Sumber-Sumber Nilai Etika HAKIKAT ETIKA DAN BUDI PEKERTI

PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 17 e. Etika dan agama Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama. Kedudukan etika sangatlah penting dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk individu, maupun sosial dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana etikanya. Apabila etikanya baik, sejahteralah lahir batinnya; bila etikanya rusak, rusaklah lahir dan batinnya. Kejayaan seseorang terletak kepada etikanya yang baik. Etika yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak ada perbuatan yang tercela. Seseorang yang beretika mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakuakan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain dan terhadap sesama manusia. 17

B. Sumber-Sumber Nilai Etika

landasan seseorang dalam menjalani hidup mengacu dalam pelaksanaan etika dan budi pekerti adalah; 1. Agama Banyak ajaran dan paham pada masing-masing agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Contoh :etika berbeda pendapat, etika bergaul dengan orang, etika buang hajat, etika berbicara, etika bersin, etika bertetangga, etika makan minum, dst. 2. Filosofi Pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang atau alasan-alasan logis yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua orang. 17 Ibid, hlm; 2 PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 18 3. Pengalaman dan perkembangan budaya Ciri khas utama yang paling menonjol yaitu kekeluargaan dan hubungan kekerabatan, yang erat. 4. Hukum Hukum tidak berarti banyak, kalau tidak dijiwai oleh moralitas, tanpa moralitas hukum kosong, kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Contoh: Jangan membunuh, jangan mencuri, jangan menipu tidak saja merupakan larangan moral tapi perbuatan-perbuatan itu dilarang jangan menurut hukum dan orang-orang yang melakukannya harus di hukum dengan tegas. Biasanya hukum dibuat setelah pelanggara-pelanggara terjadi dalam komunitas. 5. Pendidikan Sebagai alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif, serta mengemban dua tugas utama yang saling kontradiktif, yaitu melestarikan dan mengadakan perubahan. Contoh: bertanggung jawab, memperhatikan kebersihan, kerapian dan kenyamanan kelas, berdoa, duduk diam, tutur kata yang sopan, manis, lembut, dan menenangkan akan mampu menyentuh nurani siswa untuk berbudi pekerti yang luhur. C. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Etika Dan Budi Pekerti Dalam Kehidupan Sehari-hari. 1. Pendidikan di Keluarga Pendidikan dalam keluarga sebenarnya menjadi sangat penting dalam konteks pendidikan nilai karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk berinteraksi dan memperoleh dasar- dasar budi pekerti yang baik. Proses pendidikan dalam keluarga terjadi secara wajar melalui tranformasi, nilai ini terjadi secara perlahan-lahan tetapi sistematis. Hal ini berhubungan dengan hakikat nilai yang bukan pertama-tama merupakan kebiasaan - kebiasaan yang mengarah pada kebaikan, yang menjadi permasalahan saat ini adalah bagaimana PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 19 keluarga berperan dalam memberikan pendidikan budi pekerti pada anak didik. Hal ini tentu tidak mudah mengingat kondisi keluarga di negara kita sangat bervariasi. Secara umum kondisi keluarga di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 3 variasi, yaitu: 1. Keluarga harmonis. Yang dimaksud keluarga harmonis disini adalah keluarga yang tidak memiliki masalah yang begitu berarti, baik dari segi masalah hubungan antar pribadi maupun masalah finansial. 2. Keluarga bermasalah. Yang dimaksud keluarga bermasalah di sini adalah keluarga yang memiliki masalah baik masalah hubungan antar pribadi atau masalah finansial. 3. Keluarga gagal. Yang dimaksud keluarga gagal disini adalah keluarga yang mengalami kegagalan dalam membangunkeluarga sehinmgga keluarga menjadi terpecah belah. Karena kompleknya permasalah keluarga di negara kita, pendidikan yang diberikan pun tidak dapat disamaratakan. Peran masing-masing keluarga dalam pendidikan budi pekertipun tidak dapat disamakan satu keluarga dengan keluarga lain. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang rasanya harus ada jika keluarga ingin berperan dalam pendidikan budi pekerti, antara lain: a. Komitmen orangtua untuk memperhatikan anak-anaknya. b. Keteladan. c. Komunikasi aktif. Jika ketiga prinsip pendidikan budi pekerti dalam keluarga di atas dapat terpenuhi, maka dapat diyakini bahwa keluarga mampu berperan dalam pendidikan budi pekerti. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 20 2. Nilai-Nilai yang Harus Ditanamkan Dalam Keluarga a. Nilai kerukunan. Kerukunan merupakansalah satu perwujudan budi pekerti. orang yang memiliki budipekerti luhur tentu lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan daripada perpecahan. Jika dalam keluarga sudah sejak dini ditanamkan nilai-nilai kerukunan itu dan anak dibiasakan menyelesaikan masalah dengan musyawarah maka dalam kehidupan di luar keluarga mereka juga akan terbiasa menyelesaikan masalah berdasarkanpermusyawarahan. b. Nilai ketakwaan dan keimanan. Ketakawaan dan keimanan merupakan pengendali utama budi pekerti. Seseorang yang memiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkannya dalam perilaku dirinya. Dengan demikian sangat tidak mungkin jika seseorang memiliki kadar ketakwaan dan keimanan yang mendalam melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya itu memiliki budi pekerti yang sangat tidak terpuji. c. Nilai toleransi. Yang dimaksud toleransi di sini terutama adalah mau memperhatikan sesamanya. Dalam keluarga nilai toleransi ini dapat ditanamkan melalui proses saling memperhatikan dan saling memahami antar anggota keluarga. Jika berhasil, tentu hal itu akan terbawa dalam pergaulannya. d. Nilai kebiasaan sehat. Yang dimaksud kebiasaan sehat di sini adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang. Penanaman kebiasaan pergaulan sehat ini tentus aja akan memberikan dasar yang kuat bagi anak dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 21 3. Peranan Keluarga Dalam Perkembangan Budi Pekerti a. Basis Pendidikan Moral Keluarga adalah tempat ideal penyemaian Budi Pekerti. Di dalam keluarga, anak akan banyak belajar secara praktis melalui berlatih dan meniru Budi Pekerti orang disekitarnya, lebih-lebih meneladani orang tuanya. Seperti halnya dikemukakan Geertz 1985:151 bahwa didalam keluarga Jawa berkembang tata krama penghormatan yang mengarah pada penampilan sosial yang harmonis. Nilai-nilai ini akan dipelajari anak secara alamiah dalam keluarga. Melalui pendidikan moral dalam keluarga yang menjadi basis awal budi pekerti, anak akan semakin sadar terhadap kahadiran dirinya di dunia. Namun, menurut Supriyoko 2000:5 ada hal yang perlu dicermati yakni ihwal normalitas keluarga akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Dalam keluarga yang normal harmonis anak akan cenderung berperilaku positif, sebaliknya pada keluarga yang tidak normal rusak anak akan cenderung berperilaku sosial negatif. Karena itu, keluarga memang tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan sosial dan budi pekerti. Bahkan para pakar pendidikan anak memasuki peka gevoilige periode, antara usia 3.5 hingga 7 tahun. Jika keluarga sukses mendidik budi pekerti, berarti keluarga tersebut telah memenuhi peranannya sebagai suatu lembaga pendidikan terkecil yang menentukan nasib bangsa. Di antara peran dalam keluarga dalam hal pendidikan budi pekerti menurut Bratawijaya 1997:1 telah disebutkan dalam Serat Wulang Reh, yakni sebagai wadah : 1 pendidikan pergaulan, 2 pendidikan watak, 3 pendidikan norma sosial, 4 pendidikan tata krama, 5 pendidikan tentang baik buruk, 6 pendidikan agama. Dari berbagai unsur pendidikan ini tugas keluarga adalah mendidik anak yang sebaik- baiknya. Kesalahan mendidik anak akan berakibat fatal. Karena itu, orang tua akan berusaha mendidik anak sedini mungkin. Itulah sebabnya, keteledoran orang tua dalam menyampaikan budi pekerti bisa menjadi bumerang bagi keluarga itu sendiri. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 22 b. Basis Pembentukan Sikap Hidup Budi pekerti yang berlaku di masyarakat Jawa, sebenarnya merupakan akumulasi dari sebuah gagasan besar tentang sikap hidup, sistem nilai dan sistem kepercayaan. Di dalam budi pekerti terkandung prinsip dan gagasan atau ajaran moral luhur. Ajaran ini tidak lain sebagai salah satu pemadatan nilai-nilai terdalam yang sifatnya sangat filosofi. Sikap hidup merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan dalam pergaulan sosial. Menurut Jong 1976:69 masyarakat Jawa memiliki sikap hidup rila lan nrima, dan sabar. Dalam kaitan ini Gertz 1981:232 memberikan batasan ke tiga konsep tersebut adalah rila juga disebut ikhlas, yaitu kesediaan menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya kepada Tuhan. Nrima berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban yang telah ada, tidak memberontak, tetapi mengucapkan terima kasih. Sabar, menurut menunjukan ketidak adaan hasrat, ketiadaan ketidak sabaran, ketiadaan nafsu yang bergolak. Sikap hidup jawa yang lain, yang juga akan membentuk budi pekerti seseorang menurut Soenarto Herusatoto, 199178-85 dalam “serat Sasangka Jati” antara lain: eling sadar, percaya, mituhu setia, rila narima tidak ngaya, temen, sabar tahan cobaan, berbudi luhur, mawas diri dan satrio pinandita tidak tergiur semat, derajat, kramat,hormat dan sepi ing pamrih, rukun. Sikap hidup Jawa yang terakhir ini dipertegasi lagi oleh Manis Suseno 1991:38-39 bahwa dalam kaitannya dengan hubungan masyarakat orang Jawa memiliki sikap hidup yang terkait dengan dua hal, yaitu: 1 prinsip rukun, yaitu untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmoni, dan 2 prinsip hormat, bertujuan agar kondisi masyarakat dalam keadaan selaras. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa sikap hidup Jawa itu bisa terkait hubungan manusia dangan orang lain, diri sendiri, dan kepada Tuhan. Sikap hidup pandangan hidup yang terkait dengan orang lain, lebih luas cakupannya. Pandangan ini menyangkut hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sikap hidup PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 23 yang terkait diri sendiri, lebih ke arah pada hskikat manusia sebagai makhluk individu. Sedangkan sikap hidup manusia kepada Tuhan, terkait dengan hubungan manusia secara vertikal transedental Baik sikap hidup yang terkait dengan Tuhan, orang lain, dan diri sendiri, tidak lain merupakan refleksi budi pekerti luhur. Seseorang harus mampu mewujudkan hubungan tersebut dengan menjaga sikap etis. 4. Peran Anggota Keluarga a. orang tua Sebagai Penyelidik Seorang penyelidik bertujuan untuk menemukan apa yang tersembunyi atau yang belum diketahui. Pada batas tertentu orang tua juga berperan seperti penyelidik. Agar anda dapat mendidik, membimbing, mencorong, dan membantu pekerkembangan anak dengan baik. orang tua harus mengamati dan memahami anak dengan sabar untuk mengenali kepribadian dan sifatnya yang unik. Kata kunci dalam berkomunikasi orang tua yang berperan sebagai penyelidik adalah bertanya. Pertanyaan merupakan cara langsung untuk menyelidiki pikiran dan perasaan anak dan untuk memahami harapan dan cita-citanya. Agar dapat berhasil, pertanyaanya sedapat mungkin bersifat umum sehingga mengundang tahapan jujur. orang tua yang berperan sebagai penyelidik mempunyai posisi yang paling baik dalam melengkapi anak-anak mereka untuk dapat bertumbuh dewasa mandiri. Kemampuan mereka untuk mengajukan pertanyaan bermanfaat dalam mengajar, berperan serta dan memberikan tanggung jawab . b. orang Tua Sebagai Petani orang Tua juga sebagai seorang petani dalam mendidik etika dan moral dalam anak. Seorang petani menganggap bahwa setiap tanaman adalah unik. Dan tidak memaksa kentang menjadi apel. Demikian juga, orang tua yang bertindak sebagai petani menganggap setiap anak adalah unik dan membantu perkembangan anak supaya menjadi dewassa dan berguna. orang tua di sini berfungsi untuk mendorong pertumbuhan moral dan etika budi pekerti orang tua yang PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 24 bertindak sebagai petani biasanya paling cocok dalam mendewasakan anak-anak dan membiarkan mereka hidup mandiri. c. orang Tua Sebagai Arsitek Dalam peran ini orang tua bertindak sebagai pemerintah dan pengatur. Sekarang banyak orang tua yang bertindak sebagai seorang arsitek. Mereka percaya bahwa mereka bertanggung jawab sepenuhnya akan menjadi seperti anak mereka kelak. Dengan hati-hati mereka membimbing dan mengendalikan kegiatan, pilihan, pergaulan anak, dan etika mereka. d. orang Tua Sebagai Guru orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama di mana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah 1997, dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah serta fungsi keluarga orang tua. Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah antara lain: a Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak b Menjamin kehidupan emosional anak c Menanamkan dasar pendidikan moral anak d Memberikan dasar pendidikan sosial e Meletakan dasar-dasar pendidikan agama f Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak g Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri. h Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 25 i Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir manusia. e. Tehnik Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti 1. Memberi Curahan Kasih Sayang Anak membutuhkan curahan perasaan dan perlindungan semenjak hari pertama kelahirannya. Kebutuhan anak terhadap curahan kasih sayang dan rasa tentram. Ini akan bertambah pada kondisi-kondisi tertentu ketika pada saat dia sakit, menangis, dan pada saat mengalami suatu rintangan. 2. Memberi Pengajaran dan Pengarahan Anak perlu mendapatkan pengarahan dan pengajaran dalam penanaman Etika dan Budi Pekerti. Pada saat anak sudah menampakkan aktifitas baru seperti keinginan untuk makan dan memakai pakaian sendiri, berarti secara fisik dan intelektual menunjukan bahwa sudah saatnya anak tersebut mendapatkan pengajaran dan pengarahan. 3. Bersikap Bijak Pada anak berusia 18 bulan sampai 3 tahun biasannya menunjukkan sikap yang bertentangan dengan orang tua. Apabila seorang anak dilarang melakukan sesuatu, justru ia seperti disuruh melakukun sesuatu. Hal ini perlu dipahami oleh orang tua agar dapat bersikap bijak terhadap perilaku anak. 4. Bersikap Adil Perlakuan dan pemberian yang tidak adil akan berdampak buruk bagi perkembangan etika maupun budi pekerti. Bagi anak yang sering mendapat perhatian yang berlebihan dan dimanja, ia akan berkembang menjadi pribadi yang tidak mengenal aturan yang harus diikutinya, tidak peduli dengan orang lain dan akan menjadi orang yang serakah. Maka orang tua harus bersikap seadil-adilnya. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 26 5. Berusaha Memberikan Rasa Tenang Perlakuan anak yang kadang cenderung mengarah pada kegiatan merusak, membanting barang , dan membuang barang-barang dijalan, hal ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kebebasan pada anak, atau adanya pembekuan potensi yang ada pada anak. Karenannya, orang tua harus memberikan rasa tenang kepada anak agar tidak bertindak brutal. 6. Membiasakan Hidup Sederhana Arahkan anak untuk menghindari kehidupan mewah dan berfoya-foya, karena kebiasaan hidup mewah dan bersenang- senag akan merugikan diri anak tersebut di kemudian hari. 7. Awasi Dengan Cara Yang Baik Apabila anak merasa malu dan tidak mau melakukun duatu perbuatan, maka hal tersebut tidak dilakukan karna kemulyaan akalnya. Hal demikian merupakan isyarat yang baik mengenai tingkah lakunya. Anak pemalu ticdak bolah diremehkan, akan tetapi ia perlu dididik sesuai dengan keadaannya yang pemalu. 8. Ajari Untuk Taat Kepada orang Yang lebih Tua Ajari anak untuk taat kepada orang tua, guru atau siapapun orangnya yan lebih tua darinya dari kerabat atau tetangga tanpa memandang harta, pangkat, dan jabatannya serta menghormatinya. 10. Ajari Untuk Beribadah. Apabila anak sudah cukup umur, anak hendaknya tidak diberi kersempatan untuk meninggalkan icbadah. Agar anak selalu taat beribadah menjalankan segala perintah agama dan menjauhi segala larangannya. 11. Ajari Untuk Mengembangkan Rasa Rendah Hati Dan Menghormati Hendaknya anak dibiasakan untuk berbicara denagan lemah lembut dan tidak bicara kasar didepan orang lain atau temen- temennya, karena hal ini akan mendorongnya untuk menjadi anak yang sombong.

BAB III PEmAHAmAN ETIKA mENURUT