Teori Implementasi Kebijakan Implementasi Kebijakan

12

a. Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Riant Nugroho, 2009: 494 Riant Nugroho 2009: 503-515 mengatakan ada 9 model dalam mengimplementasikan kebijakan. Sebagai berikut: 1 Model Van Meter dan Van Horn Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. 2 Model Mazmanian dan Sabatier Model ini disebut model Kerangka Analisis Implementasi A Framework for Implementation Analysis. Duet kedua tokoh ini mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabel independen yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksnaan, keragaman objek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. Kedua, variabel intervening yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan. Ketiga, variabel dependen yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan—pemahaman dari lembagabadan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah pada 13 revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar. 3 Model Hogwood dan Gunn Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat. Pertama, jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar. Kedua, untuk melaksanakannya tersedia sumber daya yang memadai, termasuk sumber daya waktu. Ketiga, perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada. Keempat, kebijakan yang diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal atau dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi. Kelima, semakin sedikit hubungan ―sebab-akibat‖, semakin tinggi pula hasil yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut dapat dicapai. Keenam, jika hubungan saling ketergantungan tinggi, implementasi tidak akan dapat berjalan secara efektif apalagi jika hubungannya adalah hubungan kebergantungan. Ketujuh, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Kedelapan, tugas-tugas dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Kesembilan, komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Kesepuluh, pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. 14 4 Model Goggin Model ini disebut “communication model”. Mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan yang ―lebih ilmiah‖ dengan mengedepankan pendekatan ―metode penelitian‖ dengan adanya variabel independen, interventing, dan dependen, dan meletakkan faktor ―komunikasi‖ sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan. 5 Model Grindle Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. 6 Model Elmore, dkk. Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah. 7 Model Edward Edward menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication komunikasi, resource sumber daya pendukung, disposition or attitudes kesediaan implementator, dan bureaucratic structure organisasi birokrasi. 15 8 Model Nakamura Smallwood Model ini menggambarkan keterkaitan antara pembentukan kebijakan dalam implementasi kebijakan secara praktikal dan detail, sehingga model ini relatif relevan diimplementasikan pada semua bentuk kebijakan. 9 Model Jaringan Model ini memahami bahwa proses implementasi kebijakan adalah sebuah complex of interaction di antara sejumlah besar aktor yang berada dalam suatu jaringan network aktor-aktor yang independen. Interaksi di antara para aktor dalam jaringan tersebutlah yang akan menentukan bagaimana implementasi harus dilaksanakan, permasalahan-permasalahan yang harus dikedepankan, dan diskresi- diskresi yang diharapakan menjadi bagian penting di dalamnya. Dari berbagai model atau teori implementasi kebijakan di atas dapat disimpulkan bahwa model atau teori yang telah ada dapat membantu para pengambil kebijakan untuk dapat mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan kondisi atau permasalah yang terjadi, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dengan kebijakan yang tepat.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi