BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasan Kerja
Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu faktor penentu maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi,
tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam suatu organisasi, serta tercapai
tidaknya tujuan organisasi. Oleh karena itu, bisa dikatakan kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan. Bagaimana cara seorang pemimpin organisasi memimpin anggota, karyawan atau sfaff untuk memperoleh
keberhasilan yang maksimal atau dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan merupakan sebuah fenomena
yang menarik. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
seseorang dan sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu Hersey dan Blanchard, 1992:99. Senada dengan
pernyataan tersebut, Daft 2002:50 mendefinisikan kepemimpinan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
leadership adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi.
Robbins 2002:3, mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan. Danim 2004:55 mendefinisikan kepemimpinan adalah
setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan member arah kepada individu atau kelompok
lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Yukl 2005:8 mendefinisikan kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju
dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya
individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Hasibuan 2009:170, mendefinisikan kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi. Berdasarkan
uraian-uraian di
atas, kepemimpinan
merupakan tindakan mempengaruhi yang dilakukan seorang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pemimpin atau atasan kepada bawahan atau karyawannya agar bekerjasama dan termotivasi dalam melaksanakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan upaya untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin orang lain atau bawahannya. Perilaku
para pemimpin ini secara singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan leadership style.
Usaha seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti apa yang diperintahkan akan sangat tergantung
pada gaya kepemimpinannya. Fiedler dalam Robbins 2002:10 pun menyatakan bahwa faktor utama dalam sukses kepemimpinan
adalah gaya kepemimpinan dasar individu itu. Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang
diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain Harsey dan Blanchard,
1992:114. Senada dengan pernyataan tersebut, Davis dan Newstrom 1996:162 juga mendefinisikan gaya kepemimpinan
adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan pegawainya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Luthans 2006:702, mendefinisikan gaya kepemimpinan adalah cara para pemimpin atau manajer mempengaruhi pengikut
atau karyawannya. Menurut Hasibuan 2009:179, gaya kepemimpinan ada tiga,
yaitu: a. Kepemimpinan otoriter
Adalah kepemimpinan dimana kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau
pimpinan itu menganut sisitem sentralisasi wewenang. b. Kepemimpinan partisipatif
Adalah kepemimpinan yang dilakukkan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas
dan partisipasi bawahan. c. Kepemimpinan delegatif
Adalah kondisi dimana seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan
demikian, bawahan
dapat mengambil
keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Robbins 2002:3-19, teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan dalam tiga pendekatan, yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
a. Teori karakter Teori karakter adalah teori-teori yang mencari karakter
kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang memperbedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Pendekatan karakter belum
terbukti lebih sukses dalam menjelaskan kepemimpinan, ada empat alasan mendasari, yaitu:
1 Pendekatan itu mengabaikan kebutuhan dari pengikut 2 Umumnya pendekatan itu gagal dalam memperjelas
kepentingan relatif diberbagai karakter 3 Pendekatan itu tidak memisahkan sebab dari akibat
misalnya, apakah pemimpin percaya diri ataukah sukses sebagai seorang pemimpin membina suatu rasa percaya
diri 4 Mengabaikan faktor-faktor situasional
b. Teori perilaku Teori perilaku adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa
perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Terdapat empat teori pendekatan perilaku kepemimpinan, yaitu:
1 Telaah Universitas Negeri Ohio Dalam pendekatan ini terdapat dua dimensi yang secara
hakiki menjelaskan kebanyakan perilaku kepemimpinan yang digambarkan oleh bawahan, yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
a Struktur prakarsa initiating Sejauh mana pemimpin berkemungkinan mendefinisikan
dan menstruktur peran mereka dan peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan.
b Pertimbangan consideration Sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinan
memiliki hubungan perkerjaan yang ditandai saling percaya
menghargai gagasan
bawahan dan
memperhatikan perasaan mereka. 2 Telaah Universitas Michigan
Dalam pendekatan ini terdapat dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu:
a Berorientasi karyawan Pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi.
