Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Sumber Informasi dengan Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013

TESIS

Oleh

SUBKI 117032157/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUBKI 117032157/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER

INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI KECAMATAN LHOKSUKON

KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Subki

Nomor Induk Mahasiswa : 117032157

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H) (

Ketua Anggota

Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 23 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

2. Drs. Eddy Syahrial, M.S 3. dr. Taufik Ashar, M.K.M


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepajang pengaetahuan saya juga tidak tedapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2013

SUBKI 110732157/IKM


(6)

ABSTRAK

Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, dilakukan pada 210 ibu yang mempunyai bayi usia > 15 bulan dengan teknik Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji Chi Square,UjiExact Fisher, dan Uji Regresi Logistikberganda pada α =5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor umur ibu (p=0,610), pendidikan ibu (p=0,099), pekerjaan ibu (p=0,135), Jumlah anak (p=1,000) tidak ada hubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak adalah penghasilan keluarga (p=0,018), dukungan instrumental (p=0,0001), dukungan informasional (p=0,010), dukungan penilaian (p=0,001), dukungan emosional (p=0,0001), informasi dari petugas kesehatan (p=0,011) dan informasi dari media elektronik (p=0,032). dukungan instrumental merupakan faktor yang paling dominan (Exp(B)=33,072).

Disarankan kepada: (1) keluarga memberikan informasi dan fasilitas dalam upaya agar ibu memberikan imunisasi campak pada bayi, (2) Kepada tokoh agama (Ustadz) diharapkan menyampaikan kepada keluarga (suami/orang tua) untuk memberikan dukungan kepada ibu agar memberikan imunisasi campak pada bayi (3) Puskesmas Lhoksukon perlu dilakukan upaya peningkatan sosialisasi dan cara penyampaian informasi yang efektif dan berkesinambungan.


(7)

ABSTRACT

The meeting of the world Health Assembly (WHA) in May 2010 resulted in an agreement related to the coverage of measles control in 2015 as follow: to reach the national coverage of the first dosage of measles immunization was > 90% and at least 80% in all district/cities, to decrease the rate of measles incident to < 5/1.000.000 every year, and the maintain or to decrease the measles-caused mortality rate to at least 95% of the estimated mortality rate in 2000.

The purpose of this study was to analyze to relationship between characteristics of mother, family support and source of information and measles immunization administration in Lhoksukon Subdistrict, Aceh Utara District. The samples for this study were 210 mothers with babies of > 15 months old and with Cluster Random Sampling Technical. The data for this study were obtained through distributing questionnaires to the samples. The data obtained were statistically analyzed through Chi Square Test, Exact Fisher Test, and Multiple Logistic

Regression test at α = 5%.

The result of this study showed that the factors of mother’s age (p=0.610), mother’s education (p=0.099), mother’s occupation (p=0.135), number of children (p=1.000) had no relationship with administrating measles immunization to the babies. The factors related to measles immunization administration were family’s income (p=0.018), instrumental support (p=0.0001), informational support (p=0.010), assessment support (p=0.001), emotional support (p=0.0001), information from the health workers (p=0.011) and information from electronic media (p=0.032). Instrumental support was the most dominant factor (Exp(B)=33.072).

It is recommended that (1) family provide information and facility so that mothers can give measles immunization to babies (2) religious figures (Ustadz) give information to families (husbands/parents) about giving support to mothers in giving measles immunization to babies(3) Lhoksukon Puskesmas increase socialization and information effectively and sustainably.

Keywords: Coverage, Immunization, Measles, Lhoksukon Subdistrict


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Sumber Informasi dengan Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013”.

Penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara.

Penulis dalam menyusun tesis ini, menyadari begitu banyak mendapat dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku komisi pembimbing dengan sabar dan tulus serta banyak memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S dan Bapak dr. Taufik Ahar, M.K.M selaku komisi penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

7. Bapak M. Nurdin, S.K.M, M.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan Izin Belajar kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan Pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Bapak dr. H. Lukman MN selaku Kepala Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

9. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri.


(10)

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Abdul Jalil Latief (Alm) dan Ibunda tersayang Nurhayati atas segala jasanya sehingga penulis mendapatkan pendidikan terbaik.

Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis curahkan kepada Isteri tercinta Rosnawati, Amd.Keb, anakku tersayang Naizhifa Quwwatun Nazhura dan Huwaina Wafra yang telah turut memberikan do’a, karena kehilangan banyak waktu bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini dan banyak sekali memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2013 Penulis

Subki 117032157/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Subki, lahir pada tanggal 14 Februari 1976 di Lhokseumawe, beragama Islam, anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Abdul Jalil Latief (Alm) dan Ibunda Nurhayati. Mempunyai dua orang putri Naizhifa Quwwatun Nazhura dan Huwaina Wafra, sekarang menetap di Desa Dayah Aron Kecmatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 1 Blang Jruen pada tahun 1982 dan diselesaikan pada tahun 1988, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Blang Jruen pada tahun 1988 dan diselesaikan pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tanah Luas pada tahun 1991 dan diselesaikan pada tahun 1994, Akademi Keperawatan (Akper) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 1997, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2001, Strata Dua (S2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku tahun 2011 sampai dengan saat ini.

Pada tahun 1998 sampai tahun 1999 menjadi Staf Pengajar di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe, pada tahun 1999 sampai tahun 2004 menjadi Staf Dosen di Akademi Kebidanan (Akbid) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe, pada tahun 2005 sampai tahun 2007 menjadi Staf Pengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Lhokseumawe dan pada tahun 2008 sampai sekarang menjadi Staf Dosen di Akademi Kesehatan (Akkes) Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Perilaku ... 8

2.2 Konsep Keluarga ... 20

2.3 Imunisasi Campak ... 32

2.4 Landasan Teori... 36

2.5 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 46

3.6 Metode Pengukuran ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

4.2 Analisis Univariat ... 57

4.3 Analisis Bivariat ... 66


(13)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 79

5.1 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 79

5.2 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 80

5.3 Hubungan Sumber Informasi dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Data Nama Desa yang Terpilih sebagai Kluster... 40

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Instrumental ... 42

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Informasional ... 43

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Penilaian ... 44

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Emosional ... 44

3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Informasi dari Tenaga Kesehatan ... 45

3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Informasi dari Media Elektronik ... 46

3.8 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 48

4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Lhoksukon Tahun 2012 ... 55

4.2 Jenis dan Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 ... 55

4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 ... 56

4.4 Distribusi Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 57

4.5 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 58

4.6 Distribusi Dukungan Keluarga di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 59

4.7 Distribusi Dukungan Instrumental berdasarkan Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 60

4.8 Distribusi Dukungan Informasional berdasarkan Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 61


(15)

4.9 Distribusi Dukungan Penilaian berdasarkan Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 61 4.10 Distribusi Dukungan Emosional berdasarkan Jawaban Responden

di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 62 4.11 Distribusi Sumber Informasi Responden di Kecamatan Lhoksukon

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 63 4.12 Distribusi Sumber Informasi dari Tenaga Kesehatan berdasarkan

Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 64 4.13 Distribusi Sumber Informasi dari Media Elektronik berdasarkan Jawaban

Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 65 4.14 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 66 4.15 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 67 4.16 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 68 4.17 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Campak

di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 69 4.18 Hubungan Jumlah Anak dengan Pemberian Imunisasi Campak di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 70 4.19 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemberian Imunisasi Campak

di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 71 4.20 Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemberian Imunisasi

Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 .... 72 4.21 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pemberian Imunisasi Campak di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 73 4.22 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemberian Imunisasi Campak di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 74 4.23 Hubungan Informasi dari Tenaga Kesehatan dengan Pemberian Imunisasi


(16)

4.24 Hubungan Informasi dari Media Elektonik dengan Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 .... 76 4.25 Identifikasi Variabel Dominan Pemberian Imunisasi Campak


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner dari Program Studi S2

IKM USU Medan ... 92

2. Surat Telah Selesai Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner dari Puskesmas Kuta Makmur ... 93

3. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 IKM USU Medan ... 94

4. Surat Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Lhoksukon ... 95

5. Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Responden ... 96

6. Kuesioner Penelitian ... 97

7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

8. Tabel Skor ... 106

9. Tabel Hasil Penelitian ... 107

10. Master Tabel Penelitian ... 117

11. Analisis Univariat ... 129

12. Analisis Bivariat ... 132

13. Analisis Multivariat... 143

14. Jadwal Penelitian ... 148

15. Peta Kecamatan Lhoksukon ... 149


(18)

ABSTRAK

Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, dilakukan pada 210 ibu yang mempunyai bayi usia > 15 bulan dengan teknik Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji Chi Square,UjiExact Fisher, dan Uji Regresi Logistikberganda pada α =5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor umur ibu (p=0,610), pendidikan ibu (p=0,099), pekerjaan ibu (p=0,135), Jumlah anak (p=1,000) tidak ada hubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak adalah penghasilan keluarga (p=0,018), dukungan instrumental (p=0,0001), dukungan informasional (p=0,010), dukungan penilaian (p=0,001), dukungan emosional (p=0,0001), informasi dari petugas kesehatan (p=0,011) dan informasi dari media elektronik (p=0,032). dukungan instrumental merupakan faktor yang paling dominan (Exp(B)=33,072).

Disarankan kepada: (1) keluarga memberikan informasi dan fasilitas dalam upaya agar ibu memberikan imunisasi campak pada bayi, (2) Kepada tokoh agama (Ustadz) diharapkan menyampaikan kepada keluarga (suami/orang tua) untuk memberikan dukungan kepada ibu agar memberikan imunisasi campak pada bayi (3) Puskesmas Lhoksukon perlu dilakukan upaya peningkatan sosialisasi dan cara penyampaian informasi yang efektif dan berkesinambungan.


(19)

ABSTRACT

The meeting of the world Health Assembly (WHA) in May 2010 resulted in an agreement related to the coverage of measles control in 2015 as follow: to reach the national coverage of the first dosage of measles immunization was > 90% and at least 80% in all district/cities, to decrease the rate of measles incident to < 5/1.000.000 every year, and the maintain or to decrease the measles-caused mortality rate to at least 95% of the estimated mortality rate in 2000.

The purpose of this study was to analyze to relationship between characteristics of mother, family support and source of information and measles immunization administration in Lhoksukon Subdistrict, Aceh Utara District. The samples for this study were 210 mothers with babies of > 15 months old and with Cluster Random Sampling Technical. The data for this study were obtained through distributing questionnaires to the samples. The data obtained were statistically analyzed through Chi Square Test, Exact Fisher Test, and Multiple Logistic

Regression test at α = 5%.

The result of this study showed that the factors of mother’s age (p=0.610), mother’s education (p=0.099), mother’s occupation (p=0.135), number of children (p=1.000) had no relationship with administrating measles immunization to the babies. The factors related to measles immunization administration were family’s income (p=0.018), instrumental support (p=0.0001), informational support (p=0.010), assessment support (p=0.001), emotional support (p=0.0001), information from the health workers (p=0.011) and information from electronic media (p=0.032). Instrumental support was the most dominant factor (Exp(B)=33.072).

It is recommended that (1) family provide information and facility so that mothers can give measles immunization to babies (2) religious figures (Ustadz) give information to families (husbands/parents) about giving support to mothers in giving measles immunization to babies(3) Lhoksukon Puskesmas increase socialization and information effectively and sustainably.

Keywords: Coverage, Immunization, Measles, Lhoksukon Subdistrict


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini penekanan arah pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Mukti, 2012).

Berdasarkan hasil kajian Kemenkes dan TAG (Technical Advisory Group on Immunization), WHO dan UNICEF, yang menyatakan bahwa campak dan polio masih menjadi masalah di Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini Ditjen P2PL Kemenkes menggagas kegiatan Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga selama satu bulan penuh mulai tanggal 18 Oktober sampai 18 November 2011 (Depkes RI, 2012).

Kampanye ini bertujuan meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi/anak dari penyakit campak dan polio. Selain itu, kampanye tambahan yang menghabiskan dana sekitar 100 M-an ini juga bertujuan untuk melengkapi tingkat imunitas pada sasaran yang belum terbentuk kekebalannya, menjangkau anak yang belum mendapatkan imunisasi pada pelayanan rutin (DO), dan diharapkan herd

immunity (tingkat imunitas di populasi) dapat lebih dari 95%


(21)

Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh Kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000 (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan penelitian pendukung dan pendorong ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan, menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak yaitu variabel pengetahuan. Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak adalah pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga

Hasil penelitian dan dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi perilaku ibu balita dalam imunisasi campak dari komunikasi petugas kesehatan adalah metode, media dan isi pesan, sedangkan dari dukungan tokoh agama adalah dukungan instrumental dan dukungan informasional. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.


(22)

Menurut (KIE) terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Kabupaten Aceh Besar, menunjukkan bahwa Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan Ada hubungan antara pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan peningkatan pengetahuan.

Penelitian Simangunsong ( pemberian imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah, menunjukkan bahwa sumber informasi yang diperoleh suami tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan tetangga/teman.

Hasil penelitian dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi hepatitis b (0-7 hari) pada bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi adalah pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan.

meneliti tentang pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di kelurahan tampan wilayah kerja Puskesmas Tampan Pekanbaru, menunjukkan bahwa variabel dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasi berpengaruh terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dengan koefisien regresi pada tingkat kuat. Variabel


(23)

paling besar pengaruhnya terhadap penentuan partisipasi ibu balita adalah variabel dukungan instrumental

Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis imunisasi yaitu BCG, HB0, DPT+HB1, DPT3+HB3, Polio3 dan Campak. Adanya penurunan jumlah imunisasi pada bayi perlu mendapat perhatian dari pelaksana program, mengingat peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit yang dimunculkan dari kekurangan imunisasi tersebut (Dinkes Aceh, 2011).

Berdasarkan Profi Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, cakupan imunisasi Campak di Indonesia mencapai 93,65% dan pada tahun 2012 turun menjadi 86,3%. Pada tahun 2011 terdapat 21.893 kasus campak di Indonesia. Sedangkan di Provinsi Aceh pada tahun 2011 cakupan imunisasi campak menduduki peringkat 27 dari 33 Provinsi di Indonesia. Dan pada tahun 2012 Provinsi Aceh menduduki peringkat 20 dengan cakupan imunisasi campak mencapai 79,5%.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh bahwa jumlah penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2010 adalah 4.494.400, sedangkan balita berjumlah 493.400 dan pada tahun 2011 jumlah penduduk 4.597.300 sedangkan balita berjumlah 504.700 Balita (BPS Provinsi Aceh, 2013).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara bahwa jumlah penduduk Aceh Utara pada tahun 2010 adalah 529.751, sedangkan balita berjumlah 56.897 dan pada tahun 2011 jumlah penduduk 541.878 sedangkan balita berjumlah 58.200 Balita (BPS Aceh Utara, 2012).


