upaya mendukung manajemen DM secara intensif untuk kontrol metabolik yang optimal, dan integrasi penuh ke dalam kegiatan perawatan kehidupan pasien.
2.3.6. Pelaksanaan DSME DSME dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, baik di klinik
maupun komunitas Norris et.al., 2002. Pelaksanaan DSME dapat dilakukan sebanyak 4 sesi dengan durasi waktu antara 1-2 jam untuk tiap sesi Central
Dupage Hospital, 2011, yaitu: a.
Sesi 1 membahas pengetahuan dasar tentang DM definisi, etiologi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, pencegahan,
pengobatan, komplikasi; b.
Sesi 2 membahas pengaturan nutrisidiet dan aktivitaslatihan fisik yang dapat dilakukan;
c. Sesi 3 membahas perawatan kaki dan monitoring yang perlu dilakukan; dan
d. Sesi 4 membahas manajemen stress dan dukungan psikososial, dan akses
pasien terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.
2.4. Efikasi Diri
2.4.1. Definisi Efikasi diri Menurut Bandura 1977 efikasi diri adalah keyakinan seorang individu
mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yangdiperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Efikasi diri yakni keyakinan bahwa
seseorang bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura 28
Universitas Sumatera Utara
Santrock, 2007 mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku.
Efikasi diri pertama dikemukakan oleh Bandura yang merupakan teori kognitif sosial social cognitif theory. Teori ini memandang pembelajaran
sebagai penguasaan pengetahuan melalui proses kognitif informasi yang diterima. Dimana sosial mengandung pengertian bahwa pemikiran dan kegiatan manusia
berawal dari apa yang dipelajari dalam masyarakat. Sedangkan kognitif mengandung pengertian bahwa terdapat kontribusi influensial proses kognitif
terhadap motivasi, sikap, perilaku manusia. Secara singkat teori ini menyatakan, sebagian besar pengetahuan dan perilaku anggota organisasi digerakkan dari
lingkungan, dan secara terus menerus mengalami proses berpikir terhadap informasi yang diterima. Sedang proses kognitif setiap individu berbeda
tergantung keunikan karakteristik personalnya Chairulmuslimna, 2009 2.4.2. Proses Pembentukan efikasi diri
Proses efikasi diri mempengaruhi fungsi manusia bukan hanya secara langsung, tetapi juga mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap faktor lain.
Secara langsung, proses efikasi diri mulai sebelum individu memilih pilihan mereka dan mengawali usaha mereka. Yang penting, langkah awal dari proses
tersebut tidak begitu berhubungan dengan kemampuan dan sumber individu, tetapi lebih pada bagaimana mereka menilai atau meyakini bahwa mereka dapat
menggunakan kemampuan dan sumber mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bandura 1994 efikasi diri mengatur manusia melalui empat proses utama yaitu :
a. Proses Kognitif
Efikasi diri mempengaruhi proses berpikir yang dapat meningkatkan atau mempengaruhi performance dan bisa muncul dalam berbagai bentuk, antara lain
konstruksi kognitif dan inferential thinking. Konstruksi Kognitif merupakan Sebagian besar tindakan yang pada
awalnya dibentuk dalam pikiran konstruksi kognitif tersebut kemudian hadir sebagai penuntun tindakan. Keyakinaan orang akan efikasi diri nya akan
mempengaruhi bagaimana mereka menafsirkannya situasi dan tipe-tipe skenario pengantisipasi dan menvinsualisasikan masa depan yang mereka gagas. Orang
memiliki efikasi diri yang tinggi akan memandang situasi yang dihadapi sebagai sesuatu yang menghadirkan kesempatan yang dapat dicapai.
Inferential Thinking dimana sebagai fungsi utama berfikir adalah agar orang mampu untuk memprediksi hasil dari berbagai tindakan yang berbeda dan
untuk menciptakan kontrol terhadap hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya, ketrampilan-ketrampilan dalam problem solving memerlukan pemrosesan kognitif
dari berbagai informasi yang kompleks, ambigu dan tidak pasti, secara efektif fakta bahwa faktor-faktor prediktif yang sama mungkin memiliki predictor yang
berbeda menciptakan suatu ketidakpastian efikasi diri yang tinggi diperlukan dalam menghadapi berbagai ketidak pastian.
