PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
80
memang tidak berdiri sendiri. materi tersebut diintegrasikan kedalam mata pelajaran PPKn dan Pendidikan Agama, meskipun saat ini
sudah mulai diintegrasikan pada semua mata pelajaran.
Realita problematika pendidikan budi pekerti di masyarakat. Fakta kemrosotan budi pekerti luhur hampir setiap hari bisa kita lihat
ditelevisi, yakni para pelajar melakukan tawuran, menggunakan obat- obat terlarang sehingga bisa menimbulkan kecelakaan maut yang
dapat merenggut banyak nyawa orang-orang yang tidak bersalah, melakukan kegiatan demonstrasi yang anarkis, dan lain-lain.
orang lain yang tidak memiliki hubungan keluarga biasanya akan bersikap cuek dan tidak ambil pusing yang terpenting keluarga
sendiri tidak melakukan hal-hal tersebut. Hal ini sangat dirasakan bagi orang-orang yang hidup dikota besar, apalagi tinggal diperumahan-
perumahan mewah. Karena pengaruh jaman, tuntutan ekonomi meningkat yang tidak diimbangi dengan nilai-nilai agama, sehingga
memunculkan rasa individualis.
C. Inovasi pendidikan budi pekerti masa depan.
Berdasarkan problematika yang telah dijabarkan di atas, maka perlu adanya inovasi pembaharuan pendidikan budi pekerti supaya
problematika pendidikan budi pekerti seperti diatas tidak akan terjadi kembali. Menurut Zuriah 2011:172-173 untuk mengatasi problematika
pendidikan yang terjadi saat ini dengan inovasi pendidikan budi pekerti yang kontekstual dan futuristik dengan konsep pendidikan yang
berlandaskan pada paradigma pemberdayaan dan inovasi, maksudnya pembelajaran dimaknai sebagai proses pembentukan secara terus-
menerus untuk mengerti diri-sendiri, mengerti masyarakat kemudian ia membentuk dirinya sendiri, mencari pengetahuan sendiri sehingga
akan terdorong untuk belajar sepanjang hayat. Inovasi pendidikan sangat diperlukan sebagai upaya membentuk manusia yang berdaya
yaitu manusia yang mandiri, mengerti diri dan persoalannya, serta kreatif dan kritis. Manusia yang berdaya maksudnya manusia yang
bermoral dan humanis, sehingga diharapkan mampu merespon segala perubahan, iklhas belajar sepanjang hayat dinamis dan teguh
pada nilai-nilai. Dalam hal ini nilai universal agama menjadi saah
PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
81
satu alternatif untuk mengatasi kemrosotan moral. Untuk itu perlu diciptakan inovasi-inovasi model pendidikan agama, moral, etika
dan budi pekerti yang mampu membentuk dan melahirkan manusia yang toleran, demokratis, jujur, lemah-lembut, sopan santun, ramah
lingkungan, tidak mudah marah, cinta damai.
