4. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis yang dapat diduga infeksi HIV antara lain Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011:
a. Keadaan umum:
1 Kehilangan berat badan lebih dari 10 dari berat badan dasar
2 Demam secara terus menerus atau intermiten, suhu oral lebih dari
37,5º C dalam waktu lebih dari satu bulan 3
Diare secara terus menerus atau intermiten selama lebih dari satu bulan 4
Pembengkakan kelenjar limfa meluas b.
Kulit 1
Kulit kering meluas 2
Adanya kutil genital, radang folikel rambut, dan penyakit kulit kronik yang ditandai dengan pengelupasan dan inflamasi pada kulit
c. Infeksi
1 Adanya infeksi jamur seperti kandidiasis oral, peradangan pada bagian
kulit yang banyak memiliki kelenjar minyak, atau kandidiasis vagina berulang
2 Adanya infeksi viral seperti herpes zoster berulang atau melibatkan
lebih dari satu dermatom, herpes genital secara berulang, infeksi kulit yang disebabkan oleh virus, dan kutil kelamin.
d. Gangguan pernafasan
1 Batuk lebih dari satu bulan
2 Sesak nafas
3 Tuberkulosis
4 Pneumonia berulang
5 Sinusitis kronis atau berulang
e. Gejala Neurologis
1 Nyeri kepala yang semakin parah terus menerus dan tidak jelas
penyebabnya 2
Kejang demam dan menurunnya fungsi kognitif
5. Kandidiasis Sebagai Infeksi Oportunistik HIV
Candida adalah organisme yang terdapat baik pada orang sehat
maupun pada orang yang sakit. Candida dapat ditemukan pada kulit atau di dalam rongga mulut, dan tidak selalu menunjukkan bahwa terjadi infeksi dalam
bagian tersebut. Pasien AIDS kerap mendapat diagnosis klinik berupa kandidiasis oral jika ditemukan plak berwarna putih susu pada permukaan
mukosa mulut. Adanya depresi progresif dan disregulasi sel Langerhans yang berada di membran mukosa oleh karena infeksi HIV dapat menurunkan
pertahanan tubuh terhadap antigen candida, ditambah dengan adanya penurunan yang progresif dari jumlah limfosit CD4, maka imunitas adaptif
terhadap candida akan semakin menurun pula. Karakteristik yang dapat ditemukan pada permukaan mukosa atau rongga mulut, faring, trakea, bronki,
esofagus, atau vagina jika terinfeksi candida adalah munculnya kandidiasis pseudomembran, kandidiasis eriematosus, angular cheilitis, atau kandidiasis
hiperplastik. Bentuk pseudomembran sebagian besar berwarna putih, membentuk plak pada permukaan mukosa, dan terkadang muncul bercak
seperti keju. Pada bentuk eritematosus, muncul bercak merah pada kulit, sedangkan pada bentuk hiperplastik muncul plak putih yang dapat dihilangkan,
dan angular cheilitis akan muncul pada sudut mulut Klatt, 2013. Infeksi candida terbagi menjadi 4 tahap yaitu masuk dan
menempelnya candida ke dalam jaringan sel inang; invasi candida ke dalam jaringan sel inang; multiplikasi, kolonisasi, dan penyebaran candida pada
jaringan; dan yang terakhir adalah penyingkiran sistem imun sel inang dan perusakan jaringan. Penyakit oleh jamur muncul ketika spora jamur
berpenetrasi menembus barier sel inang ketika terjadi defiensi imunitas atau kondisi lain yang dapat membuat jamur dapat masuk dan tumbuh di dalam
tubuh. Infeksi candida pada sel inang diawali dengan menempelnya candida pada permukaan sel epitel dan penyebaran yang lebih luas pada bagian lain sel
inang. Setelah candida menempel dan menyebar pada sel inang, candidaakan mengubah komponen lingkungan untuk membuat lingkungan yang dapat
mendukung kelangsungan hidupnya. Setelah candida memperoleh lingkungan yang sesuai,candidaakan membentuk pseudohifa dan hifa di dalam jaringan sel
inang untuk meningkatkan virulensinya. Pada sel inang, ion karbon dan metal terdapat dengan jumlah yang amat sedikit sehingga menghasilkan lingkungan
iron-limited . Untuk bertahan hidup, jamur akan mengode mekanisme tertentu
dengan perantaraan siderophores, sebuah kelator besi dengan afinitas yang tinggi, untuk secara efisien mengikat besi ke dalam sitolasma jamur. Setelah
berhasil beradaptasi dengan lingkungan sel inang, candida akan menyebar di dalam tubuh inang ketika terjadi defisiensi sistem imun. Candida yang telah
berkolonisasi dan menyebar juga akan menghancurkan sistem imun dan menyebar ke organ lain melalui berbagai macam mekanisme Khan, et
al .,2010
.
Gambar 3. Proses infeksi Candida albicans Gow, Veerdonk, Brown, dan Netea, 2012
B. Penatalaksanaan Terapi