Efikasi Diri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4 dengan mengacu pada teori dan hasil penelitian sebelumnya. Penjelasan hasil penelitian meliputi efikasi diri kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum perlakuan, setelah perlakuan, perbedaan efikasi diri kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah perlakuan.

5.1 Efikasi Diri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan

Konstansi kelompok penelitian dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini digunakan teknik konstansi karakteristik subjek teknik blocking dengan variasi jumlah efikasi diri rendah dan sedang masing masing memiliki jumlah responden yang sama atau yang mendekati di kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil efikasi diri kelompok intervensi sebelum perlakuan adalah pasien yang memiliki efikasi diri rendah 9 orang 45 , efikasi diri sedang 11 orang 55 dan hasil efikasi diri kelompok kontrol sebelum perlakuan yaitu efikasi diri rendah sebanyak 8 orang 44,4, efikasi diri sedang 10 orang 55,6 dan tidak ada yang memiliki efikasi diri tinggi. Pasien DM kurang mendapatkan informasi tentang penyakit diabetes dan pengelolaannya sehingga terbentuk persepsi yang kurang akurat terhadap diabetes 77 Universitas Sumatera Utara illness perception buruk. Pasien tidak memahami gejala diabetes, penyebab, konsekuensi, kontrolperawatan dan jangka waktu penyakit diabetes. Ketidakpahaman pasien tentang penyakitnya sebagai akibat dari kurangnya informasi yang diterima pasien, menyebabkan munculnya emosi diabetes diabetes distress meningkat dan tidak yakin mengelola penyakit diabetes sehingga dapat terhindar dari komplikasi atau yang disebut efikasi diri diabetes menurun Atak, 2007. Efikasi diri pasien sebelum dilakuakan edukasi pada penelitian ini memiliki efikasi diri rendah dan sedang. Penyebabnya adalah kurangnya mereka mendapatkan informasi tentang pengelolaan diabetes mellitus yang sistematis dan menyeluruh. Selama ini informasi yang diberikan hanya apa yang mereka keluhkan saja. Notoatmodjo 2007 mengatakan bahwa pendidikan education secara umum adalah sebagai upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pendidik. Dalam konteks kesehatan, maka edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rygg, et al 2010 menyatakan bahwa pasien dengan diabetes menjelaskan alasan untuk menghadiri kelas DSME; yaitu pasien DM yang mengalami masalah yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan penyakit mereka. Masalah mereka merasa tidak nyaman baik berasal dari kurangnya informasi dan dari kurangnya kontak dengan pasien lain sesama diabetes. Ini mempengaruhi prilaku pasien sehari-hari seperti dalam pengaturan diet, obat-obatan, pengaturan sosial dan perubahan gaya hidup 78 Universitas Sumatera Utara Efikasi diri sebelum perlakuan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi rata-rata responden belum mempu mengelola diet mereka, baik dalam keseharian, pada saat KGD meningkat juga pada saat di luar rumah. Begitu juga dengan aktivitas, banyak responden yang tidak melakukan olah raga atau hanya olah raga pada saat senam DM di Puskesmas. DM jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terjadinya bagai penyulit menahun. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyulit manahun tersebut dapat dicegah paling tidak sedikit dihambat Suyono dkk, 2011. Pengobatan yang dianjurkan di 2012 klinik panduan dari American Diabetes Association untuk memastikan kontrol glikemik dan mencegah komplikasi pada pasien DM meliputi pengobatan nutrisi, aktivitas fisik, insulin pengobatan oral, pemantauan glukosa darah mandiri dan DM pendidikan pengelolaan diri ADA, 2012. Jadi pasien DM perlu mengatur kembali pengobatan nutrisi medis dan aktivitas fisik, jika perlu, menggunakan pemantauan obat dan glukosa darah untuk mengevaluasi hasil kegiatan perawatan diri. Pasien DM harus belajar bagaimana untuk mengevaluasi diri, memutuskan tindakan apa yang perlu diambil untuk mengurus kebutuhan mereka, dan melakukan tindakan-tindakan, dan tindakan ini akan menjadi mungkin dengan pendidikan tentang DM . Teori self-care deficit Orem bisa menjadi panduan yang berguna pada diabetes manajemen diri pendidikan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri seorang pasien DM Surucu Kizilci, 2012. 79 Universitas Sumatera Utara

5.2 Efikasi Diri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan