mengutip pendapat Kar 1983, dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya behaviour intention, dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya social-support, ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan accessebility of information, otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan personal autonomy, situasi yang
memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action situation.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan
sumber informasi terhadap pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon
Kabupaten Aceh Utara.
1.4 Hipotesis
1. Adanya hubungan karakteristik ibu dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
2. Adanya hubungan dukungan keluarga dukungan instrumental, dukungan
Universitas Sumatera Utara
informasional, emosional, dan dukungan penilaian dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
3. Adanya hubungan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut :
1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam
upaya menurunkan angka kejadian campak upaya peningkatan derajat kesehatan anak
1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang promosi kesehatan yang berkaitan dengan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi
campak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Defenisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat skiner 1938, Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar.
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespon, sehingga teori skiner disebut teori “S-O-R”
Stimulus-Organisme-Respon. Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku Tertutup Covert Behaviour
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behaviour” atau “covert
behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu tahu pentingnya imunisasi untuk kesehatan bayi adalah merupakan
pengetahuan knowledge. Kemudian ibu bertanya tentang tempat pelayanan imunisasi adalah sebuah kecendrungan untuk melakukan imunisasi yang disebut
sikap attitude.
Universitas Sumatera Utara
b. Perilaku Terbuka Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behaviour”. Contoh: ibu membawa bayi untuk diimunisasi ke tenaga kesehatan.
2.1.2 Domain perilaku
Menurut Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat Bloom 1908, membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan
pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a kognitif cognitive, b afektif affective, c psikomotor psychomotor. Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: a. Pengetahuan Knowledge
1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. 2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. a Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan.
Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada. f Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. b. Sikap Attitude
1 Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo 2012, sikap merupakan reaksi atau respons yang
Universitas Sumatera Utara
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.
“An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency
with regard to social object” Campbell,1950
“Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interation with situational and other dispositional variables,guides
and direct the overt behavior of the individual” Cardno, 1955
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku
yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2 Komponen Pokok Sikap Menurut Notoatmodjo 2012 mengutip pendapat Allport 1954, menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok. a Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c Kecenderungan untuk bertindak tend to behave.
Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya. 3 Tingkatan Sikap
a Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah tentang imunisasi. b Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang
menerima ide tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudaranya dan sebagainya untuk
pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap
positif terhadap kesehatan anak. d Bertanggung Jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu
mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
c. Praktik atau Tindakan Practice Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan support dari
pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.
Universitas Sumatera Utara
1 Respons Terpimpin Guided Response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotong-motongnya, dan segalanya 2 Mekanisme Mecanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang
lain. 3 Adopsi Adoption
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiata-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall.
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik overt
behavior juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Berdasarkan pendapat Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat para ahli Green 1980; Kar 1983; dan WHO 1984, dapat disimpulkan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor. a. Teori Lawrence Green
Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 1 Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya. 2 Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban
dan sebagainya. 3 Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
b. Teori Snehandu B. Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari: a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya behaviour intention. b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya social-support.
c. Ada atau tida adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
Universitas Sumatera Utara
accessebility of information. d. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal inimengambil tindakan atau
keputusan personal autonomy. e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action
situation. c. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok.
1 Pemahaman dan pertimbangan thought and feeling, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian
seseorang terhadap objek dalam hal ini adalah objek kesehatan. a Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan atau tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. c Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi suatu objek.
Universitas Sumatera Utara
2 Orang penting sebagai referensi personal reference. Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil banyak dipengaruhi oleh orang-
orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang dikatakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi reference group, antara lain guru, alim ulama, kepala adat suku, kepala desa, dan sebagainya.
3 Sumber-sumber daya resources Sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua
itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.
4 Kebudayaan culture, kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup way of life yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu
berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai peradaban umat manusia. d. Teori Ajzen dan Fishbein
Faktor- faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah latar belakang individu sebagai berikut :
1 Faktor pribadi, yaitu : sikap, kepribadian , nilai, kondisi emosi, intelegensi. 2 Faktor sosial, yaitu : usia, jenis kelamin, ras dan etnis, pendidikan, pendapatan,
Universitas Sumatera Utara
religikepercayaan. 3 Informasi, yaitu : pengalaman, pengetahuan, media.
Individu tumbuh dalam lingkungan sosial yang berbeda-beda dan membutuhkan informasi tentang beberapa hal, informasi yang diperoleh mendasari
keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatan-hambatan yang dapat
mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya. e. Teori SOR
Menurut Wawan dan Dewi 2011 yang mengutip pendapat Skinner 1938, perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang stimulus, tanggapan respon
dan respons.
