Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasan Kerja

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasan Kerja

Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu faktor penentu maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam suatu organisasi, serta tercapai tidaknya tujuan organisasi. Oleh karena itu, bisa dikatakan kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan. Bagaimana cara seorang pemimpin organisasi memimpin anggota, karyawan atau sfaff untuk memperoleh keberhasilan yang maksimal atau dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan merupakan sebuah fenomena yang menarik. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang dan sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu Hersey dan Blanchard, 1992:99. Senada dengan pernyataan tersebut, Daft 2002:50 mendefinisikan kepemimpinan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber leadership adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Robbins 2002:3, mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Danim 2004:55 mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan member arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Yukl 2005:8 mendefinisikan kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Hasibuan 2009:170, mendefinisikan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan uraian-uraian di atas, kepemimpinan merupakan tindakan mempengaruhi yang dilakukan seorang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber pemimpin atau atasan kepada bawahan atau karyawannya agar bekerjasama dan termotivasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin orang lain atau bawahannya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan leadership style. Usaha seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti apa yang diperintahkan akan sangat tergantung pada gaya kepemimpinannya. Fiedler dalam Robbins 2002:10 pun menyatakan bahwa faktor utama dalam sukses kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan dasar individu itu. Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain Harsey dan Blanchard, 1992:114. Senada dengan pernyataan tersebut, Davis dan Newstrom 1996:162 juga mendefinisikan gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan pegawainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Luthans 2006:702, mendefinisikan gaya kepemimpinan adalah cara para pemimpin atau manajer mempengaruhi pengikut atau karyawannya. Menurut Hasibuan 2009:179, gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu: a. Kepemimpinan otoriter Adalah kepemimpinan dimana kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sisitem sentralisasi wewenang. b. Kepemimpinan partisipatif Adalah kepemimpinan yang dilakukkan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahan. c. Kepemimpinan delegatif Adalah kondisi dimana seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Robbins 2002:3-19, teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan dalam tiga pendekatan, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber a. Teori karakter Teori karakter adalah teori-teori yang mencari karakter kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang memperbedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Pendekatan karakter belum terbukti lebih sukses dalam menjelaskan kepemimpinan, ada empat alasan mendasari, yaitu: 1 Pendekatan itu mengabaikan kebutuhan dari pengikut 2 Umumnya pendekatan itu gagal dalam memperjelas kepentingan relatif diberbagai karakter 3 Pendekatan itu tidak memisahkan sebab dari akibat misalnya, apakah pemimpin percaya diri ataukah sukses sebagai seorang pemimpin membina suatu rasa percaya diri 4 Mengabaikan faktor-faktor situasional b. Teori perilaku Teori perilaku adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Terdapat empat teori pendekatan perilaku kepemimpinan, yaitu: 1 Telaah Universitas Negeri Ohio Dalam pendekatan ini terdapat dua dimensi yang secara hakiki menjelaskan kebanyakan perilaku kepemimpinan yang digambarkan oleh bawahan, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber a Struktur prakarsa initiating Sejauh mana pemimpin berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur peran mereka dan peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan. b Pertimbangan consideration Sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan perkerjaan yang ditandai saling percaya menghargai gagasan bawahan dan memperhatikan perasaan mereka. 2 Telaah Universitas Michigan Dalam pendekatan ini terdapat dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu: a Berorientasi karyawan Pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi. b Berorientasi produksi Pemimpin yang menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan. 3 Kisi Manajerial Kisi manajerial berdasarkan pada gaya “kepedulian akan orang” dan “kepedulian akan produksi”, yang pada hakikatnya mewakili dimensi pertimbangan dan struktur prakarsa dari Ohio atau dimensi berorientasi karyawan dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber berorientasi produksi dari Michigan. Kisi manajerial mempunyai Sembilan posisi yang mungkin sepanjang tiap sumbu, menciptakan 81 posisi berbeda yang di dalamnya pemimpin bisa ditempatkan. Kisi itu tidak menunjukkan hasil yang diproduksikan melainkan, faktor-faktor dominan dalam pemikiran seorang pemimpin dalam rangka memperoleh hasil. 4 Telaah Skandinavia Pendekatan ini menemukan dimensi baru yang terpisah dan independen yaitu pemimpin yang berorientasi pengembangan dimana pemimpin menghargai eksperimental, mengusahakan gagasan baru dan menimbulkan serta melaksanakan perubahan. c. Teori kemungkinan Tidak sedikit telaah yang mencoba memilahkan faktor penting situasional yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinan. Misalnya, variabel pelunak moderating variabel yang populer, variabel ini digunakan dalam mengembangkan teori kemungkinan yang mencakup tingkat struktur dalam tugas yang akan dikerjakan, kualitas hubungan pemimpin-anggota, kekuasaan jabatan pemimpin, kejelasan peran bawahan, norma kelompok, ketersediaan informasi, penerimaan bawahan akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber keputusan pemimpin dan kematangan bawahan. Ada lima pendekatan teori kemungkinan Robbins, 2002:10-31, yaitu: 1 Model Kemungkinan Fiedler Model kemungkinan menyeluruh yang pertama untuk kepemimpinan dikembangkan oleh Fred Fiedler. Model kemungkinan Fiedler mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari pemimpin dengan bawahannya serta sampai tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin. Fiedler telah mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan, dimana dimensi tersebut mendefinisikan faktor situasional utama kunci yang menentukan keefektifan kepemimpinan, yaitu: a Hubungan pemimpin-anggota: Tingkat keyakinan, kepercayaan dan respek bawahan terhadap pemimpin mereka. b Struktur tugas: Tingkat dimana penugasan pekerjaan diprosedurkan yakni terstruktur atau tidak terstruktur. c Kekuasaan jabatan: Tingkat pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin mempunyai variabel kekuasaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan dan menaikkan gaji. 2 Teori Situasional Hersey dan Blanchard Teori kepemimpinan situasional yaitu suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada kesiapan para pengikut. Teori ini mengemukakan bahwa, terdapat empat perilaku pemimpin yang spesifik Robbins, 2002:13, yaitu: a Memberitahukan orientasi tugas tinggi-hubungan rendah. Pemimpin itu mendefinisikan peran dan memberitahukan kepada orang-orangnya apa, bagaimana, kapan dan dimana berbagai tugas harus dilakukan. Perilaku ini menekankan pada perilaku penaruh direktif b Menjual orientasi tugas rendah-hubungan tinggi. Pemimpin memberikan baik perilaku pengarah maupun perilaku pendukung. c Berperan-serta orientasi tugas rendah-hubungan tinggi. Pemimpin dan pengikut bersama-sama mengambil keputusan, dengan peran utama dari pemimpin adalah mempermudah dan berkomunikasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber d Mendelegasikan orientasi tugas rendah-hubungan rendah. Pemimpin memberikan sedikit pengarahan dan dukungan. 3 Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota LMX, Leader-Member Exchange Teori ini berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para pemimpin membangun suatu hubungan yang istimewa dengan suatu kelompok kecil bawahan mereka. Individu- individu ini menyusun kelompok dalam mereka memperoleh kepercayaan, mendapat sejumlah perhatian yang tidak proporsional dari pemimpin dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat hak istimewa. Bawahan yang lain berada dalam kelompok luar. Mereka memperoleh lebih sedikit waktu pemimpin, lebih sedikit imbalan yang disukai yang dikendalikan pemimpin dan mendapatkan hubungan atasan-bawahan yang didasarkan pada interaksi otoritas formal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Kompabilitas pribadi Kompetensi bawahan danatau Kepribadian extrovert Pemimpin Bawahan A Bawahan D Bawahan E Bawahan F Bawahan C Bawahan B Kelompok -dalam Kelompok-luar Kepercayaan Interaksi Tinggi Hubungan Formal Gambar 2.1: Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota Sumber: Robbins 2002:16 4 Teori Jalur Tujuan Teori Path-Goal Evans House Menurut teori jalur tujuan, perilaku seorang pemimpin dapat diterima baik oleh para bawahan sejauh itu mereka pandang sebagai suatu sumber kepuasan yang segera atau sebagai suatu sarana bagi kepuasan masa depan. Dalam teori jalur tujuan Sentot, 2010:284 dikemukakan, bahwa terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu: a Kepemimpinan direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok. b Kepemimpinan suportif, melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, memperlakukan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber anggota dengan adil, bersahabat dan mudah bergaul, memperhatikan kesejahteraan bawahannya. c Kepemimpinannya yang beroreintasi pada prestasi, menentukan tujuan-tujuan yang menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar yang tinggi. d Kepemimpinan partisipatif, melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin: Direktif Berorientasi prestasi Partisipatif Mendukung Faktor-faktor kemungkinan lingkungan: Struktur tugas Sistem otoritas formal Kelompok kerja Faktor kemungkinan bawahan: Tempat kedudukan control Pengalaman Kemampuan menata dan memahami Hasil: Kinerja Kepuasan Gambar 2.2: Teori Jalur-Tujuan Sumber: Robbins 2002:18 5 Model Partisipasi Pemimpin Victor Vroom dan Phillip Yetton mengembangkan suatu model partisipasi-pemimpin yaitu suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan. Saat ini ada empat pendekatan lebih baru terhadap kepemimpinan Robbins, 2002:24-31, yaitu: a. Teori Atribusi Kepemimpinan Teori atribusi kepemimpinan adalah persepsi bahwa pemimpin yang efektif umumnya dianggap konsisten dan tidak goyah dalam keputusan mereka b. Teori Kepemimpinan Karismatik Teori kepemimpinan karismatik merupakan suatu pengembangan dari teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu. Pemimpin karismatik memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu: 1 Percaya-diri. Mereka benar-benar percaya akan penilaian dan kemampuan mereka. 2 Suatu visi. Ini merupakan tujuan ideal yang mengajukan suatu masa depan yang lebih baik daripada status quo. Makin besar disparitas simpangan antara tujuan ideal ini dan status quo, makin besar kemungkinan bahwa pengikut akan menghubungkan visi yang luar biasa itu pada pemimpin. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 3 Kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan gamblang. Mereka mampu memperjelas dan menyatakan visi dalam kata-kata yang dapat dipahami orang lain. Artikulasi ini menunjukkan suatu pemahaman akan kebutuhan para pengikut dan karenanya bertindak sebagai suatu tindakan motivasi. 