BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Defenisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat skiner 1938, Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar.
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespon, sehingga teori skiner disebut teori “S-O-R”
Stimulus-Organisme-Respon. Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku Tertutup Covert Behaviour
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behaviour” atau “covert
behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu tahu pentingnya imunisasi untuk kesehatan bayi adalah merupakan
pengetahuan knowledge. Kemudian ibu bertanya tentang tempat pelayanan imunisasi adalah sebuah kecendrungan untuk melakukan imunisasi yang disebut
sikap attitude.
Universitas Sumatera Utara
b. Perilaku Terbuka Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behaviour”. Contoh: ibu membawa bayi untuk diimunisasi ke tenaga kesehatan.
2.1.2 Domain perilaku
Menurut Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat Bloom 1908, membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan
pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a kognitif cognitive, b afektif affective, c psikomotor psychomotor. Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: a. Pengetahuan Knowledge
1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. 2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. a Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan.
Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada. f Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. b. Sikap Attitude
1 Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo 2012, sikap merupakan reaksi atau respons yang
Universitas Sumatera Utara
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.
“An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency
with regard to social object” Campbell,1950
“Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interation with situational and other dispositional variables,guides
and direct the overt behavior of the individual” Cardno, 1955
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku
yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2 Komponen Pokok Sikap Menurut Notoatmodjo 2012 mengutip pendapat Allport 1954, menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok. a Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c Kecenderungan untuk bertindak tend to behave.
Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya. 3 Tingkatan Sikap
a Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah tentang imunisasi. b Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang
menerima ide tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudaranya dan sebagainya untuk
pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap
positif terhadap kesehatan anak. d Bertanggung Jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu
mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
c. Praktik atau Tindakan Practice Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan support dari
pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.
Universitas Sumatera Utara
1 Respons Terpimpin Guided Response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotong-motongnya, dan segalanya 2 Mekanisme Mecanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang
lain. 3 Adopsi Adoption
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiata-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall.
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik overt
behavior juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku