Tipe WG Dialog Kompleks

tiga abad. Hal inilah yang menciptakan ketidakterdugaan. Ternyata, ngebuktiin membutuhkan waktu yang lebih lama daripada cinta dan ngejelasin. Ketidakterdugaan muncul ketika O2 mengetahui perbedaan waktu yang dibutuhkan sangat jauh.

2.3.2 Tipe WG Dialog Kompleks

WG yang bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki elemen I, RI, dan R, serta kadang diikuti F seperti yang telah dicontohkan pada bagian sturktur WG di atas. Namun, tidak jarang para peserta tutur memiliki kemungkinan besar untuk mengutarakan elemen-elemen wacana I, RI, R, dan [F] lebih dari sekali. Sehubungan dengan ini, perulangan RI dan F dimarkahi dengan simbol .. n sehingga secara lebih kompleks didapatkan formulasi berikut     [I RI n R F n ] Inisiasi juga dapat diulang kembali dalam sebuah wacana dialog dan ditandai dengan Ir Reinisiasi. Dengan demikian tipe wacana dialog kempleks menjadi lebih beragam. Perhatikan contoh berikut. 29 O1 : Neng, boleh liat tangannya ga? I O2 : Boleh Bang… R O1 : Kok tangan Neng kasar banget sich? Ir O2 : Ah masa sich? RI O1 : Pasti Neng sering nyuci hati aku ya? R Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 22 30 O1 : Say, 1 + 1 berapa? I O2 : 2 Say. R O1 : Salah, mustinya itu 1 Ir O2 : Kok bisa? RI O1 : Karena nanti cintamu dan cintaku akan melebur jadi satu. R O2 : Ah Say bisa aja dech.. F Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 24 31 O1 : Halo, bisa bicara dengan Dita? I O2 : Ya, saya sendiri, dari mana ya? RI O1 : Oh, kebetulan, ini dari kepolisian mbak. Mbak ditangkap atas tuduhan pencurian Ir O2 : Hah Pencurian? Pencuri apa? Saya ga ngerasa mencuri RI 2 O1 : Pencuri hatiku…. R Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 25 Berbeda dengan tipe wacana dialog sederhana, ketidakterdugaan dalam tipe wacana dialog kompleks terletak pada fungsi R yang terakhir. Semua fungsi sebelum R yang terakhir pada contoh-contoh di atas memiliki fungsi sebagai pengantar yang membangun sebuah persepsi yang nantinya akan dibelokkan oleh O1 di bagian R terakhir. Dalam wacana 29 misalnya, O1 berhasil membangun persepsi O2 tentang pencurian dalam arti denotatifnya. Ketidakterdugaan tercipta ketika O1 membelokkan persepsi tersebut dengan R terakhir: Pencuri hatiku yang memiliki makna kiasan.

2.4 Rangkuman