4 Keyakinan kuat mengenai visi itu. Pemimpin karismatik sebagai berkomitmen kuat dan bersedia mengambil risiko pribadi yang tinggi, mengeluarkan biaya tinggi, dan melibatkan diri dalam pengorbanan untuk mencapai visi itu. 5 Perilaku yang di luar aturan. Mereka dengan karisma ikut serta dalam perilaku yang dipahami sebagai baru, tidak konvensional, dan berlawanan dengan norma-norm. bila berhasil, perilaku ini menimbulkan kejutan dan kekaguman para pengikut. 6 Dipahami sebagai seorang agen perubahan. Pemimpin karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal bukannya sebagai pengasuh status quo. 7 Kepekaan lingkungan. Pemimpin ini mampu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan sumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber c. Kepemimpinan Transaksional versus Transformasional 1 Pemimpin transaksional Pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan-tujuan yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. 2 Pemimpin transformasional Pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan, dan yang memiliki karisma. Tabel 2.1: Karakteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional Pemimpin Transaksional Pemimpin Transformasional  Imbalan kondisional: Mengontrakkan pertukaran imbalan atas upaya, menjajikan imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui prestasi.  Manajemen dengan pengecualian aktif: Menjaga dan mencari penyimpangan dari aturan dan standar, mengambil tindakan koreksi.  Manajemen dengan pengecualian pasif: Hanya ikut campur jika standar tidak dipenuhi.  Laissez-Faire: Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.  Karisma: Memberikan visi dan rasa misi, menanamkan kebanggan, memperoleh respek dan kepercayaan.  Inspirasi: Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, meng- gunakan lambang-lambang untuk memfokuskan upaya, meng- ungkapkan maksud-maksud penting dalam cara yang sederhana.  Rangsangan intelektual: Menggalakkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang teliti.  Pertimbangan pribadi: Memberikan perhatian pribadi, memperlakukan tiap karyawan secara individual, melatih, menasehati. Sumber: Robbins 2002:30 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber d. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang atraktif, terpercaya, realistik tentang masa depan suatu organisasi atau unit organisasi yang terus bertumbuh dan membaik sampai saat ini. Penjelasan gaya kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin memiliki fungsi memengaruhi, mendorong atau memaksa orang untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan yang efektif untuk mencapai sasaran organisasi. Sesungguhnya, peranan seorang pemimpin ialah mengambil keputusan, baik yang akan dilaksanakan sendiri maupun untuk menyebabkan orang- orang mengambil langkah-langkah lanjutan sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. Pelaksanaan fungsi dan peranan pemimpin, tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang dimiliki, dimana hal tersebut menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan. Gaya kepemimpinan yang efektif akan mampu mendorong kinerja organisasi atau perusahaan. Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Sesuai dengan pendapat Hasibuan 2009:203, yang menyatakan kepuasan kerja Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor, antara lain: balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam kepemimpinannya, sifat pekerjaan monoton atau tidak. Studi Ohio state, dalam Sentot 2010:276, menemukan bukti bahwa tingkat perputaran karyawan terendah dan kepuasan karyawan berada pada tingkat tertinggi di bawah pimpinan yang tingkat consideration-nya tinggi menggambarkan hubungan yang hangat antara atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan dan penghargaan terhadap ide bawahan. Dari temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa gaya kempemimpinan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya perputaran karyawan dan kepuasan karyawan. Kepemimpinan adalah proses untuk mendorong serta membantu orang lain untuk bekerja secara antusias dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan yang utama ditentukan oleh perilaku peran seseorang, bukan oleh ciri pribadinya. Peran pemimpin mengkombinasikan keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual, yang mereka terapkan sesuai dengan tuntutan situasi, oleh sebab itu gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di perusahaan, serta dapat membuat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber karyawan merasa lebih memiliki motivasi kerja tinggi terhadap perusahaan Podsakoff, et. al, dalam Sukarno, 2004. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Sukarno 2004, menyatakan bahwa faktor gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap faktor kepuasan kerja, dapat diterima. Ruvendi 2005 dalam penelitiannya pun menyatakan hal serupa yaitu terdapat hubungan dan pengaruh signifikan antara variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.

2.1.2. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Sales Forces

Dokumen yang terkait

Pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja: studi kasus pada kantor Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang.

4 76 124

ngaruh Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Prestasi Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PT. Batara Titian Kencana (X-Trans) Bandung

0 5 1

PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI PADA PT HUMAIRA SEMARANG.

0 4 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Pegawai RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri).

0 4 17

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Pegawai RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri).

0 3 19

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt Deltomed Di Wonogiri.

0 2 17

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt Deltomed Di Wonogiri.

0 1 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN.

4 12 90

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN SKRIPSI

0 0 17

Peran Gaya Kepemimpinan, Motivasi, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Sales Forces (Studi Pada PT. Asta Kencana Cemerlang di Surabaya)

0 1 24