Pengertian dan Struktur Wacana Wacana Dialog

terjadinya fenomena nggombal, dan jenis-jenis fenomena lingual yang terdapat dalam WG.

1.6.1 Pengertian dan Struktur Wacana

Baryadi dalam Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa 2002 menjelaskan hakikat wacana secara etimologis. Wacana berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta vacana yang berarti ‗bacaan‘ yang kemudian masuk ke dalam kosakata bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana yang memiliki makna ‗bicara, kata, ucapan‘. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang bermakna ‗ucapan, percakapan, tutur yang merupakan suatu kesatuan Tim Penyusun Kamus, 2008: 1612. Kata wacana dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai padanan kata discourse dalam bahasa Inggris Baryadi, 2002: 1. Menurut Kamus Linguistik, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar Kridalaksana, 2008: 231. Wacana dihasilkan oleh proses komunikasi verbal yang berkesinambungan, yaitu dari titik mula, tengah berlangsung, sampai titik akhir. Tahap-tahap komunikasi itu menentukan struktur wacana yang dihasilkannya. Sesuai dengan tahap-tahap komunikasi itu, wacana memiliki bagian-bagian, yaitu bagian awal wacana, bagian tubuh wacana, dan bagian penutup Luxemburg 1984: 100. Sebagai sebuah struktur, setiap bagian wacana memiliki fungsi tersendiri. Bagian awal wacana berfungsi sebagai pembuka wacana, bagian tubuh wacana berfungsi sebagai pemapar isi wacana, dan bagian penutup berfungsi sebagai penanda akhir wacana. Dari ketiga bagian itu, bagian yang wajib ada adalah tubuh wacana. Dua bagian yang lain tidak selalu ada dalam setiap wacana Baryadi, 2002: 14.

1.6.2 Wacana Dialog

Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu i wacana monolog, ii wacana dialog, dan iii wacana polilog. Wacana monolog adalah wacana yang pemproduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana dialog adalah wacana yang pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah sapa-menyapa, tanya jawab, peristiwa tawar-menawar dalam jual beli. Wacana polilog adalah wacana yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur yang lebih. Pemproduksian wacana polilog pada dasarnya sama dengan wacana dialog karena keduanya melibatkan pihak-pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana polilog adalah percakapan, diskusi, rapat, dan musyawarah Baryadi, 2002: 11 —12. WG termasuk dalam jenis wacana dialog. Menurut Wijana 2003:278, berdasarkan elemen-elemen pembentuknya, wacana dialog dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu i wacana dialog sederhana dan ii wacana dialog kompleks. Wacana dialog sederhana adalah wacana dialog yang memiliki struktur elemen minimal, yaitu terdiri dari unsur inisiasi I dan responss R. Inisiasi adalah elemen dialog yang dipergunakan oleh seorang penutur untuk memberikan informasi, perintah atau memancing reaksi dari lawan tuturnya. Sementara itu responss adalah reaksi verbal mitra tutur terhadap inisiasi itu. Bila batas transaksi dilambangkan dengan [ ], dan elemen wacana yang memprediksikan dilambangkan dengan , serta elemen yang diprediksi dengan , maka struktur minimal dialog sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut. [I R]  Contoh: 8 O1 : Nama kamu siapa? I O2 : Sony. R Sementara itu, wacana kompleks adalah wacana yang sekurang-kurangnya terdiri dari elemen inisiasi dan responss ditambah satu atau lebih unsur-unsur yang lain, seperti responss inisiasi RI, dan feed back F. Responss inisiasi adalah elemen wacana yang diutarakan oleh partisipan dialog sebagai responssinisiasi awal terhadap elemen inisiasi. Responssinisiasi terprediksi oleh inisiasi dan memprediksi responss secara langsung mengikutinya. Bila sebuah dialog memiliki elemen inisiasi, respons inisiasi, dan respons maka formulasi elemennya adalah sebagai berikut ini:  [I RI R] Contoh: 9 O1 : Son, masih ada saldo deposit nggak? I O2 : Ada, mau beli berapa? RI O1 : Lima ribu aja ke nomor biasa. R Wacana dialog kompleks yang terdiri dari tiga elemen dapat juga memiliki struktur elemen inisiasi, respons, dan feed back. Elemen yang terakhir ini bersifat opsional. Kehadirannya hanya sebagai kelanjutan dari respons yang diberikan oleh lawan tutur. Karena kehadirannya yang bersifat terprediksi, atau memprediksi ujaran sebelum dan sesudahnya, formulasi wacana yang berelemen inisiasi, respons, dan feed back dapat digambarkan sebagai berikut ini Wijana, 2003: 283 —285:  [I R F ] Contoh: 10 O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I O2 : Bekerja, Bu. R O1 : Okelah kalo begitu. F Tuturan terakhir dari O1 disebut F karena apabila tuturan tersebut dihilangkan, wacana dialog 11 tidak mempengarui keutuhan wacana. Perhatikan contoh berikut. 11 O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I O2 : Bekerja, Bu. R

1.6.3 Wacana Gombal, Wacana Humor, dan Budaya Populer