KONDISI SARANA, PRASARANA DAN PENATAAN Transportasi

m. Kebijakan pemerintah dalam bidang pengelolaan lingkungan belum memadai. n. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, disebabkan kekurang pahaman masyarakat terhadap manfaat lingkungan dan kualitas kehidupan yang dapat menunjang ekonomi dan kesehatan masyarakat. Selain itu, budaya hidup tidak sehat seperti buang hajat di kalikebun, buang sampah sembarangan, kurangnya pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada dan lain- lain merupakan faktor penyebab lingkungan yang kurang sehat.

2.4. KONDISI SARANA, PRASARANA DAN PENATAAN

RUANG 2.4.1. Prasarana Kota

a. Transportasi

Pergerakan transportasi lokal di Kota Bogor ditopang oleh jaringan jalan kota sepanjang 783,412 km, dengan kondisi baik sekali 255,046 km, kondisi baik 428,222 km, kondisi sedang 79,976 km dan kondisi buruk 20.168 km, sebagaimana tertuang dalam gambar 2.11. Jaringan jalan ini ditunjang oleh jalan lingkungan sepanjang 749,213 km dan jalan nasional sepanjang 34,199 km. Jaringan ini dilengkapi dengan 3 terminal angkutan umum, yaitu : terminal Baranangsiang Tipe A, terminal Bubulak dan terminal Merdeka Tipe C. RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-51 Moda angkutan yang melayani pergerakan penduduk terdiri atas kendaraan pribadi, angkutan perkotaan, angkutan kota dan angkutan kereta api. Untuk non kendaraan pribadi, pada tahun 2008 angkutan perkotaan AKDP terdiri atas 10 trayek dengan 4.827 kendaraan, angkutan Kota Angkot terdiri atas 23 trayek, dengan 3.414 kendaraan Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Tahun 2008. Lalu-lintas penumpang kereta api Stasiun Bogor jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah penumpang sekitar 11,874.281 orang dengan rata-rata jarakpenumpang sebanyak 47,9 orang. Kapasitas stasiun yang ada Stasiun Bogor yang saat ini menjadi satu-satunya stasiun yang menjadi titik awal dan akhir penumpang dari seluruh penjuru Kota Bogor sudah tidak memadai. Kinerja jalan sudah semakin tidak memadai. Pada tahun 2006, kecepatan rata-rata kendaraan hanya 20,70 km per jam, yang ditunjang dengan tingkat pelayanan jalan VC Ratio rata-ratanya cukup tinggi, yaitu 0,75, bahkan di beberapa ruas jalan mempunyai VC Ratio di atas 0,9 yaitu 0,92 sampai 0,95. B, sebagaimana tersaji dalam tabel 2.24 dan tabel 2.25. Tabel 2.24. Kinerja Jaringan Jalan di Kota Bogor Tahun 2006 RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-52 No Indikator Nilai Keterangan 1 Total Panjang Perjalanan km 6.571.584 2 Total Waktu Perjalanan jam 317.538 3 Kecepatan Rata-Rata KmJam 20,70 4 VC Ratio Rata-Rata 0,75 LOS = D Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006. Tabel 2.25. Ruas Jalan Kota Bogor yang Perlu Mendapatkan Penanganan Tahun 2006 A Node B Node Nama Ruas Jalan VC Ratio DN 2006 166 172 Pajajaran 0,94 175 196 Surya Kencana 0,95 179 201 Lawang Saketeng 0,92 218 234 Kapten Muslihat 0,94 259 260 RE Abdullah 0,95 287 289 P. Ashogiri 0,93 Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006. Gambar 2.11. Peta Jaringan Jalan Kota Bogor RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-53 RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-54 Kota Bogor mempunyai kaitan pergerakan dengan kabupaten dan daerah sekitarnya, sehingga dihadapkan pada masalah transportasi di wilayah perbatasan antara lain : 1 Masih banyaknya trayek angkutan kota AKDP yang memasuki pusat kota, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. 2 Pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan yang terletaksejajar dengan garis batas danatau sebagai penghubung kota dan kabupaten khusus jembatan. 3 ROWlebar jalan yang tidak sama diperbatasan menyebabkanberpotensi menyebabkan kemacetan. 4 Terminal - terminal perbatasan seperti terminal Ciawi dan terminal Laladon dan kebutuhan terminal lainnya, sebagai titik akhir dan awal angkutan kota. Terminal Bubulak merupakan salah satu realisasi program Kota Bogor untuk menempatkan simpul-simpul pergantian antarmoda di wilayah perbatasan agar mengurangi beban lalu lintas di dalam. Namun pada perkembangannya, Kabupaten Bogor membangun Terminal Laladon yang berdekatan kurang lebih 1,5 km dengan Terminal Bubulak yang mengakibatkan tumpang - tindihnya fungsi terminal. Akibatnya pengaturan lintasan trayek - trayek baik Kota maupun Kabupaten tidak harmonis, sebagai contoh dalam satu trayek RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-55 terdapat pembagian antara yang memasuki terminal Bubulak dan terminal Laladon. 5 Sinkronisasi pembangunan, pemeliharaan, drainase, lebar jalanROW, street furniture, sarana prasarana, dan garis sempadan. 6 Kurangnya jalur alternatif antar wilayah yang melintasi Kota Bogor menyebabkan kemacetan dan menurunnya kualitas jaringan jalan. Saat ini jumlah kendaraan yang melintas semakin tinggi, dengan demikian dibutuhkan jalur alternatif atau jalur lingkar Bogor Selatan-Barat inner ring road agar seminimal mungkin jalur regional melintas wilayah Kota Bogor. Selain itu inner ring road itu untuk mengurangi beban lalu lintas. Tantangan aspek transportasi adalah : 1 Peningkatan perencanaan sistem transportasi Kota Bogor 2 Peningkatan kualitas rekayasa lalulintas 3 Peningkatan kualitas dan kuantitas rambu lalulintas 4 Peningkatan pelayanan terminal Baranangsiang 5 Perintisan terminal perbatasan 6 Pengendalian angkutan kota dan pengembangan angkutan massal 7 Peningkatan kualitas pengelolaan parkir 8 Peningkatan pengujian kendaraan RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-56

b. Air Bersih