2.1.4 Sumber-sumber Informasi
Menurut Setiawati dan Dermawan 2008 yang mengutip pendapat para ahli Dale 1969; Roestyah dan Sudirman, dapat disimpulkan bahwa informasi dapat
diperoleh dari berbagai sumber: Dale 1969, informasi diperoleh dari pengalaman langsung, benda tiruan,
dramatisasi, karyawisata, TV, gambar hidup pameran, gambar diam, lambang visual dan lambang kata.
Roestyah, informasi atau sumber belajar berasal dari manusia, buku massmedia, lingkungan, alat pelajaran dan musium.
Sudirman mengungkapkan bahwa yang termasuk dalam sumber informasi adalah manusia, bahan, lingkungan alat dan perlengkapan, aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga menurut Suprajitno 2004 yang mengutip pendapat para ahli:
a. Friedman 1998 mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. b. Sayekti 1994 menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatanpersekutuan hidup atas
dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
c. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap
serumah dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.
2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga
Menurut Padila 2012, Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap
Universitas Sumatera Utara
perkembagan individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara
masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan
peran anggotanya menerima peran di masyarakat.
2.2.3 Struktur Keluarga
Menurut Padila 2012, Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ayah. b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ibu.
c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi bagi pembinaan keluarga, dan
Universitas Sumatera Utara
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Padila 2012, berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain
keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :
Friedman 1998 mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni: a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki
dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reiforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah :
1 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka
kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang sangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga
tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain..
Universitas Sumatera Utara
2 Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan
dan haknya. 3 Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru.
Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak.
Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan
kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak meniru prilaku orangtua melalui hubungan interaksi mereka.
Fungi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian keluarga. Sering penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul
akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi. b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam linkungan social
Gegas,1979 dan Friedman, 1998, sedangkan Soekato 2000 mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota. Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal.
Keluarga merupakan tempat dimana individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
Universitas Sumatera Utara
belajar disiplin, memiliki nilainorma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang
tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua single parent.
d. Fungsi Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan
rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi keluarga di bawah garis kemiskinan Gakin ataupra keluarga sejahtera.
Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat dingunakan keluarga meningkat status kesehatan mereka.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi lain keluarga adalah fungsi keperawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untu mencegah terjadinya gangguan
maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat memengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah Frieman, 1998 : menggenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahuisejauh mana
keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas
kesehatan keluarga tersebut.
2.2.5 Tugas Keluarga
Menurut Jhonson dan Leny 2010, pada dasarnya tugas keluarga ada tujuh tugas pokok sebagai berikut : Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya,
pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, sosialisasi
antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota keluarga dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.2.6 Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Effendi Makhfudli 2009, ciri-ciri struktur keluarga adalah: a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi dimana setiap anggota keluarga
Universitas Sumatera Utara
memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara
anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan. b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa masing-
masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang
merawat anak-anak.
2.2.7 Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno 2004, pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Keluarga inti nuclear family
keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar extended family Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
Universitas Sumatera Utara
darah kakek-nenek, paman-bibi. Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatkannya rasa
individualism, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali dynadic family adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di
Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau
ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya. b. Orang tua tunggal single parent family adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan the unmarried teenage mother
d. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah the single adult living alone. Kecendurungan di Indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya the nonmarital beterosexual cobabiting family. Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan
besar, tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama gay and lesbian family.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Peranan Keluarga
Menurut Jhonson dan Leny 2010, peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung sebagai dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan Anak Anak-anaknya melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.2.9 Bentuk Keluarga
Menurut Jhonson dan Leny 2010, ada dua macam bentuk keluarga dilihat
Universitas Sumatera Utara
dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a. Berdasarkan lokasi 1 Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
2 Adat Virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
3 Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4 Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula
bergantian; 5 Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
6 Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu avunculus dari pihak
suami; 7 Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-
masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Berdasarkan pola otoritas 1 Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki laki-laki
tertua, umumnya ayah. 2 Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
perempuan tertua, umumnya ibu 3 Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.2.10 Ciri-ciri Keluarga Indonesia
Menurut Jhonson dan Leny 2010, Ciri-ciri keluarga Indonesia adalah sebagai berikut: Suami sebagai pengambil keputusan, merupakan suatu kesatuan yang
utuh, berbentuk monogram, bertanggung jawab, meneruskan nilai-nilai budaya bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat dan mempunyai semangat gotong royong.
2.2.11 Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat Cohen Syme 1996, dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat Friedman 1998, dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Dalam sernua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat Friedman 1998, yakni:
a. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
b. Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator penyebar informasi.
c. Dukungan Penilaian Appraisal, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga. d. Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Menurut prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat House Smet, 1994,
setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain : a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan
dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan
penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan rnau membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya. c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan, persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.
4 Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa
positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.
