Perlawanan Rakyat Maluku Serangan Kerajaan Demak terhadap Portugis di Malaka

42 ×ÐÍ Ì»®°¿¼« ó ÍÓÐ Õ»´¿- Ê××× berupaya menyatakan koloninya itu menjadi satu sistem usaha, maka usahanya itu dinamakan imperialisme. Karena telah terjadi kolonialisme dan imperialisme di tanah air, maka timbullah berbagai bentuk perlawanan di berbagai daerah. Di bawah ini diuraikan beberapa perlawanan rakyat terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh VOC dan Portugis di nusantara. 1 Perlawanan Rakyat terhadap Perluasan Imperialisme yang Dilakukan Portugis –––––––––––––––––––––––––––––––––

a. Perlawanan Rakyat Maluku

Setelah Portugis pada tahun 1511 berhasil menduduki Malaka, Portugis melanjutkan misi dagangnya menuju Maluku. Di kepulauan Maluku terdapat Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore yang menghasilkan remah-rempah. Pada mulanya, Portugis diterima baik oleh Sultan Ternate. Kesultanan berharap Portugis dapat menjadi pembeli rempah- rempah Ternate yang tetap. Untuk itu, Portugis diperbolehkan mendirikan benteng sebagai kantor dagang. Akan tetapi terjadi penyimpangan, Portugis menjadikan benteng itu sebagai basis pertahanan untuk menguasai dan menjajah daerah Ternate. Untuk melaksanakan taktiknya, Portugis memaksa Sultan Ternate, yaitu Sultan Hairun untuk menerima kekuasaan Portugis, dan hanya menjual cengkih dan pala kepada Portugis. Selain itu, Portugis melarang Sultan Ternate menjul rempah- rempahnya kepada pedagang lain. Tentu saja sikap seperti ini sangat ditentang oleh Sultan Hairun. Ketika Sultan Hairun akan membicarakan masalah perdagangan dengan Portugis ini, beliau dibunuh secara licik. Terbunuhnya, Sultan Hairun jelas memancing kemarahan rakyat Ternate. Sultan Baabullah yang menggantikan Sultan Hairun bersumpah akan mengusir Portugis dari Ternate. Untuk itu, Sultan Baabullah mengerahkan tentara dan segenap kekuatannya mengepung benteng Portugis, hingga akhirnya Portugis menyerah dan dipaksa meninggalkan Ternate tahun 1575. Setelah terusir dari Ternate, kemudian Portugis ke Ambon hingga dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605.

b. Serangan Kerajaan Demak terhadap Portugis di Malaka

Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Di unduh dari : Bukupaket.com 43 Kebangkitan Nasional Ketika itu, Demak sebagai kerajaan Islam dan kerajaan maritim sedang mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan Islam di pelosok nusantara. Karena itu, sejak hadirnya orang-orang Portugis di Malaka, maka Kerajaan Demak bertekad mengusir- nya. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus Pangeran Sabrang Lor dengan bantuan Kajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Kegagalan serangan Demak itu tidak membuat Demak putus asa. Untuk itu, dilakukan penyerangan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis. Hal ini karena persenjatan orang-orang Portugis ketika itu jauh lebih kuat dan lengkap. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berheti sampai di situ. Kali ini, Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Karena itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku Ambon tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara. Selain itu, upaya Demak untuk mengusir Portugis di- wujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa sekarang Jakarta, terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna . Meskipun Kerajaan Demakberhasil membendung masuknya pengaruh Portugis di Jawa Barat, tetapi gagal ketika mencegah hubungan dagang antara Portugis dengan kerajaan-kerajaan Hindu di daerah Jawa Timur. Bahkan Sultan Trenggono dari tahun 1521 sampai dengan tahun 1546 yang memimpin langsung penyerangan itu gugur di Pasuruan, Jawa Timur.

c. Serangan Kerajaan Aceh terhadap Portugis