Universitas Sumatera Utara
b. Proses Motivasional
Kemampuan untuk memotivasi diri dan melakukan tindakan yang memiliki tujuan berdasarkan pada aktivitas kognitif. Orang memotivasi dirinya
dan membimbing tindakannya melalui pemikirannya. Mereka membentuk keyakinan bahwa diri mereka bisa dan mengantisipasi berbagai kemungkinan
outcome positif dan negatif, dan mereka menetapkan tujuan dan merencanakan tindakan yang dibuat untuk merealisasikan nilai-nilai yang diraih dimasa depan
dan menolak hal-hal yang tidak diinginkan. c.
Proses Afektif Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dipengaruhi seberapa
banyak tekanan yang dialami ketika menghadapi situasi-situasi yang mengancam. Reaksi-reaksi emosional tersebut dapat mempengaruhi tindakan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui pengubahan jalan pikiran. Orang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang mengancam, menunjukkan
kemampuan oleh karena itu tidak merasa cemas atau terganggu oleh ancaman- ancaman yang dihadapinya, sedangkan orang yang merasa bahwa dirinya tidak
dapat mengontrol situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi.
d. Proses Seleksi
Dengan menyeleksi lingkungan, orang mempunyai kekuasaan akan menjadi apa mereka. Pilihan
–pilihannya dipengaruhi oleh keyakinan kemampuan personalnya. Orang akan menolak aktivitas-aktivitas dan lingkungan yang mereka
yakini melebihi kemampuan mereka, tetapi siap untuk melakukan aktivitas dan 31
Universitas Sumatera Utara
memilih lingkungan sosial yang mereka nilai dapat mereka atasi semakin tinggi penerimaan efikasi diri, semakin menantang aktivitas yang mereka pilih.
2.4.3. Sumber efikasi diri Efikasi diri seseorang berkembang melalui empat sumber utama yaitu
pengalaman pribadi pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi verbal serta kondisi fisik dan emosional Bandura, 1994:
a. Pengalaman langsung dan pencapaian prestasi
Hal ini merupakan cara paling efektif untuk membentuk efikasi diri yang kuat. Seseorang yang memiliki pengalaman sukses cenderung menginginkan hasil
yang cepat dan lebih mudah jatuh karena kegagalan. Beberapa kesulitan dan kegagalan diperlukan untuk membentuk individu yang kuat dan mengajarkan
manusia bahwa kesuksesan membutuhkan suatu usaha, seseorang yang memiliki keyakinan akan sukses mendorongnya untuk bangkit dan berusaha untuk
mewujudkan kesuksesan tersebut. b.
Pengalaman orang lain Seseorang dapat belajar dari pengalaman orang lain dan meniru
perilakunya untuk mendapatkan seperti apa yang didapatkan oleh orang lain. c.
Persuasi Verbal Persuasi verbal dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak atau
berperilaku. Dengan persuasi verbal, individu mendapat sugesti bahwa ia mampu mengatasi masalah
–masalah yang akan dihadapi. Seseorang yang senantiasa diberikan keyakinan dengan dorongan untuk sukses, maka akan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
perilaku untuk mencapai kesuksesan tersebut dan sebaliknya seseorang dapat menjadi gagal karena pengaruh atau sugesti buruk dari orang lain dan
lingkungannya. d.
Kondisi fisik dan emosional Hambatan yang dapat mempengaruhi efikasi diri antara lain nyeri,
kelemahan, dan ketidaknyamanan demikian juga dengan kondisi fisik dan emosional dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan terkait
efikasi dirinya. 2.4.4. Dimensi Efikasi Diri
Bandura 1977 mengajukan tiga dimensi efikasi diri, yakni: 1 Magnitude, yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, sejauh mana individu merasa
mampu dalam melakukan berbagai tugas dengan derajat tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit; 2 Generality, sejauh mana
individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga dalam serangkaian
tugas atau situasi yang bervariasi. 3 Strength, kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki.
2.4.5. Faktor yang mempengaruhi efikasi diri Perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan efikasi diri. Oleh
karena itu, efikasi diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan maupun diturunkan, tergantung pada sumbernya. Apabila sumber efikasi diri berubah maka perubahan
perilaku akan terjadi. 33
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah sumber-sumber efikasi diri Alwisol, 2006, antara lain : a.
Pengalaman Performansi Performance Accomplishment Keberhasilan dan prestasi yang pernah dicapai dimasa lalu dapat
meningkatkan efikasi diri seseorang, sebaliknya kegagalan menghadapi sesuatu mengakibatkan keraguan pada diri sendiri self doubt. Sumber ini merupakan
sumber efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya untuk mengubah perilaku. Pencapaian keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda,
tergantung proses pencapaiannya Proses pencapaiannya terdiri dari 6 yaitu: Keberhasilan mengatasi tugas
yang sulit bahkan sangat sulit, akan meningkat efikasi diri individu. Bekerja sendiri, lebih meningkatkan self-efficacy dibandingkan bekerja kelompok atau
dibantu orang lain. Kegagalan menurunkan efikasi diri, meskipun seorang individu merasa sudah bekerja sebaik mungkin. Kegagalan yang terjadi ketika
kondisi emosi sedang tertekan dapat lebih banyak pengaruhnya menurunkan efikasi diri, dibandingkan bila kegagalan terjadi ketika individu sedang dalam
kondisi optimal. Kegagalan sesudah individu memiliki efikasi diri yang kuat, dampaknya tidak akan seburuk ketika kegagalan tersebut terjadi pada individu
yang efikasi diri-nya belum kuat. Individu yang biasanya berhasil, sesekali mengalami kegagalan, belum tentu akan mempengaruhi efikasi diri-nya.
b. Pengalaman Vikarius Vicarious Experiences
Efikasi diri dapat terbentuk melalui pengamatan individu terhadap kesuksesan yang dialami orang lain sebagai model sosial yang mewakili dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman tidak langsung meningkatkan kepercayaan individu bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama seperti model yang diamati saat dihadapkan
pada persoalan yang setara. Intensitas efikasi diri dalam diri individu ditentukan oleh tingkat kesamaan dan kesesuaian kompetensi yang ada dalam model terhadap
diri sendiri. semakin setara kompetensi yang dimaksud maka individu akan semakin mudah merefleksikan pengalaman model social sebagai takaran
kemampuan yang ia miliki. Dalam proses atensi individu melakukan pengamatan terhadap model sosial yang dianggap merepresentasikan dirinya. Kegagalan dan
kesuksesan yang dialami model sosial kemudi c.
Persuasi Sosial Social Persuasion Akan lebih mudah untuk yakin dengan kemampuan diri sendiri, ketika
seseorang didukung, dihibur oleh orang-orang terdekat yang ada disekitarnya. Akibatnya tidak ada atau kurangnya dukungan dari lingkungan sosial juga dapat
melemhkan efikasi diri. Bentuk persuasi sosial bisa bersifat verbal maupun non verbal, yaitu berupa pujian, dorongan dan sejenisnya. Efek dari sumber ini
sifatnya terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang sekitar akan memperkuat efikasi diri. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi
dan dukungan realistis dari apa yang dipersuasikan. d.
Keadaan Emosi Emotional and Psychological Keadaan emosi yang mengikuti suatu perilaku atau tindakan akan
mempengaruhi efikasi diri pada situasi saat itu. Emosi takut, cemas, dan stress yang kuat dapat mempengaruhi efikasi diri namun, bisa juga terjadi peningkatan
emosi yang tidak berlebihan. Begitu juga dengan kondisi fisiologis, ketika 35
Universitas Sumatera Utara
terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan stamina yang kuat, namun tubuh merasa mudah lelah, nyeri atau pegal dapat melemahkan efikasi diri karena
merasa fisik tidak mendukung lagi. Sehingga peningkatan efikasi diri dapat dilakukan dengan menjaga dan meningkatkan status kesehatan fisik.
2.4.6. Perkembangan efikasi diri selama masa kehidupan a.
Bersumber dari diri sendiri origins of sense of personal agency Bayi yang baru dilahirkan akan mengembangkan rasa keberhasilannya
melalui eksplorasi bagaimana pengalaman yang memberikan efek terhadap lingkungan sekitarnya. Getaran pada box bayi atau tangisan akan membawa orang
dewasa mendekatinya sehingga bayi belajar bahwa tindakan akan menghasilkan efek. Bayi yang berhasil mengendalikan peristiwa lingkungannya akan menjadi
lebih perhatian terhadap prilakunya sendiri dan merasa berbeda dengan bayi yang lainnya Bandura, 1994
b. Efikasi diri yang bersumber dari keluarga Familial sources of self-efficacy
Bayi dan anak-anaknya harus terus belajaruntuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan fisik untuk mengetahui dan mengelola
berbagai situasi social. Perkembangkan kemampuan sensori motorik akan memperluas lingkungan kemampuan eksplorasi bayi dan anak-anak dalam
bermain. Tersedianya peluang ini akan memperbesar keterampilan dasar dan rasa keberhasilan. Pengamalan akan kesuksesan dalam menjalankan control pribadi
adalah pengembangan awal kompetensi social dan kognitif yang berpusat di dalam keluarga Bandura, 2004
Universitas Sumatera Utara
c. Memperluas efikasi diri melalui pengaruh kelompok broading of self-
efficacy trough peer influences Seseorang yang masuk dalam sebuah kelompok akan memperluas
kemampuan pengetahuannya. Sebahagian besar pembelajaran sosial akan terjadi di antara anggota kelompok memberikan pengaruh yang besar pada efikasi diri
anggotanya. Anggota kelompok akaPerbedaan usia juga akan mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pengaruh rasa efikasi diri rendah kepada anggota kelompok
akan mempengaruhi efikasi diri anggota kelompok lainya, begitupun sebaliknya Bandura, 1994
d. Sekolah sebagai pembentukan kognitif efikasi diri school of an agency
forndura, cultivating cognitive self-efficacy Sekolah adalah tempat untuk mengembangkan kompetensi kognitif. Anak-
anak menembangkan kompetensi kognitif dan pengetahuannya dalam memecahkan masalah dengan berpartisipasi aktif di masyarakat. Kemampuan
kognitif dan pengetahuan yang dimiliki akan menjadi dasar bagi pembentukan keyakinan akan keberhasilan. Sehingga pengalaman keberhasilan dan kegagalan
yang dialami akan membentuk efikasi diri bagi anak-anak Banura, 1994. e.
Pertumbuhan efikasi diri melalui pengalaman transisi masa remaja Growth of self-efficacy through transitional experience of adolescernce
Remaja belajar memikul penuh tanggung jawab pribadi disemua dimensi kehidupan. Kompetensi baru dan keyakinan akan sebuah keberhasilan perlu terus
dikembangkan. Remaja memperluas dan memperkuat rasa keberhasilannya dengan mencoba menghadapi berbagai peristiwa kehidupan. Keyakinan akan
Universitas Sumatera Utara
efikasi diri dibangun melalui penguasaan pengalaman sebelumnya Bandura, 1994
f. Efikasi diri masa dewasa self-efficacy concerns of adulthood
Dewasa muda adalah masa ketika orang harus belajar memenuhi kebutuhan baru yang timbul karena kemitraan, hubungan perkawinan, orang tua
ataupun pekerjaan. Pemenuhan kebutuhan baru tersebut dapat terpenuhi dengan efikasi diri yang tinggi. Mereka yang memasuki usia dewasa muda dengan
keterampilan yang kurang akan merasa tidak yakin dengan diri sendiri dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan stress dan tekanan.
