Sejarah Filosofi Etika dan Budi Pekerti

PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 4 sesama manusia. 2 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak kalangan yang mulai meragukan kapabilitas dan kredibilitas guru. Perannya sebagai pengajar dan pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi yang unggul, terampil, dan bermoral, belum sepenuhnya terwujud. Para pelajar kita justru semakin menjauh dari kondisi ideal seperti yang diharapkan. Yang lebih memprihatinkan, para pelajar itu mulai kehilangan kepekaan moral, terbius dalam atmosfer zaman yang serba gemerlap, tersihir oleh kehidupan yang memburu selera dan kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan. Pergaulan bebas makin mencuat ke permukaan sebagai gaya hidup masyarakat. Pembangunan karakter bangsa di sekolah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan eksrakurikuler yang salah satunya adalah kepramukaan, sejalan dengan rencana strategis tahun 2009- 2014 lebih menekankan pada pelaksanaan fungsi pokok Gerakan Pramuka sebagai lembaga Pendidikan Kader Bangsa. Tetapi dalam pelaksanaannya di sekolah terdapat beberapa kendala, antara lain karena sifatnya sukarela maka kepramukaan hanya diikuti segelintir siswa saja, atau kalaupun ada sekolah yang mewajibkan kegiatan tersebut maka hasilnya tidak juga maksimal, artinya hanya kuantitasnya saja yang besar.

A. Sejarah Filosofi Etika dan Budi Pekerti

Sejarah ialah kejadian, peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, perkembangan adalah pertumbuhan secara terus- menerus, bercabang dan hidup sepanjang waktu. Etika adalah budi pekerti, tingkah laku, perbuatan manusia. Sedangkan budi pekerti mengacu pada pengertian bahasa Inggris yang diterjemahkan sebagai moralitas, yang berarti; adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. 3 Pada sebuah museum di Konstantinopel terdapat koleksi benda 2 Ibid, hlm; 2 3 Departemen Pendidikan, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 9, Balai Pustaka: Jakarta, hlm. 891 PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 5 kuno berupa lempengan tanah liat berasal dari tahun 3800 SM, yang bertuliskan: “we haven fallen upon evil times and the world has waxed very old and wicked. Politics are very corrupt. Children are no longer respectful to their parent.” Makna yang terkandung dari tulisan tersebut adalah kita mengalami zaman edan dan dunia telah diliputi kemiskinan dan kejahatan. Politik sangat korupsi. Anak-anak sama sekali tidak hormat kepada orang tuanya. 4 Dalam filsafat Yunani hedonisme sudah ditemukan pada awal Aristippos dari Kyrene sekitar 433-355 S.M., seorang murid Sokrates. Sokrates telah bertanya tentang tujuan terakhir bagi kehidupan manusia atau apa yang sungguh-sungguh baik bagi manusia, tapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan itu dan hanya mengeritik jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang lain. Aristippos menjawab: yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal itu telah terbukti karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik akan kesenangan dan bila telah tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi. Sebaliknya, ia selalu menjauhkan diri dari ketidaksenangan. 5 Etika pada masa zaman Arab Jahiliyah, manusia tidak ada yang membimbing. Mereka bebas berbuat menurut hawa nafsunya. Mereka hidup tanpa mengenal Allah. Mereka hanya mempercayai dan menyembah berhala, menyembah matahari, menyembah bulan, dan menyembah binatang. Keadaan mereka yang seperti ini sudah sangat jauh dari kebenaran. Selain itu mereka juga menyembah pecahan-pecahan batu, kayu dan onggokan pasir. Mereka tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa, kematian manusia dan juga hari kiamat. Dalam setiap kota mempunyai Tuhan-tuhan sendiri seperti Hubal, latta, Manna, dan Uza. Tuhan-tuhan itulah 4 Cahyoto, 2002. Budi Pekerti dalam Perspektif Pendidikan. Malang: Depdiknas-Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah-Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang, hlm. 1 5 K. Bertens, 1999, ETIKA, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, hlm. 236 PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 6 yang sangat mereka hormati. 6 Ada beberapa fenomena Arab Jahiliyah yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, diantaranya: 7 a. Berdo’a meminta kepada orang yang dianggap saleh. Ketika memohon dan beribadah kepada Tuhan mereka, mereka minta pada orang saleh, dan mengharap syafaat dari mereka. b. Mengikuti jejak kefasikan orang yang berilmu dan ahli ibadah yang hanya merunutkan hawa nafsunya. c. Percaya sepenuh hati terhadap sihir dan kurafat. d. Menyucikan makhluk seperti layaknya sang Khalik. e. Munafik dalam akidah. Kalau kita runut dari sejarahnya, masalah etika dan budi pekerti telah lama menjadi masalah hidup manusia. Pembahasan filosofis tentang etika dan budi pekerti khususnya dari pendidikan moral terus berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek yang menyangkut perkembangan maupun latar belakang sulitnya perkembangan budi pekerti. Hal ini menjadikan norma moral atau budi pekerti mengalami krisis kewibawaan. Dan pada kenyataannya juga menyeret kewibawaan seorang pendidik. Namun demikian, etika dan budi pekerti seseorang sebenarnya dapat dikembangkan dengan menggunakan landasan kemampuan dan kebiasaan hidup berdasarkan norma yang ada dalam masyarakat. Penerapan tindakan untuk memperoleh pengalaman tentang dunia nyata atau lingkungan hidup sangat berperan dalam pembelajaran etika dan budi pekerti. Dengan demikian, perkembangan etika dan budi pekerti merupakan aneka ragam pengalaman peran berdasarkan situasi tertentu. Pendapat ini yang mendasari prinsip bahwa lembaga pendidikan dapat memberikan sumbangan yang matang tentang budi pekerti dan memberi kesempatan kepada anak didiknya untuk melaksanakan peran etika dan budi pekertinya dalam kehidupan sehari-harinya 6 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, hlm. 493. 7 Ibid, hlm. 496-498 PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 7 baik sebagai individu, masyarakat dan bangsa.

B. Dasar Perkembangan Etika dan Budi Pekerti