh Haji Umar
Said Cokroaminoto pada rapat besar di kebun binatang Surabaya pada 26 Januari tahun 1913. Setelah SI mengalami perkembangan,
Gambar 2.4 H.U.S. Cokroaminoto 1883- 1934
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 2.3 K.H. Samanhudi 1868-1956
Sumber: Album Pahlawan Bangsa
Di unduh dari : Bukupaket.com
58
×ÐÍ Ì»®°¿¼« ó ÍÓÐ Õ»´¿- Ê×××
pemerintah Belanda merasa khawatir karena dianggapnya SI dapat membahayakan kedudukan pemerintah Belanda, apalagi
setelah keanggotaan SI semakin luas dan besar serta berhasil mengadakan Kongres Nasional.
Kongres Nasional I diselenggarakan di Jakarta dengan dihadiri oleh 360.000 anggota dan masih H.U.S. Cokroaminoto
yang terpilih sebagai pimpinan SI. Sebelum Kongres Nasional tahunan yang kedua 1917, muncul aliran revolusioner yang
dipimpin oleh Samaun. Pada tahun 1918 dalam kongres ketiga pengaruh Samaun yang hanya sebagai Ketua SI Lokal Semarang
semakin menjalar dalam organisasi SI secara keseluruhan CSI = Central Sarekat Islam. Rupanya dengan hadirnya, aliran
revolusioner merupakan awal perpecahan dalam organisasi SI. Buktinya dalam kongres keempat tahun 1919, SI memerhatikan
golongan buruh karena diduga untuk mempersiapkan kemajuan menurut anggapan mereka hancur perekonomian tidak semata-
mata penjajah melainkan adanya kapitalis dari para pengusaha lokal juga, sehingga pengaruh komunis sudah semakin merasuk
pada organisasi ini. Terbukti saat dilakukannya kongres kelima tahun 1921 SI terpecah menjadi dua kelompok, yaitu SI Putih di
bawah pimpinan H.U.S. Cokroaminoto dan SI Merah dipimpin oleh Samaun yang akhirnya berkembang menjadi organisasi yang
berhaluan komunis. Tahun 1933 Central Sarekat Islam berubah menjadi Parti Sarekat Islam yang kehidupan organisasinya
semakin kompleks dan pada tahun 1927 PSI berubah kembali menjadi PSII Partai Sarekat Islam Indonesia.
c. Indische Partij