Pengalaman kemampuan dan keterampilan dalam mengelola motivasi, emosional dan proses berfikir akan meningkatkan pengaturan afikasi diri seseorang
Bandura, 1994 g.
Menilai kembali efikasi diri melalui bertambahnya usia Reappraisals of self- efficacy with advancing age
Dimensi generalisasi berfokus pada kekuatan atau keyakinan dalam melakukan sebuah usaha. Harapan yang lemah bisa disebabkan oleh pengalaman
yang buruh. Tetapi bila seseorang mempunyai harapan yang kuat mereka akan tetap berusaha walaupun mengalami sebuah kegagalan Bandura, 1994
2.4.7. Cara Meningkatkan Efikasi Diri Strategi untuk meningkatkan motivasi dan efikasi diri pada pasien
dengan penyakit kronis terutama diabetes adalah dengan pendidikanedukasi 38
Universitas Sumatera Utara
kesehatan melalui pendekatan diabetes self management education DSME, empowerment, dan motivational interviewin Lakhanpal, 2007
Pendekatan pendidikan kesehatan dengan metode DSME tidak hanya menggunakan metode ceramah, penyuluhan baik langsung atau tidak langsung
namun telah berkembang dengan mendorong partisipasi dan kerjasama pasien dan keluarganya. Pada DSME tidak hanya memberikan informasi tentang penyakit
dan ketrampilan teknikal saja, metode ini juga berisi tentang ketrampilan menyelesaikan masalah problem solving, koping, dan manejemen diri diabetes.
Tujuan DSME selain meningkatkan pengetahuan tentang diabetes, yang paling utama adalah meningkatkan efikasi diri dan motivasi pasien untuk menjalankan
perawatan DM. DSME dapat diberikan oleh dokter, perawat, kader kesehatan yangterlatih atau orang yang hidup dengan penyakit kronis Bodenheimer, Lorig,
Holmadan Grumbach, 2002 dalam Lakhanpal, 2007. Pasien yang diberi edukasi dan pedoman dalam perawatan diri dengan
terstruktur dan bertahap akan mengubah pola hidupnya, sehingga dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan baik. Intervensi DSME yang diberikan
kepada pasien dapat meningkatkan aspek kognisi dan afeksi pasien DM dan keluarganya secara simultan akan mempengaruhi peninfkatan prilaku sehat
pasien. Prilaku sehat tersebut terdiri dari monitoring kadar glukosa darah secara mendiri, perencanaan diet, latihan jasmani dan istirahat yang cukup, konsumsi
obat glikemik yang benar dan mneghindari rokok Rondhianto, 2012 39
Universitas Sumatera Utara
Atak 2007 mengatakan bahwa Peningkatan efikasi diri sebagai hasil dari intervensi jangka pendek berupa edukasi karena pasien berpikir mereka bisa
dengan mudah melakukan kegiatan yang diharapkan dari mereka karena pengetahuan yang didapat dari edukasi tentang mengelola penyakit mereka dapat
mengubah perilaku manajemen diri. Teaching
pendidikan kesehatan
merupakan intervensi
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang DM dan perawatannya, yang dapat
meningkatkan motivasi dan efikasi diri pasien. Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan terstruktur dan berkala dalam waktu tertentu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien. Selain itu bisa juga dengan membuat suatu kelas untuk pendidikan kesehatan yang dapat dievaluasi baik melalui penelitian
atau hasil diagnostik seperti hasil laboratorium Ariani, 2011 Hasil penelitian Temple 2003 tentang pengaruh diabetes self-care
management education terhadap efikasi diri, perawatan diri dan penilaian psikologis pada pasien diabetes menunjukkan hasil bahwa diabetes self-care
management education yang dilakukan memfasilitasi peningkatan prilaku perawatan diri pasien pada masalah diet, olah raga dan pemeriksaan glukosa
darah, namun tidak terhadap pengobatan
2.5. Landasan Teori