48 hukum yang mempunyai bata-batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sakinah Nadir 2013: 4 menyatakan, makna dasar otonomi
daerah adalah adanya suatu kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan-kebijakan sendiri yang ditujukan bagi
perlaksanaan roda pemerintahan daerahnya sesuai dengan aspirasi masyarakatnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah merupakan kewenangan atau pelimpahan kekuasaan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur serta mengurus daerahnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat, karena
masyarakat merupakan salah satu komponen dalam pembuatan kebijakan pendidikan pada daerah otonom.
b. Dasar Hukum Otonomi Daerah
Pada tanggal 2 Januari 2001 yang lalu, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi telah menyatakan dimulainya pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor
49 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Sjafrizal, 2014: 13-14. Sjafrizal 2014: 107 menyatakan, keinginan untuk mewujudkan
otonomi daerah di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, otonomi
daerah sudah sejak semula didambakan oleh bangsa Indonesia dan diharapkan akan dapat dilaksanakan sesegera mungkin.
Pelaksanaan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan dengan lancar jika tidak ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan
masyarakat. Karena masyarakat merupakan sumber daya yang menjadi bagian dalam pembangunan, sehingga partisipasi masyarakat
merupakan hal yang penting. Jadi, dengan adanya dasar hukum otonomi daerah sistem
pemerintahan akan menjadi lebih terarah dan dinamis sehingga pemerintah akan mudah dalam mengatur dan mengelola daerahnya
disesuaikan dengan kemampuan daerah.
c. Otonomi Daerah dan Kebijakan Pendidikan
Kebijakan otonomi daerah melahirkan pula kebijakan pendidikan guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan daerahnya.
Kebijakan pendidikan yang dibuat dan diputuskan berdasarkan kebutuhan dari pendidikan itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah mengatur dan mengurus segala bidang. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Dalam bidang
50 pendidikan, pemerintah daerah dapat membuat kebijakan-kebijakan.
Menurut Silfia Hanani 2013: 109: Sudah saatnya diagendakan kembali pendidikan akhlak dengan
kurikulum yang jelas. Salah satunya berdasarkan pendekatan- pendekatan kearifan lokal. Tujuannya adalah melakukan
transformasi dan perubahan perilaku serta membangun karakteristik individual yang sesuai dengan norma-norma. Oleh
sebab itu, penyusunan pendidikan akhlak berbasis kearifan lokal adalah hal yang perlu apalagi di Indonesia yang memiliki beribu-
ribu etnis dan budaya. Supaya pendidikan akhlak tidak berada dalam ranah profane dan dapat mencapai sasaran tujuannya maka
sangat diperlukan penyusunan kurikulum dari pendidikan akhlak itu sendiri. Dalam konteks Indonesia, sebagai Negara multietnis
dan multibudaya lokal maka penyusunan kurikulum pendidikan akhlak dapat dilakukan melalui kearifan lokal. Kearifan lokal ini
biasanya bersinergi dengan ajaran-ajaran agama masyarkat setempat.
Berdasarkan hasil penelitian disertasi oleh Baedhowi 2004: 3, diusulkan untuk memperhatikan beberapa faktor yang berpotensi
mempengaruhi implementasi otonomi daerah bidang pendidikan di kabupatenkota, yaitu: 1 politik, 2 translation ability, 3
komitmen, 4 kompetensi dan kapasitas sumberdaya manusia, 5 organisasi dan manajemen, 6 dana penunjang, 7 sarana dan
prasarana, 8 budaya dan karakterstik masyarakat, dan 9 kepastian hukum dan undang-undang yang menjadi dasar implementasi.
Maka, dalam kebijakan otonomi daerah, pemerintah memberlakukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Kebijakan pendidikan dibuat dan dilaksanakan berdasarkan akan kebutuhan dan
melibatkan masyarakat setempat.
51
d. Dampak Otonomi Daerah terhadap Pendidikan