(24)

Berdasarkan dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Cakupan imunisasi Campak pada bayi di Provinsi Aceh tahun 2009 mencapai 92,3% dan pada tahun 2010 mencapai 81,2%, Hal ini menunjukkan adanya penurunan cakupan imunisasi sebesar 11,1% dari tahun 2009. Kemungkinan drop out yang tinggi dan kegiatan luar gedung untuk mengejar sasaran yang tidak datang ke fasilitas kesehatan harus secara intens dilakukan. Sedangkan pada tahun 2011 mencapai 81,6%, tidak ada peningkatan secara signifikan dari tahun 2010. Jumlah kasus Campak di Provinsi Aceh pada tahun 2010 sebesar 650 kasus, dan pada tahun 2011 sebesar 708 kasus. (Dinkes Aceh, 2012).

Cakupan imunisasi Campak pada bayi di Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 adalah 83,3% dan pada tahun 2011 mencapai 86,2%. di Kecamatan Lhoksukon khususnya wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon pada tahun 2010 adalah 84,4% dan pada tahun 2011 turun menjadi 74,6%. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Buket Hagu pada tahun 2010 adalah 92,4% dan pada tahun 2011 mencapai 96,0%.

Dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010 sebanyak 131 kasus (20,15% dari kasus Provinsi Aceh), paling banyak ditemukan di Kecamatan Lhoksukon yaitu 110 kasus, pada tahun 2011 di Aceh Utara terdapat 25 kasus (3,53% dari kasus Provinsi Aceh), dan pada tahun 2012 Jumlah kasus Campak di Kabupaten Aceh Utara sebesar 243 kasus sedangkan di Kecamatan Lhoksukon 76 kasus (Dinkes Aceh Utara, 2013).

Pemberian imunisasi campak pada bayi ada kaitannya dengan perilaku ibu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan Notoatmodjo (2012) yang


(25)

mengutip pendapat Kar (1983), dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support), ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information), otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy), situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi terhadap pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

1.4 Hipotesis

1. Adanya hubungan karakteristik ibu dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.


(26)

informasional, emosional, dan dukungan penilaian) dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

3. Adanya hubungan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut :

1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan

Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam upaya menurunkan angka kejadian campak upaya peningkatan derajat kesehatan anak

1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang promosi kesehatan yang berkaitan dengan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat skiner (1938), Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespon, sehingga teori skiner disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respon).

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behaviour” atau “covert behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

Contoh : ibu tahu pentingnya imunisasi untuk kesehatan bayi adalah merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu bertanya tentang tempat pelayanan imunisasi adalah sebuah kecendrungan untuk melakukan imunisasi yang disebut sikap (attitude).


(28)

b. Perilaku Terbuka

Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behaviour”.

Contoh: ibu membawa bayi untuk diimunisasi ke tenaga kesehatan. 2.1.2 Domain perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat Bloom (1908), membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

a. Pengetahuan (Knowledge) 1) Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2) Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. a) Tahu (know)


(29)

sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan


(30)

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan. Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada. f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b. Sikap (Attitude) 1) Pengertian Sikap


(31)

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.

An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency with regard to social object” (Campbell,1950)

Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interation with situational and other dispositional variables,guides

and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955)

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.

Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2) Komponen Pokok Sikap


(32)

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).

3) Tingkatan Sikap

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang imunisasi.

b) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang menerima ide tersebut.


(33)

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan anak.

d) Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

c. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.

Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.


(34)

1) Respons Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, dan segalanya

2) Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

3) Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiata-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut.


(35)

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat para ahli (Green (1980; Kar (1983); dan WHO (1984)), dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor.

a. Teori Lawrence Green

Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

b. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention).

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support).


(36)

(accessebility of information).

d. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal inimengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

c. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok.

1) Pemahaman dan pertimbangan (thought and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan atau tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c) Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi suatu objek.


(37)

2) Orang penting sebagai referensi (personal reference).

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang-orang itu dipercaya, maka apa yang dikatakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. 3) Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.

4) Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai peradaban umat manusia. d. Teori Ajzen dan Fishbein

Faktor- faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah latar belakang individu sebagai berikut :

1) Faktor pribadi, yaitu : sikap, kepribadian , nilai, kondisi emosi, intelegensi. 2) Faktor sosial, yaitu : usia, jenis kelamin, ras dan etnis, pendidikan, pendapatan,


(38)

religi/kepercayaan.

3) Informasi, yaitu : pengalaman, pengetahuan, media.

Individu tumbuh dalam lingkungan sosial yang berbeda-beda dan membutuhkan informasi tentang beberapa hal, informasi yang diperoleh mendasari keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatan-hambatan yang dapat mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya. e. Teori SOR

Menurut Wawan dan Dewi (2011) yang mengutip pendapat Skinner (1938), perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus), tanggapan (respon) dan respons.

2.1.4 Sumber-sumber Informasi

Menurut Setiawati dan Dermawan (2008) yang mengutip pendapat para ahli (Dale (1969); Roestyah dan Sudirman), dapat disimpulkan bahwa informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber:

Dale (1969), informasi diperoleh dari pengalaman langsung, benda tiruan, dramatisasi, karyawisata, TV, gambar hidup pameran, gambar diam, lambang visual dan lambang kata.

Roestyah, informasi atau sumber belajar berasal dari manusia, buku massmedia, lingkungan, alat pelajaran dan musium.

