46
×ÐÍ Ì»®°¿¼« ó ÍÓÐ Õ»´¿- Ê×××
1 menggangu kapal-kapal dagang VOC yang sedang berlayar,
dan 2
membantu setiap perlawanan yang menentang VOC, seperti Banten dan beberapa tempat lainnya di Jawa Timur.
Dengan demikian, meskipun sudah kalah, tetapi rakyat Makassar terus berjuang melawan VOC.
b. Perlawanan Rakyat Kesultanan Banten
Sekitar abad ke-16, Kesultanan Banten telah berkembang menjadi kerajaan yang besar dan berpengaruh. Wilayah ke-
kuasaannya meliputi sekitar Banten, Jayakarta, sampai ke Lampung. Kebesaran Kerajaan Banten, tidak terlepas dari
dikuasainya Selat Malaka oleh Portugis. Para pedagang Islam yang semula berlayar melalui Selat Malaka tidak mau lagi
berlayar melalui selat itu. Mereka lebih memilih berlayar melalui Selat Sunda. Hal ini menyebabkan Banten menjadi bandar
perdagangan.
Namun, setelah jatuhnya Jayakarta ke tangan VOC tahun 1619, hal itu membawa akibat buruk bagi Kesultanan Banten.
Pelayaran dan perdagangan Kesultanan Banten secara perlahan- lahan mengalami kemunduran. Setiap kapal dagang yang
berlayar melalui Laut Jayakarta selalu diperiksa dan dipaksa berlabuh di Jayakarta, terlebih lagi setelah jatuhnya Selat Malaka
ke tangan VOC tahun 1641.
Ketika Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten 1651-
1682, Kesultanan Banten sedang berada dalam kemunduran. Untuk itu, Sultan Ageng Tirtayasa berusaha memulihkan
kejayaan Banten. Langkah yang dilakukannya ialah dengan menjalankan perdagangan bebas. Para pedagang yang mau
berlabuh di pelabuhan Banten diberikan keringanan pajak dan jaminan keamanan. Untuk itu, sejak Sultan Ageng Tirtayasa
memerintah Banten, pelabuhan Banten kembali ramai dikunjungi oleh para pedagang, baik dari nusantara maupun luar negeri,
seperti Portugis, Inggris, Perancis, dan Denmark. Terlebih setelah jatuhnya Makassar ke tangan VOC tahun 1667, banyak pelaut
dan pedagang Makassar yang berniaga dan singgah di Banten.
Sultan Ageng giat membangun perniagaan rakyat Banten, dengan memajukan armada dagang. Untuk itu, dibangunlah
armada dagang Banten yang besar, sehingga mampu melakukan perniagaan dengan negara-negara lain, seperti Persia, Arab, dan
Cina.
Di unduh dari : Bukupaket.com
47
Kebangkitan Nasional
Kemajuan Banten merupakan ancaman tersendiri bagi VOC, karena Banten memberlakukan perdagangan bebas. Sebaliknya,
bercokolnya VOC di Jayakarta merupakan batu perintang yang besar bagi Banten. Hal ini karena kapal-kapal dagang yang akan
berlabuh di Banten selalu diganggu oleh pelaut-pelaut VOC. Oleh karena itu, antara Banten dan VOC terlibat perang dingin
dan saling mencari waktu yang tepat untuk menyerang.
Namun, ketika di Jawa Tengah dan Jawa Timur Kesultanan Mataram sedang melakukan perlawanan yang dipimpin
Trunojoyo, Sultan Ageng tidak menggunakan kesempatan untuk menghancurkan kedudukan VOC di Jayakarta. Padahal
kedudukan VOC waktu itu sangat lemah.
Sebaliknya, VOC lebih pandai memanfaatkan kesempatan yang terbuka. Ketika di Banten terjadi pertentangan antara Sultan
Ageng dan Sultan Haji anaknya, secara diam-diam VOC menjalin hubungan dengan Sultan Haji. Tentu saja hal ini menimbulkan
keberanian bagi Sultan Haji untuk itu, Sultan Haji tidak segan- segan berperang dengan Sultan Ageng ayahnya sendiri dan
adik-adiknya dengan bantuan persenjataan dari VOC. Akhirnya, Sultan Ageng kalah dan turun tahta. Selanjutnya, Kesultanan
Banten diperintah oleh Sultan Haji yang didukung oleh VOC.
Sebagai imbalan atas bantuan yang diberikannya, VOC menuntut Sultan Haji menandatangani perjanjian yang sangat
merugikan rakyat Banten. Secara ringkas isi perjanjian itu sendiri seperti berikut.
1
Bangsa Inggris tidak boleh berniaga di Banten, karena waktu itu Inggris sering berlabuh dan berniaga di Banten.
2 Perdagangan Banten terutama ekspor lada dimonopoli oleh
VOC. Sejak perjanjian itu ditandatangani pada tahun 1682,
Kesultanan Banten telah kehilangan kedaulatannya. Sultan Haji yang memerintah tidak lebih dari boneka yang menjalankan
semua kebijakan VOC dan Banten terus membara.
Kesultanan Banten diperintah oleh Sultan Zainul AriÞn pada tahun 1733 yang sangat dipengaruhi istrinya, yaitu Ratu
Fatimah Syarifah , yang sangat populer di kalangan VOC. Pada
waktu itu Sultan Zainul AriÞn mengangkat putranya Pangeran Gusti
menjadi putra mahkota dengan persetujuan VOC, tetapi pengangkatan ini tidak berkenan bagi Sang Ratu. Ratu Fatimah
menghendaki menantunya, Pangeran Syarif Abdullah menjadi
Di unduh dari : Bukupaket.com
48
×ÐÍ Ì»®°¿¼« ó ÍÓÐ Õ»´¿- Ê×××
putra mahkota. Sultan Zainul AriÞn yang dipengaruhi istrinya mengalah dan berniat mencabut kembali pengangkatan Pangeran
Gusti yang telah dilakukannya. Untuk itu, Sultan Zainul AriÞn meminta persetujuan VOC.
Memperoleh perlakuan seperti itu, tentu saja Pangeran Gusti tidak menerima. Ia kemudian menyingkir ke Batavia,
tetapi atas desakan Ratu Fatimah Syarifah, Pangeran Gusti oleh VOC dibuang ke Sailan Srilangka. Sementara itu, Sultan
Zainul AriÞn ditangkap oleh VOC, dengan tuduhan tidak waras gila, kemudian diasingkan ke Ambon. Sebagai pengganti
Sultan Banten diangkatlah Ratu Fatimah Syarifah. Atas jasa menggulingkan Sultan Zainul AriÞn dan Pangeran Gusti ini,VOC
memperoleh imbalan berupa tanah di sekitar Cisadane, serta hak atas penambangan emas di Lampung.
Rakyat Banten tidak menerima kepemimpinan Ratu Fatimah Syarifah, sehingga akhirnya meletus pemberontakan Banten
yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus Buang. Pasukan Ki Tapa dan Ratu Bagus Buang menyerang ibu kota Banten
dan mengepung istana, sehingga pasukan VOC kewalahan. VOC menyadari bahwa meletusnya perlawanan rakyat karena
ketidaksenangannya terhadap kepemimpinan Ratu Syarifah dan Pangeran Syarif. Untuk itu, VOC menangkap Ratu Syarifah dan
Pangeran Syarif dengan maksud untuk mengambil hati rakyat Banten. Meskipun keduanya telah ditangkap, tetapi perlawanan
rakyat Banten terus berlanjut.
Pasukan Ki Tapa terus bertempur mengusir VOC dari Banten. Namun, akhirnya, perlawanan Ki Tapa ini pun berhasil
dilumpuhkan oleh VOC. Ki Tapa dan Ratau Bagus Buang menyingkir dan meneruskan perlawanannya di daerah Bogor
dan Banten selatan.
c. Perlawanan Rakyat Mataram