22 O1
: Dek, bisa tunjukin kakak jalan ga? I
O2 : Jalan kemana Kak?
RI O1
: Ke hati Adek. R
Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 20
Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa struktur WG terdiri dari dua elemen pokok, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan. Pengantar merupakan
bagian WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi tentang sesuatu. Ketika masuk ke WG, bagian pengantar membuat mitra tutur merasa penasaran; rasa
keingintahuannya terpancing. Sementara itu, ketidakterdugaan merupakan bagian WG yang berfungsi membelokkan persepsi yang telah dibangun di bagian
pengantar untuk menghasilan ―nilai rasa gombal‖ dan efek jenaka.
2.3 Tipe-Tipe WG
WG dapat dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan kelengkapan dan jumlah elemen-elemen sebuah wacana dialog. Ada dua jenis wacana dialog, yaitu
wacana dialog sederhana dan wacana dialog kompleks. Wacana dialog sederhana hanya memiliki unsur I dan R, sedangkan wacana dialog kompleks memiliki
elemen I, RI, R, dan kadang F. Berikut dipaparkan tipe-tipe WG.
2.3.1 Tipe WG Dialog Sederhana
Menurut Wijana 2004: 278, wacana dialog sederhana hanya memiliki elemen I dan R. Namun, sepertinya hal tersebut tidak sepenuhnya tepat bagi WG
tipe ini. WG berupa wacana dialog sederhana memiliki elemen I dan dan F karena
respons dari mitra tutur hanya berupa ungkapan ekspresi perasaan semata. Perhatikan contoh berikut.
23 O1
: Butuh tiga detik untuk bilang aku cinta kamu. Tiga jam untuk ngejelasin.
Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya.. I
O2 : Gitu ya
? Makasi Sayank…. F
Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 21
24 O1
: Kalau aku harus memilih, antara bernafas dan mencintaimu,
aku akan menggunakan nafas terakhirku untuk bilang ―Aku cinta kamu‖
I O2
: Oya? So sweet… Jadi terharu… F
Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 22
25 O1
: Jatuh cinta denganmu bikin aku semangat kerja di kantor, bikin aku menari tiap kali mendengar suara mesin
fotokopi, bikin aku tersenyum saat dimarahin bos.
Dan bikin hari Sabtu jadi hari yang paling kutunggu- tunggu..
I O2
: Makasii… F
Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 15
Respons dari O2 pada ketiga wacana di atas lebih bersifat F daripada R karena I yang diutarakan O1 memang tidak wajib menuntut adanya R. Inisiasi
pada ketiga wacana di atas berupa pujian yang bersifat berlebihan kepada O2 sehingga O2 merasa tersanjung dan kemudian memberikan tanggapan berupa
ungkapan ekspresif atas perasaannya. Selain itu, terdapat pula WG bertipe wacana dialog sederhana yang O2-
nya tidak sekadar memberikan tanggapan berupa ungkapan ekspresif, tetapi juga memberikan F berupa pertanyaan retoris seperti pada contoh berikut.
26 O1
: Cintaku untuk kamu seperti angin. Kamu ga akan pernah bisa lihat,
tapi kamu bisa selalu merasakannya I
O2 : Tapi bukan kentut kan?
F Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27
27 O1
: Hari di mana aku jatuh cinta sama kamu adalah hari di mana aku mulai hidup.
I O2
: Kemaren ngapain? F
Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27
28 O1
: Kamu adalah hal pertama yang ada di pikiranku saat aku bangun, dan hal terakhir
di hatiku saat aku tidur I
O2 : Bantal apa guling ya?
F Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27
Tanggapan O2 pada ketiga wacana di atas tetap disebut F karena
keberadaannya tidak wajib. Hal yang paling pokok hanya terdapat pada elemen I. Ketidakterdugaan dalam WG yang berupa dialog sederhana terletak pada
dialog yang memiliki fungsi I. Jadi, baik pengantar maupun ketidakterdugaannya berada di dialog pertama. Dalam wacana 21 misalnya, dialog yang memiliki
fungsi I terdiri dari tiga bagian, yaitu a Butuh tiga detik untuk bilang aku cinta kamu, b Tiga jam untuk ngejelasin, c Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya.
Dua kalimat pertama berfungsi sebagai pengantar, sedangkan kalimat ketiga memiliki fungsi memunculkan ketidakterdugaan. Ketiga kalimat ini
memiliki unsur kata tiga dengan satuan yang berbeda: tiga detik, tiga jam, dan tiga abad; serta kata kerja yang berbeda: cinta, ngejelasin, ngebuktiin. Selisih tiga
detik dan tiga jam pada kalimat pertama dan kedua tidak terlalu jauh, tetapi selisih kalimat ketiga sangat jauh dibandingkan dua kalimat sebelumnnya, yaitu
tiga abad. Hal inilah yang menciptakan ketidakterdugaan. Ternyata, ngebuktiin membutuhkan waktu yang lebih lama daripada cinta dan ngejelasin.
Ketidakterdugaan muncul ketika O2 mengetahui perbedaan waktu yang dibutuhkan sangat jauh.
2.3.2 Tipe WG Dialog Kompleks