Sudirman mengungkapkan bahwa yang termasuk dalam sumber informasi adalah manusia, bahan, lingkungan alat dan perlengkapan, aktivitas.


(39)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga menurut Suprajitno (2004) yang mengutip pendapat para ahli:

a. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

b. Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

c. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.

2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga

Menurut Padila (2012), Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap


(40)

perkembagan individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran anggotanya menerima peran di masyarakat.

2.2.3 Struktur Keluarga

Menurut Padila (2012), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e. Keluarga Kawin


(41)

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Menurut Padila (2012), berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :

Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni: a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reiforcement dan

support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang sangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain..


(42)

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak meniru prilaku orangtua melalui hubungan interaksi mereka.

Fungi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian keluarga. Sering penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam linkungan social (Gegas,1979 dan Friedman, 1998), sedangkan Soekato (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga


(43)

belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi keluarga di bawah garis kemiskinan (Gakin ataupra keluarga sejahtera).

Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat dingunakan keluarga meningkat status kesehatan mereka.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi keperawatan kesehatan. Selain keluarga menyediakan makanan pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untu mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat memengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.


(44)

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998) : menggenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahuisejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

2.2.5 Tugas Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), pada dasarnya tugas keluarga ada tujuh tugas pokok sebagai berikut : Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya, pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, sosialisasi antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota keluarga dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. 2.2.6 Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Effendi & Makhfudli (2009), ciri-ciri struktur keluarga adalah: a. Terorganisasi


(45)

memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c. Perbedaan dan kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang merawat anak-anak.

2.2.7 Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family)

keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (extended family)


(46)

darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatkannya rasa individualism, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi:

a. Keluarga bentukan kembali (dynadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya. b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah

satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)

d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecendurungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.

e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital beterosexual cobabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya.

f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).


(47)

2.2.8 Peranan Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung sebagai dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan Anak

Anak-anaknya melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.2.9 Bentuk Keluarga


(48)

dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

a. Berdasarkan lokasi

1) Adat utrolokal,yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

2) Adat Virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;

3) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

4) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);

5) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;

6) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;

7) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing-masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.


(49)

b. Berdasarkan pola otoritas

1) Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).

2) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)

3) Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang. 2.2.10 Ciri-ciri Keluarga Indonesia

Menurut Jhonson dan Leny (2010), Ciri-ciri keluarga Indonesia adalah sebagai berikut: Suami sebagai pengambil keputusan, merupakan suatu kesatuan yang utuh, berbentuk monogram, bertanggung jawab, meneruskan nilai-nilai budaya bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat dan mempunyai semangat gotong royong. 2.2.11 Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996), dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998), dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.

Dalam sernua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.


(50)

Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998), yakni:

a. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

b. Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

c. Dukungan Penilaian (Appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

d. Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Menurut prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House (Smet, 1994), setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang


(51)

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan rnau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan, persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya. 4) Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang

kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

2.3 Imunisasi Campak

2.3.1 Pengertian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak 9 bulan atau lebih (Lisnawati, 2011).

2.3.2 Komposisi Vaksin Campak

Vaksin dari virus hidup (CAM 70) Chick Chorioallantonik membrane) yang dilemahkan kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades (Lisnawati, 2011).


(52)

2.3.3 Cara Pemberian dan Dosis Imunisasi Campak

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berusia 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan sebanyak 0,5 ml (Lisnawati, 2011).

2.3.4 Efek Samping Imunisasi Campak

Demam, diare, konjungtifitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang (Lisnawati, 2011).

2.3.5 Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak

Menurut Lisnawati (2011), Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak:

Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38oC, gangguan sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin dan wanita hamil.

2.3.6 Pengertian Penyakit Campak

Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus (Kemenkes RI, 2012).

2.3.7 Penyebab Penyakit Campak

Penyakit Campak disebabkan oleh virus RNA dari Genus Morbilivirus, dari keluarga Paramyxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya (Kemenkes RI, 2012).


(53)

2.3.8 Gejala

Menurut Lisnawati (2011), gejala penyakit campak terdiri dari stadium: a. Stadium Pro-dormal

Ditandai: demam tinggi disertai 3C (Coryza/Pilek, Conjungtivitis dan Cough). Pada pemeriksaan rongga mulut dapat dijumpai Kopliks Spot.

b. Sadium Erupsi

Timbul ruam makulopapular eritromatosus, pada saat suhu tubuh sedang tinggi. Mulai pada daerah kepala, belakang leher, kemudian ke badan dan anggota badan atas, selanjutnya ke anggota badan bawah.

c. Stadium Konvalesen

Gejala-gejala tersebut berkurang sampai hilang. Ditandai dengan ruam macula hiperpigmentasi.

2.3.9 Cara Penularan Penyakit Campak

Menurut Kemenkes (2012), cara penularan penyakit campak adalah :

a. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin dan sekresi hidung.

b. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase pro-dormal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.

2.3.10 Komplikasi

Menurut Kemenkes RI (2012), sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan pada penderita


(54)

dewasa usia > 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defesiensi vitamin A serta immune defisiency (HIV), komplikasi campak dapat menjadi lebih berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu : diare, bronchopneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis, measles encephalitis hanya 1/1000 penderita campak, Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) hanya 1/100.000 penderita campak dan ulkus mukosa mulut.

2.3.11 Penyebab Kematian

Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya, seperti: brochopneumonia, diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat (Kemenkes RI, 2012)


(55)

2.4 Landasan Teori

Berdasarkan pendapat ahli (Ajzen dan Fishbein (1975); Skinner (1938); Kar (1983); dan WHO (1984)), dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor:

Gambar 2.1. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Teori Ajzen dan

Fishbein (1975) a. Faktor pribadi,

- Sikap - Kepribadian - Nilai

- Kondisi emosi - Intelegensi. b. Faktor sosial

- Usia

- Jenis kelamin - Ras dan etnis - Pendidikan - Pendapatan, - Religi/ kepercayaan. c. Informasi

- Pengalaman - Pengetahuan - media

Teori Snehandu B. Kar (1983) 1. Niat untuk bertindak

(behaviour intention). 2. Dukungan sosial

(social-support).

3. Informasi tentang kesehatan (accessebility of information). 4. Otonomi pribadi

(personal autonomy). 5. Situasi yang memungkinkan

untuk bertindak (action situation).

Teori WHO (1984) 1. Pemahaman dan

pertimbangan (thought and feeling)

- Pengetahuan

- Kepercayaan

- Sikap 2. Orang penting

sebagai referensi (personal reference)

- Guru

- Alim Ulama

- Kepala Adat (Suku)

- Kepala Desa

-dan sebagainya. 3. Sumber-sumber daya

(resources)

-Fasilitas

-Uang

-Waktu

-Tenaga,

-dan sebagainya. 4. Kebudayaan (culture)

-Kebiasaan

-Nilai-nilai

-Tradisi-tradisi

-Sumber-sumber di dalam masyrakat Perilaku

Teori SOR (Skinner, 1983)

Stimulus Organisme - Perhatian - Pengertian - Penerimaan Reaksi (Perubahan Sikap) Reaksi (Perubahan Praktik)


(56)

Sumber Informasi: - Petugas Kesehatan - Media Elektronik Dukungan Keluarga - Dukungan Instrumental - Dukungan Informasional - Dukungan Penilaian - Dukungan Emosional

Karakteristik Ibu - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Penghasilan perbulan - Jumlah anak

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan Landasan Teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan Kerangka Konsep Penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menggambarkan bahwa variabel independen yaitu variabel karakteristik ibu, dukungan keluarga (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional) dan sumber informasi serta variabel dependen adalah pemberian imunisasi campak pada bayi.

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi


(57)

2 /2

d

P) -(1 P x Z n= α

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian rapid survei dengan pendekatan cross sectional adalah merupakan penelitian dimana mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan pengukuran atau pengamatan dilakukan pada waktu yang bersamaan.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2013. Alasan pemilihan lokasi dilakukan atas pertimbangan adanya kasus penyakit campak pada tahun 2012 sebanyak 76 kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2013.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia > 15 bulan yang ada di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

3.3.2 Sampel

Menurut Kasjono (2009), penetuan perkiraan besar sampel (n) untuk studi

cross sectional adalah sebagai berikut :


(58)

2

(0,5) 0,5 x 0,5 x 96 , 1 n=

0,0025 49 , 0 n= Keterangan:

n = Besar sampel yang dibutuhkan

P = Proporsi atau Prevalensi (jika tidak diketahui, gunakan P = 50%) Zα/2 = Distribusi nilai Z pada tingkat kemaknaan (α = 0,05)

d = Presisi absolut yang diinginkan (d = 0,05)

jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah :

Karena menggunakan metode rapid survey, jumlah sampel tersebut dibulatkan menjadi 210 sampel.

Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dengan pendekatan rapid survey yaitu menggunakan unit sampling berupa desa yang ada di Kecamatan Lhoksukon.

Pada rapid survey ini, tahap pertama memilih kluster yang diambil secara acak sebagai sampel adalah 30 kluster dengan menggunakan software c-survey.

Pada kluster yang terpilih, pengumpul data mendatangi pusat kluster (biasanya adalah balai desa atau rumah kepala desa), kemudian memilih arah ke kiri atau ke kanan untuk mendatangi rumah penduduk yang mempunyai bayi berusia > 15 bulan.

Pada tabel 3.1 dapat dilihat jumlah kluster masing-masing desa. Bagi desa yang terdiri lebih dari satu kluster, maka pemilihan kluster berdasarkan dussun yang ada di desa tersebut dengan menggunakan random sampling.

