Wacana dialog kompleks yang terdiri dari tiga elemen dapat juga memiliki struktur elemen inisiasi, respons, dan feed back. Elemen yang terakhir ini bersifat
opsional. Kehadirannya hanya sebagai kelanjutan dari respons yang diberikan oleh lawan tutur. Karena kehadirannya yang bersifat terprediksi, atau
memprediksi ujaran sebelum dan sesudahnya, formulasi wacana yang berelemen inisiasi, respons, dan feed back dapat digambarkan sebagai berikut ini Wijana,
2003: 283 —285:
[I R F ]
Contoh: 10
O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I
O2 : Bekerja, Bu.
R O1
: Okelah kalo begitu. F
Tuturan terakhir dari O1 disebut F karena apabila tuturan tersebut dihilangkan, wacana dialog 11 tidak mempengarui keutuhan wacana. Perhatikan
contoh berikut. 11
O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I
O2 : Bekerja, Bu.
R
1.6.3 Wacana Gombal, Wacana Humor, dan Budaya Populer
Sebelum memahami apa itu WG, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari gombal. Gombal dalam KBBI Tim Penyusun Kamus, 2008: 458
menjadi dua lema yang berbeda. Lema pertama memaknai gombal sebagai ‗kain
tua yang sudah sobek- sobek‘, sementara lema kedua memaknai gombal sebagai
‗bohong, omong kosong, rayuan‘. Kata gombal pada lema kedua dapat diturunkan
menjadi bentuk yang lebih kompleks menjadi gombalan yang berarti ‗ucapan
yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan, dan omongan bohong. Kata benda gombal bila mendapatkan imbuhan meN- menjadi menggombal dapat
diartikan sebagai ‗melakukan aktivitas menggunakan gombal yang berarti bohong, omong kosong, dan rayuan‘.
Berbagai artikel online mendefinisikan pengertian gombal dan nggombal. Gombal adalah kata dari bahasa Indonesia yang mengekspresikan sesuatu yang
tidak berguna atau tidak berarti. Dalam bahasa Inggris, artinya hampir sama dengan arti kata shit atau bullshit. Kata-kata gombal digunakan oleh seseorang
biasanya pria untuk merayu, menggoda, dan atau mencari perhatian orang lain terutama lawan jenis. Namun, saat sekarang ini juga banyak digunakan hanya
untuk hiburan http:id.wikipedia.orgwikiGombal. WG termasuk bagian dari wacana humor. Berbicara tentang humor
sebagai wacana, Raskin dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 139 membedakan wacana biasa dengan wacana humor. Wacana biasa terbentuk dari proses
komunikasi yang bonafid bonafide process of communication, sedangkan wacana humor terbentuk dari proses komunikasi yang tidak bonafid non-
bonafide process of communication. Oleh karena itu, wacana humor sering kali menyimpang dari aturan-aturan berkomunikasi yang digariskan oleh prinsip-
prinsip pragmatik, baik yang bersifat tekstual maupun interpersonal Nelson dikutip Wijana dan Rohmadi, 2009: 139
WG akhirnya menjadi suatu hiburan ringan yang mempublik. Bergesernya fungsi WG tersebut tak lepas dari peran media massa, khususnya televisi dan
media online yang memberikan banyak ruang bagi WG sebagai hiburan. Seiring berkembangnya WG sebagai hiburan, WG pun menjadi apa yang disebut trend
center dan menjadikannya bagian dari budaya populer. Frasa budaya populer terdiri dari dua kata yaitu budaya dan populer.
Dalam KBBI, budaya diartikan sebagai ‗pikiran‘ atau ‗akal budi‘ Tim Penyusun
Kamus, 2008: 226. Sementara itu kata populer memiliki makna i ‗dikenal dan
disukai orang banyak um um‘; ii ‗sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya; mudah dipahami orang banyak‘; iii disukai dan dikagumi orang banyak Ibid., hlm. 1120. Adapun budaya populer adalah
‗budaya yang diproduksi secara komersial, massal, dan menjadi ikon budaya massa
‘ Ibid., hlm. 226.
Menurut Williams 1983: 237 dalam bukunya Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, budaya populer memiliki ciri-ciri i disukai banyak orang;
ii jenis kerja rendahan; iii karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; iv budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.
Meminjam dikotomi dalam dunia sastra, dikenal pembedaan sastra serius dan sastra populer seperti yang dibahas oleh Nurgiyantoro 2007. Ciri-ciri sastra
populer memiliki kemiripan dengan ciri-ciri budaya populer yang diutarakan oleh Williams di atas. Mengutip pendapat Umar Kayam, Nurgiyantoro menyatakan
beberapa ciri- ciri sastra populer, antara lain i mengikuti ―selera populer‖ atau
selera orang banyak, ii diproduksi untuk dijadikan ―barang dagangan populer‖ atau bersifat komersial, iii menampilkan masalah yang aktual namun hanya
sebatas pada tingkat permukaan, iv bersifat sementara, v memberikan hiburan semata.
1.6.4 Prinsip Kerja Sama