Buku Siswa KELAS X MA
108
Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Menurut Ahmad Amin, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa
manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni
baik dan buruk.
b. Tokoh
1 Ma’bad al-Juhani 2 Ghailan al-Dimasyqi
c. Doktrin Ajaran
Menurut Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islām, menyebutkan pokok-pokok
ajaran Qadariyah sebagai berikut : 1 Orang yang berdosa besar itu bukanlah kair, dan bukan mukmin, tapi fasik dan
orang fasik itu masuk neraka secara kekal. 2 Allah Swt.. tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia yang
menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk atas segala amal perbuatannya
yang salah dan dosa karena itu pula, maka Allah berhak disebut adil. 3 Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa atau satu dalam arti bahwa
Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seperti al-ilm, al-hayat, mendengar dan melihat
yang bukan dengan dzat-Nya sendiri. Menurut mereka Allah Swt., itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan melihat dengan dzat-Nya sendiri.
4 Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya
segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
6. Aliran Mu’tazilah a. Pengertian
Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih pada tahun 120 H. Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata
i’tizāl yang artinya memisahkan diri, pada mulanya nama ini diberikan oleh orang dari luar Mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin Atha’, tidak sependapat dan
memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian disetujui oleh pengikut Mu’tazilah dan digunakan sebagai nama dari
bagi aliran teologi mereka.
109
ILMU KALAM Kurikulum 2013
b. Tokoh
1 Washil bin Atha’ 2 Abu Huzail al-Allaf
3 Al-Nazzam 4 Abu Hasyim al-Jubba’i
c. Doktrin Ajaran
1 At-Tauḥīd Keesaan Allah
Meyakini sepenuhnya hanya Allah Swt. yang Maha Esa. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Mereka menganggap konsep tauhid ini yang paling murni sehingga
mereka senang disebut ahlut tauḥīd pembela tauhid. Dalam mempertahankan
paham keesaan Allah Swt., mereka meniadakan segala sifat Allah, yaitu bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat yang berdiri di luar Dzat-Nya. Kaum Mu’tazilah
enggan mengakui adanya sifat Tuhan dalam pengertian sesuatu yang melekat pada Dzat Tuhan. Jika Tuhan dikatakan Maha Mengetahui maka itu bukan sifat-Nya tapi
Dzat-Nya. Mu’tazilah juga meyakini bahwa al-Quran adalah mahluk. 2
Al-‘Adl Keadlilan Tuhan Paham keadilan yang dikehendaki Mu’tazilah adalah bahwa Allah Swt. tidak
menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-laranganNya
dengan qudrah kekuasaan yang ditetapkan Allah Swt. pada diri manusia itu. Allah
tidak memerintahkan sesuatu kecuali menurut apa yang dikehendakiNya. Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak tahu menahu
bebas dari keburukan-keburukan yang dilarang-Nya. Dengan pemahaman demikian, maka tidaklah adil bagi Allah Swt. seandainya
Ia menyiksa manusia karena perbuatan dosanya, sementara perbuatan dosanya itu dilakukan karena diperintah Tuhan. Tuhan dikatakan adil jika menghukum orang
yang berbuat buruk atas kemauannya sendiri. 3
Al-Wa’d wa al-Wa’īd Janji dan Ancaman Al-wa’du wa al-wa’īd janji dan ancaman, bahwa wajib bagi Allah Swt. untuk
memenuhi janji-Nya al-wa’d bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam
surga, dan melaksanakan ancaman-Nya al-wa’īd bagi pelaku dosa besar walaupun
di bawah syirik agar dimasukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah Swt. untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut
dengan Wa’idiyyah.
Buku Siswa KELAS X MA
110
4 Al-Manzilah bain al-Manzilatain Posisi diantara dua tempat
Adalah suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah fasiq, tidak dikatakan
beriman dan tidak pula dikatakan kair, dia tidak berhak dihukumkan mukmin dan tidak pula dihukumkan Kair.
5 Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam pandangan Mu’tazilah, dalam keadaan normal pelaksanaan
al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar itu cukup dengan seruan saja, tetapi dalam keadaan
tertentu perlu kekerasan.
7. Aliran Ahlus Sunnah Wal JamaahSunni