yang tolak-menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi kaku dan rigid, sehingga meningkatkan viskositas Osborne, 1990.
4. Natrium metabisulfit
Untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan gel, suspensi, dan sediaan semisolid lainnya, maka dibutuhkan penambahan
pengawet ke dalam sediaan tersebut. Natrium metabisulfit merupakan serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida, mudah larut dalam air
dan gliserin, sukar larut etanol Dirjen POM, 1995. Natrium metabisulfit
digunakan sebagai antioksidan dan pengawet antimikroba Rowe dkk, 2009.
D. Kontrol Kualitas Sediaan Gel Hand sanitizer
1. Organoleptis
Uji ini dilakukan untuk melihat gel secara visual. Dalam uji ini yang diamati adalah warna, bau, dan konsistensi.
2. Pengukuran pH
Kulit manusia memiliki pH dalam rentang 4,5-6,5. Apabila suatu sediaan topikal memiliki pH di atas pH kulit, maka kulit akan menjadi kering
sedangkan di bawah pH kulit, maka kulit akan teriritasi Buchman, 2001. 3.
Viskositas. Viskositas adalah suatu pernyataan pertahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993. Evaluasi viskositas merupakan
karakteristik formulasi yang penting pada sediaan semisolid, karena
viskositas suatu sediaan semisolid menentukan lama tinggal sediaan di kulit, sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik. Pengujian viskositas dapat
dilakukan dengan menggunakan viskometer berdasarkan kebutuhan formulator Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002.
4. Daya Sebar
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan sediaan tersebut. Daya
sebar merupakan aspek yang bertanggung jawab terhadap keefektifan dan penerimaan pasien dalam penggunaan suatu sediaan serta ketepatan transfer
dosis atau melepaskan zat aktifnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya
sebar yaitu: rigiditas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi. Metode yang paling sering digunakan dalam pengukuran daya sebar adalah metode
parallel-plate. Keuntungan metode ini yaitu sederhana, mdah untuk dilakukan, dan tidak memerlukan banyak biaya. Namun, metode ini kurang
tepat karena data yang dikumpulkan harus dihitung lagi secara manual Garg dkk, 2002.
5. Stabilitas.
Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu produk yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: a.
Waktu penyimpanan Semakin mendekati waktu kadaluarsa atau semakin lama waktu
penyimpanan suatu sediaan, maka sediaan tersebut dapat mengalami
perubahan berupa perubahan organoleptis, fisika-kimia, mikrobiologi, dan toksisitas.
b. Suhu
Suhu yang tinggi dapat mempercepat reaksi fisika dan kimia sehingga menghasilkan perubahan pada aktivitas komponen, viskositas,
penampakan, warna, dan bau produk. Sedangkan suhu yang rendah dapat mempercepat reaksi fisika seperti kekeruhan, presipitasi dan kristalisasi.
c. Cahaya dan oksigen
Sinar UV dapat berinteraksi dengan oksigen dapat membentuk radikal bebas dan menimbulkan reaksi oksidasi-reduksi. Sediaan yang
sensitif dan tidak stabil terhadap cahaya sebaiknya dihindarkan dari cahaya seperti dengan menggunakan wadah kedap cahaya dan ditambah
antioksidan pada formulasinya untuk memperlambat proses oksidasi. d.
Kelembaban Lembab dapat mempengaruhi stabilitas sediaan kosmetik padat,
seperti serbuk, sabun batang dan sebagainya. Perubahan fisik produk yang terjadi seperti menjadi lebih lunak atau lengket, perubahan berat
atau volume, selain itu kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan penurunan daya terima masyarakat.
e. Bahan pengemas produk
Pengemas dapat mempengaruhi stabilitas produk. Pengemas berfungsi untuk melindungi suatu sediaan dari pengaruh yang tidak
menguntungkan dari lingkungan selama proses distribusi dan
penyimpanan. Pengemas yang baik adalah pengemas yang dapat menjaga stabilitas dari sediaaan.
f. Mikroorganisme
Produk yang mengandung air seperti gel, emulsi, suspensi, dan larutan lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme National Health
Surveilance, 2005. Dan untuk faktor internal yang mempengaruhi stabilitas yaitu :
a. Inkompabilitas secara fisika
Perubahan yang terjadi dan nampak pada penampilan fisik dan dapat diamati pada sediaan yaitu presipitasi, pemisahan, kristalisasi, dan
sebagainya. b.
Inkompabilitas secara kimia 1
Nilai pH dapat mempengaruhi stabilitas komponen penyusun produk, efektivitas, dan keamanan produk tersebut, oleh karena itu
diperlukan pengaturan pH yang optimal, yang dapat mempengaruhi stabilitas fisik dan keamanan penggunaan.
2 Reaksi reduksi-oksidasi dapat mengubah aktivitas zat aktif,
organoleptis dan penampilan produk, sehingga dalam formulasi perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat mencegah terjadinya
reaksi reduksi-oksidasi yang dapat merusak stabilitas produk. 3
Semakin banyak kandungan air dalam produk maka semakin besar kemungkinan reaksi hidrolisis terjadi. Komponen-komponen dalam
sediaan yang termasuk dalam gologan ester dan amina rentan
terhadap reaksi hidrolisis yang mengakibatkan terjadinya perubahan kimiawi dari komponen tersebut.
4 Interaksi antarkomponen formula dapat menyebabkan perubahan
atau menghilangkan aktivitas bahan penyusun tersebut, sehingga perlu dilakukan pemilihan bahan yang tidak memiliki interaksi
dengan bahan lain yang dapat mengakibatkan rusaknya komponen dari sediaan.
5 Interaksi antara komponen formula dengan bahan pengemasnya,
sehingga harus dipilih pengemas yang netral terhadap sediaan dan terhadap komponen penyusun sediaan tersebut National Health
Surveilance, 2005.
E. Desain Faktorial