2.3 Imunisasi Campak
2.3.1 Pengertian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan
pada usia anak 9 bulan atau lebih Lisnawati, 2011.
2.3.2 Komposisi Vaksin Campak
Vaksin dari virus hidup CAM 70 Chick Chorioallantonik membrane yang dilemahkan kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering, dilarutkan dalam
5 cc pelarut aquades Lisnawati, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Cara Pemberian dan Dosis Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berusia 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6
bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan sebanyak 0,5 ml Lisnawati, 2011.
2.3.4 Efek Samping Imunisasi Campak
Demam, diare, konjungtifitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang Lisnawati, 2011.
2.3.5 Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak
Menurut Lisnawati 2011, Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak: Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38
o
C, gangguan sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas
terhadap kanamisin dan eritromisin dan wanita hamil.
2.3.6 Pengertian Penyakit Campak
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular infeksius yang disebabkan oleh virus
Kemenkes RI, 2012.
2.3.7 Penyebab Penyakit Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus RNA dari Genus Morbilivirus, dari keluarga Paramyxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya
Kemenkes RI, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8 Gejala
Menurut Lisnawati 2011, gejala penyakit campak terdiri dari stadium: a. Stadium Pro-dormal
Ditandai: demam tinggi disertai 3C CoryzaPilek, Conjungtivitis dan Cough. Pada pemeriksaan rongga mulut dapat dijumpai Kopliks Spot.
b. Sadium Erupsi Timbul ruam makulopapular eritromatosus, pada saat suhu tubuh sedang tinggi.
Mulai pada daerah kepala, belakang leher, kemudian ke badan dan anggota badan atas, selanjutnya ke anggota badan bawah.
c. Stadium Konvalesen Gejala-gejala tersebut berkurang sampai hilang. Ditandai dengan ruam macula
hiperpigmentasi.
2.3.9 Cara Penularan Penyakit Campak
Menurut Kemenkes 2012, cara penularan penyakit campak adalah : a. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara
terutama melalui batuk, bersin dan sekresi hidung. b. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak
penularan pada saat gejala awal fase pro-dormal, yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.
2.3.10 Komplikasi
Menurut Kemenkes RI 2012, sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia 5 tahun dan pada penderita
Universitas Sumatera Utara
dewasa usia 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defesiensi vitamin A serta immune defisiency HIV, komplikasi campak dapat menjadi lebih
berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu : diare, bronchopneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis, measles encephalitis hanya 11000
penderita campak, Subacute Sclerosing Panencephalitis SSPE hanya 1100.000 penderita campak dan ulkus mukosa mulut.
2.3.11 Penyebab Kematian
Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya, seperti: brochopneumonia, diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang
terlambat Kemenkes RI, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.4 Landasan Teori
Berdasarkan pendapat ahli Ajzen dan Fishbein 1975; Skinner 1938; Kar 1983; dan WHO 1984, dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
Gambar 2.1. Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Teori Ajzen dan Fishbein 1975
a. Faktor pribadi, - Sikap
- Kepribadian - Nilai
- Kondisi emosi - Intelegensi.
b. Faktor sosial - Usia
- Jenis kelamin - Ras dan etnis
- Pendidikan - Pendapatan,
- Religi kepercayaan.
c. Informasi - Pengalaman
- Pengetahuan - media
Teori Snehandu B. Kar 1983 1. Niat untuk bertindak
behaviour intention. 2. Dukungan sosial
social-support. 3. Informasi tentang kesehatan
accessebility of information. 4. Otonomi pribadi
personal autonomy. 5. Situasi yang memungkinkan
untuk bertindak action situation.
Teori WHO 1984 1. Pemahaman dan
pertimbangan thought and feeling
- Pengetahuan
- Kepercayaan
- Sikap
2. Orang penting sebagai referensi
personal reference -
Guru -
Alim Ulama -
Kepala Adat Suku -
Kepala Desa -
dan sebagainya. 3. Sumber-sumber daya
resources -
Fasilitas -
Uang -
Waktu -
Tenaga, -
dan sebagainya. 4. Kebudayaan culture
- Kebiasaan
- Nilai-nilai
- Tradisi-tradisi
- Sumber-sumber di
dalam masyrakat
Perilaku
Teori SOR Skinner, 1983
Stimulus Organisme
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
Reaksi Perubahan Sikap
Reaksi Perubahan Praktik
Universitas Sumatera Utara
Sumber Informasi:
- Petugas Kesehatan
- Media Elektronik
Dukungan Keluarga
- Dukungan Instrumental
- Dukungan Informasional
- Dukungan Penilaian
- Dukungan Emosional
Karakteristik Ibu
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Penghasilan perbulan
- Jumlah anak
2.5 Kerangka Konsep