2.22 Lapangan Kerja Kota Bogor Tahun 2006 - 2008
Tingkat Pendidikan Tahun
2006 2007
2008
Pertanian 11,095
11,344 11,598
Industri Pengolahan 43,914
46,163 47,792
Perdagangan, Hotel dan restoran 60,207
63,145 66,572
Jasa - jasa 124,545
128,477 133,074
Lain - lain 93,426
92,565 91,344
Jumlah 333,187
341,694 350,380
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor
Tantangan aspek ketenagakerjaan adalah : a. Peningkatan pelayanan ketenagakerjaan terpadu
b. Peningkatan sistem informasi ketenagakerjaan c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pelaksana
ketenagakerjaan dan pelatihan d. Peningkatan link and match dengan penyedia pasar kerja
dan perusahaan e. Peningkatan pengawasan penerapan K3 di lingkungan
industri f.
Peningkatan hubungan industrial
2.3.7. Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Bogor. Kriteria penetapan keluarga miskin yang
ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Aspek Fisik :
1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 orang.
2 Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-45
3 Dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa
diplester. 4 Tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar atau
bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5 Sumber penerangan rumah tangga tidak berasal dari
listrik. 6 Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak
terlindungi sungai air hujan.
b. Aspek Pendidikan : Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya sampai
Sekolah Dasar SD tidak tamat SD tidak sekolah. c. Aspek Ekonomi :
1 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah.
2 Tidak pernah atau hanya sekali dalam seminggu mengkonsumsi dagingsusuayam.
3 Tidak pernah atau hanya sekali dalam setahun membeli pakaian baru untuk setiap anggota rumah
tangga 4 Sekali atau dua kali dalam sehari makan untuk setiap
anggota rumah tangga. 5 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
adalah petani dengan luas lahan 0,5 Ha per buruh tani nelayan buruh bangunan buruh perkebunan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-46
pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000bulan.
6 Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal sebesar Rp. 500.000
seperti sepeda motor, emas, ternak, atau pun barang modal lainnya.
7 Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmaspoliklinik.
Apabila memenuhi 9 dari 14 kriteria tersebut maka dikategorikan sebagai keluarga miskin. Berikut jumlah KK
Miskin. Adapun jumlah KK miskin dalam kurun waktu tahun 2006 - 2007 terjadi peningkatan sebanyak 3.854 KK atau
setara 11 sebagaimana tercantum pada tabel 2.23.
Tabel 2.23
Jumlah KK Miskin di Kota Bogor
Tah un
Jumlah KK Miskin
KK Miskin
199 9
32.101 20,33
200 31.657
19,50 200
1 28.703
17,57 200
2 20.956
12,37 200
3 17.947
10,27
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-47
Tah un
Jumlah KK Miskin
KK Miskin
200 4
21.914 11,77
200 5
39.162 21,03
200 6
41.398 21,30
200 7
43.749 20.30
200 8
42.328 21,35
Sumber : Bogor Dalam Angka Tahun 2008
Adapun penyebab terjadinya kemiskinan di Kota Bogor antara lain :
a. Tidak memiliki atau kurang modal untuk berusaha danatau mengembangkan usaha. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap modal karena kurangnya informasi dan tidak memenuhi ketentuan untuk
meminjam modal. Keterbatasan akibat akses informasi disebabkan kurangnya sosialisasi yang ditunjukkan
langsung kepada masyarakat miskin. Kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin membatasi
akses modal. Penyaluran dana kepada masyarakat miskin masih dianggap memiliki resiko tinggi dalam
pengembalian. b. Tidak adanya dan kurangnya kesempatan kerja dan
berusaha. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan dan keterbatasan lapangan usaha serta pertumbuhan
investasi yang relatif stagnan. Berbagai kebijakan yang mengarah pada upaya Kota Bogor sebagai kota
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-48
perdagangan dan jasa ditandai dengan dibangunnya berbagai Pusat Perbelanjaan yang diharapkan
memberikan efek berganda kepada perkembangan usaha mikro dan sektor informal. Namun hal tersebut belum
optimal karena mutu sumberdaya masyarakat miskin yang ada relatif rendah dan tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar. c. Banyaknya tanggungan keluarga. Hal ini berdampak pada
besarnya pengeluaran sehingga tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh
hanya cukup bahkan kurang dalam memenuhi kebutuhan pokok. Banyaknya tanggungan tersebut disebabkan oleh
1 ketidaksepahaman tentang pola keluarga kecil, 2 pemahaman “banyak anak banyak rejeki”, 3
ketidakmampuan pengadaan alat kontrasepsi, 4 anak dianggap sebagai faktor produksi sehingga orang tua
cenderung memanfaatkan anak untuk bekerja dengan pendapatan rendah, sedangkan orang tuanya tidak
bekerja dan tinggal di rumah. d. Rendahnya kreativitas, inovasi, dan etos kerja. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya sumberdaya karena rendahnya pendidikan dan motivasi untuk memperbaiki
dan mengubah kondisi kehidupan, sehingga terkesan pasrah atas kondisi yang ada.
e. Kurang memiliki keterampilan dan atau kemampuan untuk berusaha. Hal ini juga disebabkan oleh tidak
diperolehnya informasi dan akses untuk memperoleh keterampilan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
daerah maupun organisasi non pemerintah sebagai akibat kurangnya sosialisasi yang transparan.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-49
f. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi
goncangan baik karena krisis ekonomi, kehilangan pekerjaan, PHK, bencana alam, dan musibah.
Kerentanan tersebut sebagai dampak dari kondisi yang dihadapi, yaitu pendapatan rendah sehingga tidak
memiliki kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi goncangan yang terjadi.
g. Kecilnya alokasi anggaran terhadap programkegiatan untuk masyarakat miskin karena terbatasnya anggaran
belanja daerah dan kurang fleksibelnya alokasi anggaran terhadap pagu anggaran SKPD.
h. Tingkat pendidikan rendah sehingga SDM yang dibutuhkan oleh dunia usaha tidak dapat dipenuhi oleh
masyarakat miskin untuk memperoleh kesempatan kerja. i.
Budaya malas, ingin hidup enak tanpa jerih payah etos kerja rendah, hal ini terkait dengan asumsi kemiskinan
sebagai suatu nasib dan juga gengsi. Ada fenomena yang kurang bagus di Kota Bogor yakni adanya semboyan biar
tekor asal ke sohor. j.
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam.
k. Adanya kegiatan yang berbau kemalasan namun insentif tinggi di masyarakat Kota Bogor seperti Pengemis,
Ngamen, Calo pemalak sopir angkot dan sebagainya. Sektor ini menjadi pesaing untuk pekerjaan bagi kaum
miskin yang ingin bekerja secara benar. l.
Kota Bogor sebagai kota perdagangan dan jasa yang terus berkembang mengakibatkan banyaknya pendatang
dari luar kota yang memanfaatkan kesempatan usaha yang ada.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-50
m. Kebijakan pemerintah dalam bidang pengelolaan lingkungan belum memadai.
n. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, disebabkan kekurang pahaman masyarakat terhadap
manfaat lingkungan dan kualitas kehidupan yang dapat menunjang ekonomi dan kesehatan masyarakat. Selain
itu, budaya hidup tidak sehat seperti buang hajat di kalikebun, buang sampah sembarangan, kurangnya
pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada dan lain- lain merupakan faktor penyebab lingkungan yang kurang
sehat.
2.4. KONDISI SARANA, PRASARANA DAN PENATAAN