Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

b. Kebutuhan Sosial Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didiksiswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. c. Kebutuhan intelektual Minat setiap siswa tidak sama dalam hal mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang lain-lain. Minat semacam,ini tidak dapat dipaksakan, agar siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu menjadi penting bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing web binham 2012.

C. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter

Pupuh, F., Suryana, Fatriany, F., 2013, guru menjadi idola dan sangat dihormati peserta didik, oleh karena itu sebaiknya setiap guru memanfaatkan kesempatan lingkungan sekolah sebagai tempat pembinaan watak anak didik. Untuk menciptakan suasana sekolah yang mendukung penerapan karakter akhlak mulia, sebaiknya guru terlebih dahulu perlu mengingat beberapa hal berikut: 1. Pendidikan karakter yang diajarkan oleh guru di kelas merupakan dasar untuk berperilaku yang berbudi luhur, penerapannya di sekolah menjadi tugas setiap guru. Oleh karena perilaku yang sesungguhnya yang ditampilkan oleh peserta didik bukanlah di dalam kelas saja tetapi lebih banyak terjadi di luar kelas. Suasana di luar kelas bebas, kesempatan peserta didik untuk berbuat lebih banyak, baik melalui kegiatan bermain ataupun berbuat sesuatu. Misalnya seorang pesrta didik sambil bermain membuang sampah tidak pada tempatnya, tindakan itu kebetulan terlihat oleh guru matematika, maka guru tersebut berkewajiban menegur peserta didik tersebut agar mengambil sampah itu dan memasukkannya ke tempat sampah. Tidaklah tepat kalau guru tersebut berkata dalam hati bahwa yang harus memperhatikan masalah seperti itu adalah guru Agama atau guru PPKn. Pandangan yang demikian adalah keliru dan tidak mendukung penciptaan suasana yang kondusif dalam penerapan pendidikan karakter luhu di kalangan peserta didik. Penerapan pelajaran karakter di lingkungan sekolah sesungguhnya merupakan tugas semua guru, bukan hanya oleh guru mata pelajaran yang ke dalamnya terintegrasi karakter akhlak mulia. 2. Waktu yang tersedia untuk pendidikan karakter di kelas sangat sedikit sekali. Tidak mungkin dari waktu yang sedikit itu pembelajaran karakter dapat dilakukan dengan sempurna walaupun menggunakan metode yang tepat, karena yang dipentingkan adalah penerapannya dalam perilaku di luar kelas, dalam keadaan yang wajar dan situasi yang lebih bebas. Peserta didik tidak dapat dengan bebas mengaktualisasikan dirinya, berbeda jika mereka sudah berada di luar kelas, misalnya sewaktu mereka sedang bermain. Keadaan di luar kelas inilah yang perlu diperhatikan oleh semua guru.

D. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter

Pada keluarga inti, ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam mendidik anak-anak mereka. Philips Zubaedi 2011 menyarankan bahwa keluarga hendaknya menjadi sekolah kasih sayang school of love, atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang. Menurut Gunadi Zubaedi 2011, ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah-ibu dalam mengembangkan karakter anak: 1. Berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tentram. Tanpa ketentraman, akan sukar bagi anak untuk belajar apa pun dan anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan jiwanya. 2. Menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar dari apa yang terbanyak dilihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orang