Nilai-nilai Karakter Hakikat Pendidikan Karakter

2 Menghargai keberagaman Sikap memberikan respekhormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Selain beberapa nilai karakter yang telah diuraikan diatas, berikut ini beberapa nilai karakter lainnya, yaitu: 1. Nilai Seksualitas Nilai seksualitas yang dimaksud yaitu memahami fungsi dan peran seksualitas sesuai dengan usia. 2. Nilai Gaya Hidup Nilai gaya hidup yang dimaksud yaitu membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhannya. 3. Nilai Teknologi Nilai teknologi yang dimaksud yaitu menyeimbangkan waktu antara belajar dengan bermain. game online, gadget, internet,dll.

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan peserta didik sebagai berikut: a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; c. Menunjukkan sikap percaya diri; d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia; m. Menghargai karya seni dan budaya nasional; n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; u. Memiliki jiwa kewirausahaan Suyanto, 2010.

B. Hakikat Siswa

1. Pengertian Siswa

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu Desmita, 2012.

2. Tugas Perkembangan Siswa SMP

Dilihat dari tahapan yang disetujui oleh para ahli, usia SMP memasuki tahap pubertas. Adapun tugas perkembangan sebagai berikut: a. Berusaha mampu menerima keadaan fisiknya. b. Berusaha mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. c. Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Berusaha mencapai kemandirian emosional. e. Berusaha mencapai kemandirian ekonomi. f. Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Berusaha memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. h. Berusaha mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. i. Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. j. Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Akhmad Sudrajat, 2010

3. Karakteristik Siswa SMP

Menurut Desmita 2012 dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, siswa SMP berada pada tahap perkembangan pubertas 10-14 tahun. Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia SMP ini, yaitu: a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder. c. Kecenderungan ambivalensi, antar keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. d. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa. e. Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan. f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relative sudah lebih jelas.

4. Kebutuhan Siswa

a. Kebutuhan Jasmaniah Kebutuhan yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Di samping itu kebutuhan- kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian, dan sebagainya perlu diperhatikan. b. Kebutuhan Sosial Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didiksiswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. c. Kebutuhan intelektual Minat setiap siswa tidak sama dalam hal mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang lain-lain. Minat semacam,ini tidak dapat dipaksakan, agar siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu menjadi penting bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing web binham 2012.

C. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter

Pupuh, F., Suryana, Fatriany, F., 2013, guru menjadi idola dan sangat dihormati peserta didik, oleh karena itu sebaiknya setiap guru memanfaatkan kesempatan lingkungan sekolah sebagai tempat pembinaan