Menurut Zuriah 2011:177 substansi pendidikan budi pekerti yang kontekstual dan futuristik mengacu pada sistem nilai sosial
budaya dan agama yang berkembang di Indonesia dan sistem nilai nasional, yaitu sistem nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
kemudian disesuaikan dengan tingkat perkembangan manusia. Kemudian dituangkan pada buku pelajaran wajib, disamping itu
rancangan materi dan kegiatan yang diberikan harus sistematis dan disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik karena
tiap tingkat usia peserta didik berbeda kebutuhannya. Matrik materi pendidikan budi pekerti yang kontektual dan tingkat perkembangan
emosional dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Materi Pendidikan Budi Pekerti yang Kontekstual dan Tingkat Perkembangan Emosional
Tingkat perkembangan
manusia Lingkungan
hidup Tingkat
perkembangan emosi-intelek
Materinilai yang didikkan
Metodologi penyampaian
dan pembiasaan
Balita Keluarga
Konformis Nilai-nilai kelakuan,
kerajinan, kerapihan, dll melekat pada
contoh perilaku ibu, ayah dan saudara
Ganjaran dan hukuman
Anak • Keluarga
• Masyarakat lokal
• Lingkungan sekolah
Konformis kritis Nilai-nilai kelakuan,
kerajinana, kerapian, dll melekat pada idola
dan tokoh ideal melalui legenda, mitos, dan
pahlawan • Teladan
nyata • Ganjaran
dan hukuman
• Instruksi Remaja
• Keluarga • Masyarakat
lokal • Lingkungan
sekolah • Masyarakat
nasional • Kritis
• Oportunis • Eksperimen
nilai Nilai-nilai kelakuan,
kerajinana, kerapihan dll dilihat dari kasusu
actual, lingkup lokal, dan nasional
• Keteladanan nyata orang
tua, pendidik dan pemimpi
• Diskusi
PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
82
Pemuda • Keluarga
• Masyarakat lokal
• Masyarakat regional
• Masyarakat internasional
• Kritis relekstif
• Kritis emosional
Nilai-nilai kelakuan, kerajinan, kerapian,
dll dilihat dari: Kontekstal aktual
Kasus-kasus sosial politik, dan ekonomi
dalam lingkup nasional dan internasioanl
• Individualiasi • Diskusi
terbuka • Komparatif
relektif
Sumber: Zuriah, 2011:178 Inovasi pendidikan dalam tulisan Suherman online http:
enewsletterdisdik.wordpress.com diakses 11 Nopember 2012 dengan menerapkan pendidikan berwawasan budi pekerti Zuriah,
2011:178.
Sejalan dengan isi UU diatas maka lahir Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009 adalah “memantapkan pendidikan budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak mulia
termasuk etika dan estetika sejak didik di kalangan peserta didik dan pengembangan wawasan kesenian, kebudayaan dan lingkungan
hidup”.
Ditegaskan pula dalam Visi Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas Tahun 2005-2009,
Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025, bahwa “Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada
paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi
dan dimensi kemanusiaan secara optimal”. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar yaitu: 1. Dimensi afektif yang
tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budu pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi estetis.
2. Dimensi kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Dimensi psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis dan kompetensi kinsestetis.
Sesuai dengan amanat peraturan perundangan tersebut di atas maka idealnya seluruh komponen tenaga pendidikan pada semua
PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
83
jenjang dan jenis lembaga pendidikan hendaknya mengupayakan terciptanya pribadi-pribadi berakhlak mulia dan berbudi pekerti
terpuji. Untuk mencapai tujuan pemerintah tersebut oleh karena itu diperlukan kesatupaduan pandangan, persepsi dan komitmen
semua pihak terkait dengan bidang pendidikan yang didukung oleh tekad yang kuat, kebijakan yang konsisten, pelaksanaan yang
konsekuen didukung oleh sarana prasarana yang memadai. Hal yang sangat esensial untuk tercapainya tujuan dan cita-cita di atas
adalah keteladanan pemimpin, pendidik, orang tua dan pembiasaan peserta didik berbudi pekerti luhur sejak usia dini.
Nilai-nilai budi pekerti memang mudah untuk diucapkan tapi sulit diamalkan. Seorang pendidik untuk menjelaskan nilai-nilai
tersebut di atas tidak memerlukan waktu yang relatif lama, satu atau dua kali tatap muka dengan peserta didik dapat dengan mudah
menjelaskannya. Tapi apabila nilai-nilai budi pekerti tersebut di atas ingin nampak dalam kepribadian sehari-hari memerlukan waktu
yang cukup lama.