b Berorientasi produksi Pemimpin yang menekankan aspek teknis atau tugas
dari pekerjaan. 3 Kisi Manajerial
Kisi manajerial berdasarkan pada gaya “kepedulian akan orang” dan “kepedulian akan produksi”, yang pada
hakikatnya mewakili dimensi pertimbangan dan struktur prakarsa dari Ohio atau dimensi berorientasi karyawan dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
berorientasi produksi dari Michigan. Kisi manajerial mempunyai Sembilan posisi yang mungkin sepanjang tiap
sumbu, menciptakan 81 posisi berbeda yang di dalamnya pemimpin bisa ditempatkan. Kisi itu tidak menunjukkan hasil
yang diproduksikan melainkan, faktor-faktor dominan dalam pemikiran seorang pemimpin dalam rangka memperoleh
hasil. 4 Telaah Skandinavia
Pendekatan ini menemukan dimensi baru yang terpisah dan independen
yaitu pemimpin
yang berorientasi
pengembangan dimana
pemimpin menghargai
eksperimental, mengusahakan
gagasan baru
dan menimbulkan serta melaksanakan perubahan.
c. Teori kemungkinan Tidak sedikit telaah yang mencoba memilahkan faktor penting
situasional yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinan. Misalnya, variabel pelunak moderating variabel yang populer,
variabel ini
digunakan dalam
mengembangkan teori
kemungkinan yang mencakup tingkat struktur dalam tugas yang akan
dikerjakan, kualitas
hubungan pemimpin-anggota,
kekuasaan jabatan pemimpin, kejelasan peran bawahan, norma kelompok, ketersediaan informasi, penerimaan bawahan akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
keputusan pemimpin dan kematangan bawahan. Ada lima pendekatan teori kemungkinan Robbins, 2002:10-31, yaitu:
1 Model Kemungkinan Fiedler Model kemungkinan menyeluruh yang pertama untuk
kepemimpinan dikembangkan oleh Fred Fiedler. Model kemungkinan
Fiedler mengemukakan
bahwa kinerja
kelompok yang efektif bergantung pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari pemimpin dengan bawahannya
serta sampai tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin.
Fiedler telah mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan, dimana dimensi tersebut mendefinisikan faktor situasional
utama kunci yang menentukan keefektifan kepemimpinan, yaitu:
a Hubungan pemimpin-anggota:
Tingkat keyakinan,
kepercayaan dan respek bawahan terhadap pemimpin mereka.
b Struktur tugas: Tingkat dimana penugasan pekerjaan diprosedurkan yakni terstruktur atau tidak terstruktur.
c Kekuasaan jabatan: Tingkat pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin mempunyai variabel kekuasaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
seperti mempekerjakan,
memecat, mendisiplinkan,
mempromosikan dan menaikkan gaji. 2 Teori Situasional Hersey dan Blanchard
Teori kepemimpinan
situasional yaitu
suatu teori
kemungkinan yang memusatkan perhatian pada kesiapan para pengikut. Teori ini mengemukakan bahwa, terdapat
empat perilaku pemimpin yang spesifik Robbins, 2002:13, yaitu:
a Memberitahukan orientasi
tugas tinggi-hubungan
rendah. Pemimpin itu mendefinisikan peran dan memberitahukan
kepada orang-orangnya
apa, bagaimana, kapan dan dimana berbagai tugas harus
dilakukan. Perilaku ini menekankan pada perilaku penaruh direktif
b Menjual orientasi tugas rendah-hubungan tinggi. Pemimpin memberikan baik perilaku pengarah maupun
perilaku pendukung. c Berperan-serta orientasi tugas rendah-hubungan tinggi.
Pemimpin dan pengikut bersama-sama mengambil keputusan, dengan peran utama dari pemimpin adalah
mempermudah dan berkomunikasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
d Mendelegasikan orientasi
tugas rendah-hubungan
rendah. Pemimpin memberikan sedikit pengarahan dan dukungan.
3 Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota LMX, Leader-Member Exchange
Teori ini berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para pemimpin membangun suatu hubungan yang istimewa
dengan suatu kelompok kecil bawahan mereka. Individu- individu ini menyusun kelompok dalam mereka memperoleh
kepercayaan, mendapat sejumlah perhatian yang tidak proporsional dari pemimpin dan memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk mendapat hak istimewa. Bawahan yang lain berada dalam kelompok luar. Mereka memperoleh lebih
sedikit waktu pemimpin, lebih sedikit imbalan yang disukai yang dikendalikan pemimpin dan mendapatkan hubungan
atasan-bawahan yang didasarkan pada interaksi otoritas formal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Kompabilitas pribadi Kompetensi bawahan
danatau Kepribadian extrovert Pemimpin
Bawahan A
Bawahan D
Bawahan E
Bawahan F
Bawahan C
Bawahan B
Kelompok -dalam Kelompok-luar
Kepercayaan Interaksi
Tinggi Hubungan
Formal
Gambar 2.1: Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Sumber: Robbins 2002:16 4 Teori Jalur Tujuan Teori Path-Goal Evans House
Menurut teori jalur tujuan, perilaku seorang pemimpin dapat diterima baik oleh para bawahan sejauh itu mereka pandang
sebagai suatu sumber kepuasan yang segera atau sebagai suatu sarana bagi kepuasan masa depan. Dalam teori jalur
tujuan Sentot, 2010:284 dikemukakan, bahwa terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu:
a Kepemimpinan direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya menjadwalkan
pekerjaan, mempertahankan
standar kinerja,
memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok. b Kepemimpinan suportif, melakukan berbagai usaha agar
pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, memperlakukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
anggota dengan adil, bersahabat dan mudah bergaul, memperhatikan kesejahteraan bawahannya.
c Kepemimpinannya yang beroreintasi pada prestasi, menentukan tujuan-tujuan yang menantang, mengharap
kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar
yang tinggi. d Kepemimpinan
partisipatif, melibatkan
bawahan, meminta saran bawahan dan menggunakannya dalam
proses pengambilan keputusan.
Perilaku pemimpin: Direktif
Berorientasi prestasi Partisipatif
Mendukung Faktor-faktor kemungkinan lingkungan:
Struktur tugas Sistem otoritas formal
Kelompok kerja
Faktor kemungkinan bawahan: Tempat kedudukan control
Pengalaman Kemampuan menata dan memahami
Hasil: Kinerja
Kepuasan
Gambar 2.2: Teori Jalur-Tujuan
Sumber: Robbins 2002:18
5 Model Partisipasi Pemimpin Victor Vroom dan Phillip Yetton mengembangkan suatu
model partisipasi-pemimpin yaitu suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan.
Saat ini ada empat pendekatan lebih baru terhadap kepemimpinan Robbins, 2002:24-31, yaitu:
a. Teori Atribusi Kepemimpinan Teori atribusi kepemimpinan adalah persepsi bahwa pemimpin
yang efektif umumnya dianggap konsisten dan tidak goyah dalam keputusan mereka
b. Teori Kepemimpinan Karismatik Teori
kepemimpinan karismatik
merupakan suatu
pengembangan dari teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi dari kemampuan
kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu. Pemimpin karismatik
memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu: 1 Percaya-diri. Mereka benar-benar percaya akan penilaian
dan kemampuan mereka. 2 Suatu visi. Ini merupakan tujuan ideal yang mengajukan
suatu masa depan yang lebih baik daripada status quo. Makin besar disparitas simpangan antara tujuan ideal ini
dan status quo, makin besar kemungkinan bahwa pengikut akan menghubungkan visi yang luar biasa itu pada
pemimpin.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3 Kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan gamblang. Mereka mampu memperjelas dan menyatakan visi dalam
kata-kata yang dapat dipahami orang lain. Artikulasi ini menunjukkan suatu pemahaman akan kebutuhan para
pengikut dan karenanya bertindak sebagai suatu tindakan motivasi.
4 Keyakinan kuat mengenai visi itu. Pemimpin karismatik sebagai berkomitmen kuat dan bersedia mengambil risiko
pribadi yang tinggi, mengeluarkan biaya tinggi, dan melibatkan diri dalam pengorbanan untuk mencapai visi itu.
5 Perilaku yang di luar aturan. Mereka dengan karisma ikut serta dalam perilaku yang dipahami sebagai baru, tidak
konvensional, dan berlawanan dengan norma-norm. bila berhasil, perilaku ini menimbulkan kejutan dan kekaguman
para pengikut. 6 Dipahami sebagai seorang agen perubahan. Pemimpin
karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal bukannya sebagai pengasuh status quo.
7 Kepekaan lingkungan. Pemimpin ini mampu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan
sumberdaya yang
diperlukan untuk
menghasilkan perubahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
c. Kepemimpinan Transaksional versus Transformasional 1 Pemimpin transaksional
Pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan-tujuan yang ditetapkan dengan memperjelas
peran dan tuntutan tugas. 2 Pemimpin transformasional
Pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan, dan yang memiliki karisma.
Tabel 2.1: Karakteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional Pemimpin Transaksional
Pemimpin Transformasional
Imbalan kondisional: Mengontrakkan
pertukaran imbalan atas upaya, menjajikan
imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui prestasi.
Manajemen dengan pengecualian aktif: Menjaga dan mencari
penyimpangan dari aturan dan standar,
mengambil tindakan
koreksi. Manajemen dengan pengecualian
pasif: Hanya ikut campur jika standar tidak dipenuhi.
Laissez-Faire: Melepaskan tanggung
jawab, menghindari
pengambilan keputusan. Karisma: Memberikan visi dan
rasa misi,
menanamkan kebanggan, memperoleh respek
dan kepercayaan. Inspirasi: Mengkomunikasikan
harapan yang tinggi, meng- gunakan lambang-lambang untuk
memfokuskan upaya, meng- ungkapkan maksud-maksud
penting
dalam cara
yang sederhana.
Rangsangan intelektual: Menggalakkan
kecerdasan, rasionalitas,
dan pemecahan
masalah yang teliti. Pertimbangan pribadi:
Memberikan perhatian pribadi, memperlakukan tiap karyawan
secara individual,
melatih, menasehati.
Sumber: Robbins 2002:30
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
d. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan
visioner merupakan
kemampuan untuk
menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang atraktif, terpercaya, realistik tentang masa depan suatu organisasi atau
unit organisasi yang terus bertumbuh dan membaik sampai saat ini.
Penjelasan gaya kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin memiliki fungsi memengaruhi, mendorong atau
memaksa orang untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan yang efektif untuk mencapai sasaran organisasi. Sesungguhnya,
peranan seorang pemimpin ialah mengambil keputusan, baik yang akan dilaksanakan sendiri maupun untuk menyebabkan orang-
orang mengambil langkah-langkah lanjutan sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambil.
Pelaksanaan fungsi dan peranan pemimpin, tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang dimiliki, dimana hal tersebut menjadi
salah satu faktor yang sangat penting bagi keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan. Gaya kepemimpinan yang efektif akan
mampu mendorong kinerja organisasi atau perusahaan. Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Sesuai dengan pendapat Hasibuan 2009:203, yang menyatakan kepuasan kerja
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor, antara lain: balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai
dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan
pekerjaan, sikap pimpinan dalam kepemimpinannya, sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Studi Ohio state, dalam Sentot 2010:276, menemukan bukti bahwa tingkat perputaran karyawan terendah dan kepuasan
karyawan berada pada tingkat tertinggi di bawah pimpinan yang tingkat consideration-nya tinggi menggambarkan hubungan yang
hangat antara atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan dan penghargaan terhadap ide bawahan. Dari
temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa gaya kempemimpinan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya perputaran karyawan dan
kepuasan karyawan. Kepemimpinan adalah proses untuk mendorong serta
membantu orang lain untuk bekerja secara antusias dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan yang utama ditentukan oleh
perilaku peran seseorang, bukan oleh ciri pribadinya. Peran pemimpin mengkombinasikan keterampilan teknis, manusiawi dan
konseptual, yang mereka terapkan sesuai dengan tuntutan situasi, oleh sebab itu gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan di perusahaan, serta dapat membuat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
karyawan merasa lebih memiliki motivasi kerja tinggi terhadap perusahaan Podsakoff, et. al, dalam Sukarno, 2004.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Sukarno 2004,
menyatakan bahwa
faktor gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap faktor kepuasan kerja, dapat diterima.
Ruvendi 2005 dalam penelitiannya pun menyatakan hal serupa yaitu terdapat hubungan dan pengaruh signifikan antara variabel
gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
2.1.2. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Sales Forces