96 1 n=


(59)

Tabel 3.1. Data Nama Desa yang Terpilih sebagai Kluster

No Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah

Kluster Kluster (Dusun)

Asan LB 713 1

Nga LB 451 1

Beuringen 616 1

Ceubrek 1125 2 Mawar

Melati

Kota Lhoksukon 2610 4 Panglateh

Teuku Umar Cut Nyak Dhien Panglima Polem

Dayah LB 1604 2 Tgk. Syareh

Balee Teungku

Geulinggang 586 2 Ujong Gampong

Calok Tufih

Geumata 857 1

Trieng Matang Ubi 1424 1

Meunye 1077 1

Reudeup 1501 1

Cot U Sibak 457 1

Bintang Hu 1273 2 Darul Aman I

Balee Kita

Cot Ara 261 1

Matang Teungoh AB 824 2 Tengah

Barat

Asan AB 1014 2 Cot Mane

Mujahidin

Ranto 693 2 Jaloh

Sosial

Ara AB 601 1

Alue Drien LB 694 1

Leubok 462 1

18.643 30

Selanjutnya pada tahap kedua, masing-masing kluster diambil subyek sebanyak 7 sampel. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 kluster x 7 sampel, sehingga terkumpul 210 sampel.


(60)

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner yaitu telah disusun berdasarkan variabel karakteristik ibu, dukungan keluarga (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional) dan sumber informasi serta pemberian imunisasi campak pada bayi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan, catatan atau dokumen dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dan dari data Puskesmas Lhoksukon yang berhubungan dengan penelitian.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan pendapat Machfoedz (2010), disimpulkan bahwa Uji validitas kuesioner dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment.

Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item pertanyaan dalam kuesioner benar-benar dapat mengukur faktor yang akan diukur dan konsisten menyatakan hasil ukur, dengan ketentuan jika nilai rhitung > rtabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya.

Nilai r tabel untuk 30 responden yang diuji coba adalah sebesar 0,361, ketentuan kuesioner dikatakan pada penelitian ini, jika :

1. Nilai rhitung ≥ 0,361 dikatakan valid 2. Nilai rhitung < 0,361 dikatakan tidak valid


(61)

Berdasarkan pendapat Azwar (2005), dapat disimpulkan bahwa Uji Reliabilitas dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis ketepatan suatu alat ukur dengan ketentuan, jika ralpha > rtabel maka dinyatakan reliabel atau sebaliknya. Nilai rtabel untuk reliabilitas adalah 0,6.

Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada 30 orang ibu-ibu yang mempunyai bayi berusia > 15 bulan di Kecamatan Kuta Makmur yang juga merupakan wilayah terjangkitnya wabah campak pada tahun 2012.

Tabel 3.2 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan instrumental semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha adalah 0,764 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Instrumental Variabel Dukungan Instrumental

No Pertanyaan n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1 Keluarga/Suami meluangkan waktu untuk memberikan imunisasi pada bayi

30 0,522 Valid

2 Keluarga/Suami memberikan biaya (transportasi dan keperluan lainnya) untuk pemberian imunisasi campak

30 0,557 Valid

3 Keluarga/Suami bersedia memberikan fasilitas untuk pemberian imunisasi campak

30 0,522 Valid

4 Keluarga/Suami berusaha untuk mencari sarana pelayanan imunisasi untuk kesehatan anak

30 0,677 Valid


(62)

Tabel 3.3 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan informasional semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha adalah 0,775 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Informasional Variabel Dukungan Informasional

No Pertanyaan n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1 Keluarga/Suami memberitahu tentang perlunya imunisasi campak

30 0,581 Valid

2 Keluarga/Suami memberitahu tentang mamfaat imunisasi campak

30 0,593 Valid

3 Keluarga/Suami memberitahu tentang dampak kalau tidak diimunisasi campak

30 0,663 Valid

4 Keluarga/Suami memberitahu tentang bahaya penyakit campak dapat

mengakibatkan kematian

30 0,488 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,775

Tabel 3.4 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan penilaian semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha adalah 0,708 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.


(63)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Penilaian Variabel Dukungan Penilaian

No Pertanyaan n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1 Keluarga/Suami memberikan penghargaan atas keputusan anda

30 0,491 Valid

2 Keluarga/Suami setuju dengan tindakan memberikan imunisasi campak

30 0,434 Valid

3 Keluarga/Suami memberikan dukungan penuh terhadap tindakan pemberian imunisasi campak

30 0,491 Valid

4 Keluarga/Suami memberikan pujian jika anak anda diimunisasi campak

30 0,563 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,708

Tabel 3.5 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan emosional semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha adalah 0,787 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Emosional Variabel Dukungan Emosional

No Pertanyaan n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1 Keluarga/Suami menunjukkan rasa simpati (senang) jika anak anda diimunisasi campak

30 0,497 Valid

2 Keluarga/Suami memberikan perhatian terhadap kelengkapan imunisasi anak

30 0,487 Valid

3 Keluarga/Suami marah pada anda jika anak tidak imuninasi campak

30 0,666 Valid

4 Keluarga/Suami memberikan perhatian pada status (keadaan) kesehatan anak

30 0,763 Valid


(64)

Tabel 3.6 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel informasi dari tenaga kesehatan semuanya valid. Nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,842 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Informasi dari Tenaga Kesehatan

Variabel Informasi dari Tenaga Kesehatan

No Pertanyaan n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1 Mendengar informasi atau penyuluhan dari petugas kesehatan atau bidan tentang imunisasi campak

30 0,801 Valid

2 Mendengar informasi atau penyuluhan dari petugas kesehatan atau bidan tentang bahaya penyakit campak

30 0,776 Valid

3 Ajakan dari petugas kesehatan untuk melakukan imunisasi campak

30 0,509 Valid

4 Bidan desa memberikan informasi tentang imunisasi campak saat ibu ke posyandu

30 0,691 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,842

Tabel 3.7 di bawah menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

(rhitung) lebih besar dari rtabel yang besarnya 0,361, artinya keempat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel informasi dari media elektronik semuanya valid. Nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,846 yaitu lebih besar dari 0,6. Berarti keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel sebagai alat ukur.


(1)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 47.419 1 .000

Block 47.419 1 .000

Model 47.419 1 .000

Step 2 Step 13.602 1 .000

Block 61.020 2 .000

Model 61.020 2 .000

Step 3 Step 4.086 1 .043

Block 65.107 3 .000

Model 65.107 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 135.240a .202 .348

2 121.639b .252 .434

3 117.552b .267 .459

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

b. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 .000 0 .

2 .112 2 .946


(2)

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Pemberian Imunisasi

Campak = Tidak

Pemberian Imunisasi Campak = Ya

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 32 32.000 66 66.000 98

2 1 1.000 111 111.000 112

Step 2 1 31 31.092 46 45.908 77

2 1 .908 20 20.092 21

3 1 .908 44 44.092 45

4 0 .092 67 66.908 67

Step 3 1 13 13.972 12 11.028 25

2 18 17.103 34 34.897 52

3 2 1.001 18 18.999 20

4 0 .367 13 12.633 13

5 0 .482 33 32.518 33

6 0 .027 12 11.973 12

7 0 .048 55 54.952 55

Classification Tablea

Observed

Predicted Pemberian Imunisasi

Campak

Percentage Correct Tidak Ya

Step 1 Pemberian Imunisasi Campak Tidak 0 33 .0

Ya 0 177 100.0

Overall Percentage 84.3

Step 2 Pemberian Imunisasi Campak Tidak 0 33 .0

Ya 0 177 100.0

Overall Percentage 84.3

Step 3 Pemberian Imunisasi Campak Tidak 13 20 39.4

Ya 12 165 93.2

Overall Percentage 84.8


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Step 1a Dukungan_Instrumental 3.986 1.027 15.051 1 .000 53.818 7.186 403.084

Constant .724 .215 11.294 1 .001 2.062

Step 2b Dukungan_Instrumental 3.493 1.036 11.372 1 .001 32.886 4.318 250.441 Dukungan_Emosional 2.707 1.046 6.692 1 .010 14.986 1.927 116.532 Constant .390 .232 2.827 1 .093 1.477

Step 3c Penghasilan_Keluarga .950 .473 4.033 1 .045 2.585 1.023 6.531 Dukungan_Instrumental 3.499 1.040 11.322 1 .001 33.072 4.309 253.819 Dukungan_Emosional 2.827 1.057 7.152 1 .007 16.893 2.128 134.114 Constant -.237 .388 .371 1 .542 .789

a. Variable(s) entered on step 1: Dukungan_Instrumental. b. Variable(s) entered on step 2: Dukungan_Emosional. c. Variable(s) entered on step 3: Penghasilan_Keluarga.

Model if Term Removed

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2 Log Likelihood df

Sig. of the Change Step 1 Dukungan_Instrumental -91.329 47.419 1 .000 Step 2 Dukungan_Instrumental -75.676 29.713 1 .000 Dukungan_Emosional -67.620 13.602 1 .000 Step 3 Penghasilan_Keluarga -60.819 4.086 1 .043 Dukungan_Instrumental -73.298 29.045 1 .000 Dukungan_Emosional -66.043 14.535 1 .000


(4)

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 1 Variables Pendidikan_Ibu 1.052 1 .305

Pekerjaan_Ibu 1.363 1 .243

Penghasilan_Keluarga 3.229 1 .072 Dukungan_Informasional .203 1 .652 Dukungan_Penilaian 3.718 1 .054 Dukungan_Emosional 10.777 1 .001 Informasi_dari_Tenaga_Keseha

tan 2.534 1 .111

Informasi_dari_Media_Elektroni

k .044 1 .835

Overall Statistics 18.116 8 .020

Step 2 Variables Pendidikan_Ibu 1.160 1 .281

Pekerjaan_Ibu 1.361 1 .243

Penghasilan_Keluarga 4.148 1 .042 Dukungan_Informasional .030 1 .862 Dukungan_Penilaian 2.488 1 .115 Informasi_dari_Tenaga_Keseha

tan 1.235 1 .266

Informasi_dari_Media_Elektroni

k .065 1 .799

Overall Statistics 8.876 7 .262

Step 3 Variables Pendidikan_Ibu .640 1 .424

Pekerjaan_Ibu 1.134 1 .287

Dukungan_Informasional .022 1 .881 Dukungan_Penilaian 1.601 1 .206 Informasi_dari_Tenaga_Keseha

tan .865 1 .352

Informasi_dari_Media_Elektroni

k .102 1 .749


(5)

(6)