Untuk merealisasikannya memerlukan manajemen dalam arti memanfaatkan dan memberdayakan segala sumber daya manusia dan
benda secara efektif, efesien, kontinyu dan konsisten. Implementasi Manajemen Sekolah Berwawasan Budi Pekerti hendaknya dilaksanakan
dengan pendekatan integral sistemik. Perangkat-perangkat yang ada meliputi perangkat keras hardware seperti sarana dan prasarana
sekolah, perangkat lunak software seperti kurikulum, media pembelajaran, dan perangkat pikir brainware seperti kemampuan
pengembangan pemikiran, tidak bisa berdiri sendiri, terpisah satu dengan lainnya, tetapi semuanya harus saling terkait dan saling
mendukung. Bila ketiga perangkat tersebut tidak disinergiskan dan bersifat farsial maka penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam
kepribadian sehari-hari pada peserta didik sulit direalisasikan.
Penciptaan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif hendaknya terwujud dalam rangka mendukung terbentuknya perilaku dan tindakan
peserta didik yang berakhlak mulia,berbudi pekerti luhur. Secara umum, suasana kondusif itu terkait dengan teraplikasinya dimensi-
PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
84
dimensi dasar manusia, yang meliputi: 1. Dimensi fisiologis yaitu tekait dengan penampilan performance fisik pendidik dan stap yang
setiap hari menjadi perhatian peserta didik. 2. Dimensi intelektual, menunjukkan kemampuan nalar pendidik untuk menjawab segala
pertayaan yang diajukan peserta didik. 3. Dimensi emosional, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dan berempati kepada peserta
didik. 4. Dimensi spiritual, yaitu nampaknya sifat-sifat keimanan dan ketakwaan dalam ucapan dan tindakan pendidik. 5. Dimensi sosial
yaitu kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik sehingga merangsang sikap simpatik peserta
didik kepada pendidik.
Berhasil tidaknya membentuk kepribadian peserta didik yang memiliki akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur sangat tergantung
pada niat, tekad dan kesungguhan serta keikhlasan dari semua pihak : Kepala Sekolah, Pendidik, dan stakehoder lainnya orang
tua, masyarakat dan pemerintah.
Penulis sependapat dengan inovasi-inovasi yang digagas oleh beberapa pendapat diatas, demi terwujudnya generasi penerus
bangsa yang mampu bertindak, berperilaku sesuai denga nilai-nilai luhur bangsa yakni Pancasila.
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk “memanusiawikan
manusia”. 2. Pendidikan budi pekerti merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan terencana, secara menyeluruh terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam rangka menamkan
nilai-nilai pikir yang diintegrasikan pada perilaku sehari-hari.
3. Realita problematika di lapangan meliputi: a. realita problematika dirumah, yakni bagi keluarga tingkat ekonomi rendah, maka
anak-anak mereka diminta untuk ikut bekerja, sedangkan bagi keluarga tingkat ekonnomi tinggi, mereka mengejar karier dan
materi, sehingga anak dititipkan kepada pembantu, dan anak tidak mendapatkan pendidikan budi pekerti dari orang tua. b.
realita problematika di masyarakat, yakni tingkat individualis yang
PENDIDIKAN
ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER
85
makin tinggi, sehingga tidak peduli dengan lingkungan sekitar hanya mementingkan diri sendiri, c. realita problematika di
sekolah, penerapan kurikulum yang belum sempurna, pendidik masih lebih mementingkan aspek kognitif saja sedangkan aspek
afektif kurang diperhatikan, pendidik kurang memiliki kesadaran untuk menegur peserta didik, jika peserta didik melakukan
penyimpangan nilai-nilai budi pekerti karena tuntutantugas pendidik yang makin banyak.
4. Bentuk dari inovasipembaharuan pendidikan budi pekerti perlu dapat berupa pendidikan budi pekerti yang kontekstual dan
futuristik serta pendidikan berwawasan budi pekerti. Inovasi pembaharuan ini akan dapat terlaksana dengan baik apabila
seluruh lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan aparatur Negara dapat bekerjasama dengan baik dan memberi teladan
yang baik pula dalam hal berfikir, bersikap dan bertindak serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti yang
diamanatkan pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdikanas bab IV pasal 6 ayat 2 menyatakan “ setiap warga negara
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan”.
D. Perjuangan Tokoh Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan